kandaga.id – Ditengah pandemi Covid-19, SDN 1 Cimuncang dan SDN 2 Cimuncang, di Jl. Terusan Gagaklumayung, Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Garut Kota, telah selesai menata dan mempercantik termasuk kelengkapan sarana prasarana sesuai dengan protokol kesehatan pun sudah tersedia.

Dinding bangunan sekolah menghadap ke jalan utama dihiasi lukisan karya operator SDN 1 Cimuncang, Adam yang mengajak semangat untuk sekolah, dan di benteng penahan bangunan tertulis “Selamat Datang” serta taman dipadu warna hijau kuning, menambah cerah sekolah.

Peserta didik di komplek sekolah ini, semua warga masyarakat Kelurahan Cimuncang yang keberadaan ekonomi menengah ke bawah. Namun, semangat untuk menyekolahkan anak-anaknya tinggi, terbukti para orang tua begitu peduli keberlangsungan pendidikan anak, seakan-akan tak mau ada anak tidak sekolah serta tidak belajar baik daring maupun luring.

Hal tersebut ungkapkan Kepala SDN 1 Cimuncang, Hj. Siti Armilah, S.Pd., MM didampingi Kepala SDN 2 Cimuncang, Rusmana, S.Pd., bahwa pembelajaran Jarah Jauh (PJJ) atau daring berjalan cukup baik, termasuk home visit, meskipun lebih banyak luringnya.

“Masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini, sekitar 40% dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah, tapi semangatnya luar biasa,” ujar Hj. Siti Armilah, di ruang guru, Senin (31/08/2020).

Jadi, kata Hj. Siti Armilah, yang jadi kendala dalam PPJ ini dikarenakan banyak orang tua yang tidak mempunyai HP android, sehingga banyak guru dalam mengajar secara luring bahkan home visit demi keberlangsungan belajar mengajar.

“Alhamdulillah, semua guru disini kreatif-kreatif, komunikasi dengan orang tua peserta didik berjalan sangat baik, bahkan kami sudah merasa seperti keluarga,” ujar Hj. Siti Armilah, yang mengaku dari dulu sudah terbiasa di komplek sekolah ini melaksanakan shalat dhuha dan embun pagi.

Hal senada dikatakan guru kelas IV, Agus Herdian, S.Pd., menuturkan, dari 38 peserta didik hanya 6 orang belajar secara daring,sisanya belajar secara luring dan pihak sekolah memberikan pinjaman buku tema untuk beberapa hari, yang nantinya diperlihatkan hasilnya ke sekolah untuk diberi nilai.

“Sehingga tak sedikit orang tua datang ke sekolah untuk mengambil soal sekaligus menyerahkan jawaban tugas sebelumnya,” terang Agus.

Sementara untuk belajar secara daring di jenjang SD, kata Agus, selain dikeluhkan orang tua, belajar anak tidak terpantau perkembangannya, dan pihak sekolah pun merasa kebingungan dalam menentukan, apakah benar dikerjakan anak atau orang lain, apakah anak sudah bisa calistung atau belum.

“Terutama belajar daring calistung untuk kelas bawah, guru kebingungan memberi nilai untuk raport,” keluh Agus, tak sedikit orang tua mempertanyakan kuota, dan ada orang tua punya satu HP android dipergunakan belajar daring oleh tiga anaknya SD, SMP, dan SMA.

Menurut Agus, karena tidak terpantau kemampuan anak, belajar secara daring untuk anak didik SD dirasa merugikan, guru bisa terjebak dalam penilaian antara yang pintar calistung dengan yang tidak tahu apa-apa. (Jajang Sukmana)***