KANDAGA.ID – Untuk mengimbangi perkembangan era revolusi industri 4.0 (four point zero), Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, melalui Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) terus melakukan pembinaan kepada guru supaya memiliki kompetensi dan berprestasi sesuai tuntutan zaman.

Salah satunya menyelenggarakan Diseminasi (Dissemination) Pembelajaran Lesson Study di Gugus 1 Tarogong tahun pelajaran 2018/2019 bertempat di SDN 1 Tarogong (Gentra Masekdas) Jl. Suherman No.10, Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

“Kegiatan Diseminasi Lesson Study pelaksanaan guru yang telah mengikuti pelatihan ke Jepang yang bertujuan untuk mendiseminasi, untuk mentransfer ilmu yang dari Jepang. Apa keunggulannya, disampaikan ke teman-teman yang lain,” ujar Kabid GTK, Hj. Lilis Mutiroh, S.Pd, M.Pd., usai membuka acara, Kamis (11/4/2019).

Hj. Lilis mengatakan, di era four point zero ini semua stakeholder pendidikan harus dipersiapkan sesuai dengan perkembangan dan perubahannya, jangan sampai guru ketinggalan oleh peserta didik.

“Mudah-mudahan kompetensi guru semakin meningkat, lebih pintar dan prestasi peserta didik meningkat,” harapnya.

Menurut Hj. Lilis, karena tuntutan tersebut, sekolah-sekolah telah menyiapkan yang berkaitan degan kebutuhan mulai dari wi-fi dan sebagainya.

“Jadi, bagaimana caranya supaya anak tidak salah memperlakukan kaitan dengan penggunaan four point zero, maka dari itu, guru pun perlu dituntut dengan four point zero itu. Karena apa, kalau tidak mengimbanginya bisa saja peserta didik salah kaprah,” jelasnya.

Hj. Lilis mengatakan, karena dituntut dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengatahuan Alam (PPPPTK IPA) khususnya bagi Ibu Ariana yang telah mengikuti pelatihan “Training of lndonesian Science Teachers on lnquiry Based Education and STEM Learning” di Nagoya University, Jepang.

“Ibu Ariana harus mentransfer ilmu kepada teman satu gugusnya, ke teman sekecamatannya dan ke teman sekabupatennya, jadi dia itu harus berbagi,” ujarnya.

Selain Ibu Ariana, tambah Hj. Lilis, Pak Pudin dari SD Negeri 1 Banyuresmi yang telah mendapat pelatihan di Leiden University Belanda juga sedang melaksanakan hal yang sama di gugus.

“Dinas terus mendorong, makanya kami mengizinkan guru tersebut untuk mengikuti ke Jepang, termasuk memotivasi guru yang lain. Jadi bukan hanya Ariana yang satu di SDN 1 Tarogong saja, Ariana-Ariana lainnya harus ada,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***