KANDAGA.ID – Cabang Olahraga (Cabor) tenis meja pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat XIII 2018 yang digelar di Gedung Gymnasium Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga dari tanggal 7-14 Oktober 2018 meninggalkan cerita keluh kesah mengenai peraturan yang tiba-tiba berubah dan dijalankan di detik-deti terakhir.

Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Kabupaten Garut, Nurseno SP. Utomo, yang juga manager tim tenis meja Kabupaten Garut, mengaku merasa keberatan dengan regulasi peraturan yang sudah ditetapkan menjelang diselenggarakannya Porda XIII Jabar tersebut.

Menurut Nusreno, saat Rakerda di Bandung disepakati pemain usia 27 kebawah plus 1, sehingga pihaknya menargetkan sebagai juara umum. Akan tetapi dengan turunnya pemain nasional yang berusia 28 tahun membuat strategi yang telah dirancangnya jadi bergeser.

“Dengan dikeluarkannya techinal handbook oleh KONI, semua kategori boleh diikuti oleh usia 28,” ujarnya, Senin (15/10/2018).

Nurseno pun mempertanyakan, kenapa pihak KONI bisa mengeluarkan peraturan lain yang sebenarnya telah disepakati sebelumnya di Bandung beberapa waktu lalu mengenai peraturan usia yang telah ditetapkan. Sehingga pihaknya memprediksi dengan pembinaan yang konsisten dan terarah menargetkan menjadi juara umum.

Tapi dengan hadirnya pemain nasional, terang Nurseno, membuat prediksi tersebut jadi meleset dengan technikal handbook yang dikeluarkan oleh KONI secara mendadak ketika mendekati hari pertandingan.

Nurseno menyebutkan, awalnya Kota Bogor melakukan protes akan technical handbook tersebut, tetapi entah kenapa protes tersebut tiba-tiba redup. Karena itu, pihaknya ingin menyatakan protes agar KONI dan Pengprov Jabar mempunyai ketegasan, jangan mengorbankan atlet atlet daerah dan mimpi mimpi putra-putri daerah dengan di hadirkannya pemain nasional dan internasional di ajang tingkat daerah.

Ia pun menilai, bagaimana bisa mendapatkan bibit-bibit unggul daerah kalau caranya seperti ini. Dan yang lebih utama. lanjutnya, jangan merubah peraturan yang telah di sepakati sebelumnya secara mendadak dan mengorbankan banyak pihak.

“Regulasi peraturan harus jelas, agar kita terhormat dan mendapatkan kehormatan. Saya ingin menyampaikan hal ini kepada KONI Jabar yang kami hormati dan kepada Pengprov kenapa kami di korbankan? Kami menunggu jawaban dan klarifikasi atas kejadian ini.” Ujar Nurseno yang menjadi Manager dari atlet-atlet tenis meja bernama Fahmi, Hendi, Andre, Gibran, Ida, Rosy, Eva dan Nisa tersebut.

Diungkapkan Nurseno, meski para atletnya telah mendapatkan emas dan perunggu, namun pihaknya tetap menunggu jawaban dari KONI Jabar dan Pengprov, atau bila perlu pihaknya akan menahan atlet-atletnya berlaga untuk sementara, baik di tingkat daearah maupun tingkat nasional.

Nurseno menambahkan, bukan atletnya yang ia permasalahkan, akan tetapi regulasi dan peraturan yang mengakibatkan mereka dapat bermain, sehingga berimbas terhadap semua lini yang telah dipersiapkan pihaknya sejak jauh-jauh hari.

“Dengan pembinaan yang konsisten dan terarah selama enam bulan dan berbiaya sendiri, wajar bila kami menargetkan juara umum dan kecewa dengan regulasi yang ditetapkan secara sepihak dan mendadak,” katanya. (Awis)***