kandaga.id – Mendukung program penanaman 5 ribu hektar Pemerintah Provinsi Jawa Barat, paguyuban insan Porang Jawa Barat menggelar silaturahmi di Auditorium SMKN 4 Garut, Jl. Raya Karangpawitan No. 122, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Minggu (12/09/2021).

Mengusung tema “Dari Ladang hingga Bandara, dari Jabar hingga Mancanegara”, silaturahmi diawali penanaman bibit 13.000 pohon Porang di lahan 3.200 meter di daerah Bayubud, yang tidak jauh dari lokasi SMKN 4 Garut.

Silaturahmi dihadiri Bupati Garut diwakili Kepala Dinas Pertanian, Ir. Beny Yoga Gunasantika, MP., Kadin Kabupaten Garut, Kepala SMKN 4 Garut, Drs. Pudji Santoso, bank BIJB, bank BJB, jajaran pengurus alumni, kelompok tani Porang se-Jawa Barat, dan tamu undangan lainnya.

Kepala SMKN 4 Garut, Drs. Pudji Santoso, mengucapkan bersyukur dan terima kasih kepada payuban Porang Jawa Barat, atas digelarnya silaturahmi di sekolah yang dipimpinnya, dan tentunya akan membawa dampak positif kepada sekolah, mengedukasi anak didiknya dan sejalan dengan kurikulum sekolah.

SMKN 4 Garut memiliki lahan seluas 16 hektar dalam pemanfaatan penanaman Porang, karena selain mendatangkan nilai ekonomis juga dapat memotivasi peserta didik serta kedepannya. Untuk itulah Kepala SMKN 4 Garut akan melakukan kerjasama dengan perusahaan pengolahan Porang khususnya yang ada di Jawa Barat.

Langkah yang diambil SMKN 4 Garut mendapat dukungan dari Kepala KCD Pendidikan Wilayah XI Jawa Barat, Drs. H. Aang Karyana, M.Pd., bahkan berdasarkan informasi, KCD menginginkan SMKN 4 Garut segera menindaklanjutinya pemanfaatan lahan tersebut untuk dijadikan bahan pembelajaran peserta didik.

Sementara Ketua Yayasan Alumni SMKN 4 Garut, Risma (angkatan 1995) menuturkan, berawal ada gagasan pemanfaatan lahan jadi demplot, silaturahmi insan Porang Jawa Barat ini sengaja mengambil tempat SMKN 4 Garut, karena dulunya sekolah ini khusus pertanian, dan sekarang sudah ada penambahan jurusan-jurusan lainnya.

Risma yang bergerak dalam pembibitan, mendukung SMKN 4 Garut dan menginginkan kedepannya dapat mengedukasi, menggali potensi peserta didik disini dengan memberdayakan lahan yang ada, karena disini ada keterkaitan dengan agronomi dan kehutanan. Intinya Risma, menginginkan Jawa Barat segalanya juara.

Dulu tanaman Porang atau Iles-iles (Amorphophallus muelleri Bl) ini dianggap tatanan liar dan dianggap tidak ekonomis oleh petani. Sekarang setelah ada pengolahan dan sebagainya, akhirnya mereka beramai-ramai mulai untuk menanam.

Kabupaten Garut potensial untuk menanam Porang, permintaan pabrik cukup tinggi, seperti dari Soreang dan Kopo PT. Sanindo di Jawa Barat juga dari Gresik dan Madiun Jawa Timur. Mereka meminta 50-70 ton per minggu, namun baru bisa mengirim 14 ton per tiga minggu.

Untuk itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut berharap Porang jadi komoditas di Garut, karena dapat menjadi nilai tambah dan daya saing petani.

Terkait lembaga keuangan, Dinas Pertanian Kabupaten Garut akan memfasilitasinya. Namun itupun tergantung pada pasar dan harganya jelas.

Makanya dalam kesempatan ini, Dinas Pertanian Kabupaten Garut mempertemukan antara petani dengan stakeholder (pembelinya). Sehingga lembaga keuangan manapun akan menempatkan jaminan keamanan terhadap pinjamannya.

Selain itu, kata Ir. Beny, kebutuhan bibit Porang sudah support ke provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan pihaknya sedang berupaya, bekerjasama dengan balai benih sertifikasi Jawa Barat untuk merilis jenis Porang yang berlabel.

Di kabupaten Garut baru ditanam sekitar 568 hektar dan panen baru sekitar 56 hektar dan Ini baru satu kali musim, karena umur Porang cukup panjang antara 1 hingga 1.5 tahun.

Saat ini Dinas Pertanian Kabupaten Garut sedang melakukan pemurnian, dan berharap di tahun 2022 bisa melepas jenis Porang dari Kabupaten Garut.

Kata Ir. Beny, tanaman Porang idealnya ditanam diketinggian 100 hingga 600 mdpl, makanya saat ini kebanyakan ditanam di daerah selatan Garut. Karena kalau di atas 600 tumbuhnya tidak optimal.

Menurut Ir. Beny, permintaan bibit di selatan Garut cukup besar, mereka tanam diantara tanaman karet, sawit. Dan baru-baru ini sudah menanam di lahan sekitar 250 hektar, selebihnya membuka dengan masyarakat lain dalam rangka memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif.

Namun petani kesulitan benih, untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten Garut sedang berupaya mempersiapkan, mendorong untuk kebutuhan petani dan mendapatkan bibit yang berkualitas. ***Jajang Sukmana