kandaga.id – Pers, tidak hanya menyampaikan fakta dan informasi dalam pemberitaannya, tetapi juga menjadi sarana pengawasan sosial bagi trias politica demokrasi, kini sudah menjadi pilar keempat demokrasi, dan sudah menyatu dalam peradaban manusia, khususnya peradaban Kabupaten Garut. Demikian dikatakan aktivis angkatan ‘98, Hasanudin, Senin (08/02/2021)

“Banyak wartawan yang saya kenal, beberapa diantaranya sudah sepuh dan senior, yang terlibat banyak dalam beberapa era pemerintahan dengan konsisten mewartakan fakta dan informasi, tidak hanya sebagai bagian dari profesi pekerjaan, melainkan juga seni menulis berita dan bagian tak terpisahkan dalam hidupnya,mereka sangat berjasa bagi kabupaten ini senantiasa mewartakan banyak hal dengan dinamikanya,” ujarnya

Dia menceritakan pengalamannya saat masih mahasiswa pada tahun 1995 melakukan aksi protes bersama Petani Selekta Cisurupan mendatangi Kantor Kecamatan dan Koramil setempat karena konflik dengan pihak pengusaha, yang berdampak pada kekerasan.

“Melalui medialah peristiwa itu diberitakan, kita ketahui sesuatu sangat sulit di era itu,” kata Hasanuddin, mereka bekerja dengan ikhlas, sebagaimana bekerjanya media, berita lebih populer ketimbang penulisnya, mereka tak ingin dikenal dan dikenang.

Begitupun sebelumnya, Hari Pers Nasional di Garut bekerja sama dengan Senat Mahasiswa STÌE Garut, yang saat itu saya sebagai ketua senat mahasiswanya, pernah mengundang Tokoh Kritis, Sri Bintang Pamungkas yang berakhir dengan pencekalan.

“Namun, kegiatan tetap berlangsung, berkat semangat dari sahabat media, khususnya Kang Mus dan Tokoh Ulama kharismatik (alm) Khalid Tauziri yang menjamin keamanan pada saat itu,” kisahnya.

Menurutnya, tak hanya itu saja, masih banyak peristiwa lainnya di Kabupaten tercinta kita, menggambarkan kebebasan pers tidak serta merta turut dari langit; ada perjuangan insan pers di Garut.

“Banyak suka duka dengan sahabat pers di Garut, Kang Wawan salah satunya yang sering kami berdiskusi di Kantor PWI saat itu, beliau dengan sabar mendengarkan kegelisahan kami,” ujarnya.

Kata Hasanuddin, Pers tak hanya mewarta, mereka juga mengedukasi. Oleh sebab itu pers adalah guru juga, pendidik masyarakat demokratis.

“Saat ini kita, merayakan Hari Pers ditengah Pandemi Covid-19. Bencana kesehatan ini telah merenggut nyawa umat manusia, mengacaukan kehidupan sosial dan perekonomian. Pers kita bekerja ditengah pandemi ini, seakan tak takut terkena virus, mereka tiap hari bekerja mewartakan kejadian dan peristiwa bencana ini,” ucapnya.

Pers telah ikut berkontribusi menyampaikan informasi dan fakta berkenaan dengan virus, korban dan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Mereka telah mensubsidi informasi secara massif sehingga semua mengetahui dan dapat melakukan banyak hal melawan dan beradaptasi dengan virus.

“Tentu patut diapresiasi, media bekerja 24 jam ditengah pemerintah daerah yang bekerja 8 jam. Berita pers sangat membantu,” ujar Hasanuddin, saatnya kita bekerja bersama, mengendalikan virus ini, dan keluar dari situasi krisis secara bersama, agar segera pulih perekonomian kita dan kehidupan kita.

Zaman selalu berubah, pers selalu didepan dengan perubahan itu. Saya sendiri tak ingin ketinggalan peradaban, oleh sebab itu hingga kini tetap bersahabat dengan insan pers, baik suka maupun duka.

“Selamat Hari Pers Nasional, 9 Februari 2021, tetap Disiplin Protokol 3M, kerjakan yang penting dan mendesak saja!,” pungkasnya. (Agah Margana)***