kandaga.id – Festival Permainan Rakyat dan Pertandingan Olahraga Tradisional, yang digelar Komunitas Anggota Masyarakat Peduli (KAMP) Garut pada tanggal 17-19 November 2020 di Desa Wisata Dayeuh Manggung, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berjalan sukses.

“Alhamdulillah, event yang dapat mengedukasi sekaligus melestarikan keberadaan permainan rakyat dan olahraga tradisional ini berjalan sukses, meskipun terkendala karena pandemi Covid-19,” ucap Ketua Panitia, Irno Sukarno saat ditemui di kediamannya, Jum’at (20/11/2020).

Irno menerangkan, kegiatan dibuka Kadispora Kabupaten Garut, Usep Basuki Eko sedangkan diakhir kegiatan ditutup Kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut yang diwakili Kabid Kebudayaan, Dra. Sri Rejeki, M.Si.

“Tadinya pembukaan dan penutupan oleh Kadisparbud atau Kadispora, namun karena masing-masing ada kegiatan mendadak akhirnya pembukaan maupun penutupan pun berbeda-beda,” ucap Irno.

Selain itu, Irno menjelaskan maksud dan tujuan festival ini sebagai bentuk melestarikan warisan seni budaya nenek moyang kita, yang sarat dengan makna serta dapat meningkatkan imun tubuh. Oleh sebab itu kata Irno, kita harus menjaganya dan melestarikannya terutama generasi muda dan generasi-generasi berikutnya.

“Warisan seni budaya tradisi nenek moyang kita dulu itu, salah satunya berupa permainan rakyat yang mungkin anak-anak sekarang sedikit yang tahu,” ucap Irno, melalui kegiatan ini diharapkan terjadi keseimbangan di kalangan generasi muda antara penggunaan gadget dan bermain di alam bersosialisasi dengan sesamanya.

Setidaknya lanjut Irno, selama tiga hari mengajak para peserta, khususnya pemain yang terlibat melupakan gadget, kembali ke alam, bermain yang alami.

“Dengan begitu mereka bisa merasakan kebersamaan melalui kegiatan permainan rakyat dan olahraga tradisional ini,” ujar Irno, festival ini sudah jadi agenda tahunan, yang awalnya hanya diikuti peserta dari wilayah Garut dan sekitarnya. Namun, sejak satu tahun terakhir (2019-red) mulai meluas hingga tingkat Provinsi Jawa Barat.

Irno menjelaskan, kegiatan ini merupakan pelaksanaan dari tiga OPK (Objek Pemajuan Kebudayaan), yaitu permainan rakyat, olahraga tradisional dan bahasa (Sunda).

“Festival kali ini terbagi menjadi dua kategori, yakni peserta tingkat SMP sederajat untuk kategori pertandingan olahraga tradisional serta tingkat SMA untuk kategori permainan rakyat,” ucapnya.

Dirinya merasa optimis bisa mengembalikan kejayaan permainan tradisional ke tengah-tengah masyarakat, jika melihat antusiasme para peserta yang tampil dari 6 (enam) Kabupaten/kota yang terlibat, namun juga tersimpan kekhawatiran tersendiri.

“Cemasnya takut pemerintah tidak optimal, kan permainan dan olahraga tradisional ini bisa saja dimasukan ke dalam kurikulum sekolah, juga dibuatkan aturan yang mengikat untuk terus membudayakan permainan tersebut,” ujarnya.

Balik lagi kepada pemerintah sebagai fasilitator dan regulator, kata Irno, ini mau diapakan? Aturannya sudah jelas, ada undang-undang pemajuan kebudayaan.

“Di tingkat kabupaten/kota ada PPKD (Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah), ada strateginya, bagaimana menjalankan 10 objek pemajuan kebudayaan tersebut,” pungkas Irno, tetapi jika tidak ditindaklanjuti dengan program, tidak didukung keberpihakan anggaran sama saja bo’ong.

Adapun juara umum pertama dan berhak memboyong Piala bergilir Gubernur Jabar diraih KPOTI Kabupaten Bandung Barat, disusul SMP Plus Al-Fatih Banyuresmi Kabupaten Garut, dan SMP Ma’arif NU Cilawu Kabupaten Garut. Sedangkan Festival Permainan Rakyat (pintonan Ngabungbang) juara penampil pertama diraih SMAN 2 Garut, disusul dari Kota Banjar, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bandung. (Jajang Sukmana)***