KANDAGA.ID – Mengangkat Motif Batik “Dancing Peacock” (Merak Ngibing) untuk dijadikan Motif Batik sekaligus Ikon Jawa Barat

Pada awalnya “Garut Intan Carnival” merupakan salah satu mata acara dalam rangkaian Helaran Hari Jadi Garut yang kini telah 2 tahun menjadi 100 Calender of Event dari Kementrian Pariwisata RI. Namun pada pelaksanaan ketiga, atau tepatnya tahun 2017 gelaran Carnaval tersebut dipisah dan dijadikan ajang kegiatan untuk memperingati Hari Pariwisata Sedunia (27 September) sekaligus memeriahkan Hari Batik Sedunia (2 Oktober), sehingga pada pelaksanaan 2017 dan 2018 dilaksanakan antara rentang waktu tersebut.

Baru pada pelaksanaan tahun ini, karena satu dan lain hal baru akan dilaksanakan pada Sabtu, 19 Oktober 2019, itupun hanya akan dilaksanakan 1 hari saja dari kebiasaan berjenjang 3 kali kali kegiatan, mulai dari Workshop Fashion Desainer ; untuk memberikan “pembekalan” pada Para Calon Peserta baik Desainernya maupun Modelnya, dilanjutkan dengan Grand Final Penjurian, yakni penilaian konsep dan rancangan berikut hasil karyanya sebelum digelarkan dalam Carnaval diatas runway (jalan raya).

Tidak dapat dipungkiri, memang kegiatan “Pesona Garut Intan Carnival” ini terinspirasi oleh Jember Fashion Carnival (JFC) namun semenjak awal yang diharapkan menjadi pembeda dari kegiatan ini ada beberapa hal:

1). Mengutamakan bahan dari potensi local, seperti Akar Wangi dan Sutra (Garut), Mendong dan Bordel (Tasikmalaya), Bambu (Ciamis), dst.; 2). Memfasilitasi bahan dari daur ulang, seperti Tas Keserek, Bekas Kemasan Makanan/Minuman Instan, limbah serutan kayu, dst.; 3). Senantiasa menonjolkan Batik, baik sebagai Kain Batik (Cap atau Tulis) maupun sebagai Motif, setidaknya 40% dari keseluruhan bahan sebagai upaya memperingati dan melestarikan Kain Batik yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO.; 4). Thema kegiatan hanya sebagai panduan bagi Peserta dalam merancang dan membuat Costum Carnaval tanpa memberikan atau mengarahkan secara lebih teknis kepada Para Peserta, sehingga unsur Kreatifitas Personal lebih menonjol dalam kegiatan ini.

Sebagai sebuah ajang Festival yang bernuansa Kreatifitas dan Pariwisata, kegiatan ini senantiasa didukung oleh Kementerian Pariwisata RI maupun dari Badan Ekonomi Kreatif RI, hanya pada tahun ini saja dukungan agar kurang significant namun menjadi pemicu bagi Pelaksana, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Garut beserta Stakeholder yang bertekad untuk menjadikan event ini sebagai “pendamping” Gebyar Pesona Budaya Garut dalam event 100 Calender of Event dari Kementrian Pariwisata RI, yang bahkan ajuannya sudah disampaikan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Dalam “Pesona Garut Intan Carnival” selain kegiatan Carnaval Costum itu sendiri, juga disajikan Defile Uniform Batik yang biasa diikuti oleh Instansi atau Lembaga karena minimal Peserta berjumlah 10 orang. Digelar juga kegiatan penguat lainnya yakni Lomba Fotografi (Hobby maupun Profesional) untuk mengangkat dan memviralkan kegiatan pada saat pelaksanaannya, serta dimeriahkan pula dengan Bazzar aneka produk kreatif berupa Fashion, Kuliner maupun Kepariwisataan.

Sedangkan untuk Thema Kegiatan, yakni “Dancing Peacock” (Merak Ngibing) sebagai Motif Batik Khas Jawa Barat, yang dimaksudkan bahwa Konon, Burung Merak ini merupakan Hewan dari Surga yang diturunkan berbarengan dengan Nabi Adam AS. Disisi lain, Parahyangan (termasuk Kabupaten Garut didalamnya) adalah daerah/kawasan “yang diciptakan Tuhan tatkala tersenyum” karena itulah keindahan Alam beserta isinya tak terkalahkan daerah lain, beserta kelengkapannya.

Parahyangan adalah tempatnya Para Hyang/Para Dewa sehingga dari kawasan ini pulalah lahir Para Raja, Menak & Pembesar yang adil, bijaksana, berwibawa tatkala hidup/masa pemerintahannya.

Inilah yang diharapkan dipresentasikan Para Peserta Pesona Garut Intan Carnival kedalam Costum-costum Creative. Dengan demikian clue/kata kuncinya adalah :

1). Merak dan hewan-hewan yang indah, cantik dan menarik; 2). Alam yang indah, cantik dan menarik (didalamnya ada Bunga-bungaan yang cantik, indah dan semarak warna); 3). Para Hyang, Dewata, dan Raja Adil-Bijaksana

Sehingga kelompok Costum, nantinya AKAN TERBAGI MENJADI Tiga kelompok tersebut, dengan bahan yang juga terdiri dari 3 macam/kelompok :

1). Batik (40%) selebihnya Bahan Bebas; 2). Batik (40%) selebihnya Bahan Potensi Unggulan Lokal (Akar wangi, Mendong, Bambu, Sutra, Bordel, dsb); 3). Batik (40%) selebihnya Bahan Daur Ulang

Panitia tidak merekomendasikan (dengan kata lain) tidak memperkenankan menggunakan Bahan yang mudah layu (Tanaman, Buah-buahan, Dedaunan, dsb), serta tidak memperkenankan penggunaan Bunga/Tanaman sintetis/plastic yang sudah jadi. Disini unsur Kreasi dan Hand-made lebih diutamakan.

Sedangkan run-way yang digunakan sebagai cat-walk, seperti juga pada tahun-tahun sebelunya yakni dimulai dari daerah persiapan di Jl. Bank – Start dari depan Makodim – berbelok ke kiri arah Jl. A. Yani – menuju Jl. Ciledug – masuk ke Jl. Siliwangi hingga Jl. Dewi Sartika – dan masuk lagi ke arah kanan ke Jl. A. Yani hingga Finish berakhir di Lapang Basket Makodim 0611 Garut.

Kegiatan ini pun masih memperebutkan Piala Bergilir Gubenur Jawa Barat untuk Kelompok ataupun Penilaian Tertinggi dari Juri yang merupakan Akademisi, Designer, Pengamat Mode, dan Aparatur. (Irno/Jajang Sukmana)***