kandaga.id – Wakil Bupati Garut, dr. Helmi Budiman didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong, S.Pd., M.Si., kembali melakukan monitoring dan evaluasi ke sekolah-sekolah, dalam rangka memastikan kesiapan sekolah dalam menghadapi uji coba Pembelajaraan Tatap Muka (PTM).

“Kami akan terus melakukan evaluasi terkait kekurangan-kekurangan apa saja sehingga nanti pada saatnya proses pembelajaran di tahun ajaran baru betul-betul sudah siap,” ujar Wabup Garut saat melakukan monitoring ke SMPN 1 Garut dan SMPN 2 Garut, Kecamatan Garut Kota, Selasa (20/4/2021).

Menurutnya untuk tingkat SMP sepertinya sudah siap dilaksanakan belajar tatap muka, semuanya telah memenuhi standar protokol kesehatan walaupun masih banyak yang harus dibenahi, contohnya hampir semua ruangan pentilasinya masih perlu pembenahan.

Ia juga memaparkan bahwa sekitar 62 persen guru di SMP sudah melakukan vaksinasi, sedangkan guru SD, TK dan Paud sebagian sedang dalam tahap proses vaksinasi, dan kami mentargetkan bulan Mei sampai Juli sudah selesai, jadi saat tahun ajaran baru sudah betul-betul siap.

Wabup juga menjelaskan bahwa dilakukannya PTM ini merupakan upaya melihat proses adaptasi anak didik setelah sekian lama melakukan pembelajaran di rumah. Bagi mereka yang baru meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, tahapan ini bagian dari sosialisasi ulang.

“Kami juga mengingatkan bahwa berdasarkan kajian dinas kesehatan proses pembelajaran tatap muka hanya 25 persen saja. Sisanya proses pembelajaran masih dilakukan melalui daring,” pungkasnya.

Sementara Kadisdik Totong menjelaskan setiap sekolah itu menerapkan dua strategi yaitu tatap muka terbatas dan daring, daring ini untuk mengcover pemenuhan pembelajaran peserta didik.

Terkait dengan semua ventilasi ruangan di sekolah masih diperlukan pembenahan, Kadisdik Totong mengatakan, itu tinggal dimaksimalkan saja, tinggal memperbaiki pintu jendela agar sirkulasi udara terbuka dengan maksimal.

“Dari awal rancang bangun sekolah itu tidak terprediksi akan terjadi pandemi Covid-19. Jadi untuk ke depan rancang bangun itu harus benar-benar representatif,” (Jajang Sukmana)***