KANDAGA.ID – Dengan tema “Penguatan Keterampilan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Pembelajaran Abad 21 dan Higher Order Thinking Skills (HOTS)”, FIFGROUP Cabang Garut bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut menyelenggarakan pelatihan guru jejang SD dan SMP se-Kabupaten Garut tahun 2019 di Aula SDS Yos Sudarso, Jl. Ahmad Yani, Keluarahan Paminggir, Kecamatangarut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (20/3/2019).

BM FIFGroup Cabang Garut, Cahawan mengatakan, selain menjalankan bisnis, FIFGROUP juga memiliki sebuah komitmen untuk selalu memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan bangsa, melalui berbagai macam program social, yang terintegrasi pada kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) FIFGROUP Peduli.

“Hal ini selaras dengan misi FIFGROUP untuk membawa kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat (Better Life, Better Future),” ujarnya.

Cahawan menjelaskan, kegiatan CSR FIFGROUP terbagi kedalam empat pilar yaitu, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat serta lingkungan.

“Salah satu yang menjadi prioritas utama kami adalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan peningkatan skill serta kompetensi para guru,” jelasnya.

Menurut Cahawan, FIFGROUP secara rutin melaksanakan pelatihan bagi guru. Secara total, di tahun 2018, sudah memberikan pelatihan kepada sekitar 3.350 orang guru di 16 titik di seluruh cabang FIFGROUP di seluruh Indonesia. Sedangkan di tahun 2019 ini, berencana untuk memberikan pelatihan kepada sekitar 3.500 orang guru di seluruh cabang FIFGROUP di seluruh Indonesia.

“FIFGROUP Cabang Garut, ingin berbagi sedikit ilmu dan pengetahuan kepada para pendidik, dan semoga melalui program-program dalam pilar pendidikan ini, FIFGROUP bisa berkontribusi dalam menambahkan sebuah nilai positif bagi masyarakat luas, juga dapat dirasakan manfaatnya oleh peserta didik serta lingkungan sekitarnya. Dan semoga kehadiran FIFGROUP senantiasa membawa manfaat nyata bagi kita semua,” pungkasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong, S.Pd., M.Si., mengucapkan terima kasih kepada FIFGROUP yang membantu Dinas Pendidikan Kabupaten Garut untuk peningkatan mutu guru melalui program HOTS.

“HOTS itu adalah bagaimana mengembangkan guru untuk berpikir tingkat tinggi yang kami kembangkan, dan memang sudah menjadi agenda Nasional,” ujarnya.

Totong berharap, dengan HOTS kedepan, guru di Kabupaten Garut harus terampil berpikir tingkat tinggi, jadi tidak berpikir sederhana.

“Bagaimana kecakapan abad 21 itu, meniscayakan ada empat keterampilan, bagaimana berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikasi. Itu yang mesti dikembangkan oleh guru, sebagai rule model pendidikan abad 21,” ujarnya.

Selain itu, tambah Totong, termasuk bagaimana menuju Abad 21, guru juga harus menuju for point zero, apalagi kita punya bonus demografi.

“Ke depan loncatan demografi itu dari jumlah penduduk kita, yang sekarang menempati urutan keempat terbanyak secara Internasional. Sehingga berpotensi untuk usia 15-64 itu bonus demografi di 2030-2040 harus dimanfaatkan,” terangnya.

Jadi menurut Totong, jangan sampai ada usia 15-25 itu rentan pengangguran. Makanya dari pendidikan lah ada bonus demografi, dan ada for pont zero.

“Bagaimana guru harus berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, berpikir tidak sederhana, kemudian kolaborasi, inovasi, kreatif, komunikasi dengan yang lain. Ini keberhasilan tidak mungkin sendiri, ada jejaring dengan yang lain,” jelasnya.

Totong menegaskan, pendidikan di era revolusi industry 4.0, guru harus hadir, harus tahu tentang internet thinking, cara mengajarnya, cara berkomunikasi, cara menuangkan ide pembelajaran dalam bentuk i-learning, termasuk media pembelajarannya.

“Misalnya era kapur, itu sudah menuju ke era pemakaian kapur, harus menuju ke era digitalisasi, semua peran itu bisa diwujudkan dengan itu,” jelasnya.

Selain itu, tambah Totong, di era sekarang sudah terintegrasi komputersasi, namun untuk sekolah dasar belum waktunya, karena sangat rentan terhadap keselamatan dan dampak negatifnya, kecuali untuk SMP, SMA, SMK.

“Kalau sebatas pengenalan komputer kepada anak SD boleh-boleh saja, tapi itu pun perlu bimbingan. Meskipun kemarin sudah di coba pada seleksi OSBINIGA di SMPN 2 Garut, tapi tidak diharuskan,” karena berbaya dan harus dipertimbangkan,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***