KANDAGA.ID – Tidak akan menyangka SDN Cimuncang 4 ini jauh dari perkotaan walaupun berada dilingkungan Kecamatan Garut Kota, sekolah ini tepatnya berada di lereng Gunung Karacak. Sedangkan masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai buruh tani yang kental dengan bergotong-royong dalam mengerjakan pekerjaan dilingkungannya.

Komite sekolah, Aceng Komarudin menuturkan, dalam rangka memperkenalkan sekaligus mengembalikan ciri khas budaya pencak silat di Kelurahan Cimuncang, terutama kepada anak sebagai generasi penerus. Salah satunya kepada peserta didik SDN Cimuncang 04 di Jalan Terusan Gagaklumayung, Kp. Menger, Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan mengelar pentas seni pencak silat yang diiring oleh Seni Pencak Silat “Putra Siliwangi” Sayang Kaak Panagan bersama pelatih Ujang Supriatna dan Iwan Nugraha dengan memperagaan pencak silat di halaman depan sekolah yang diikuti oleh peserta didik.

“Saya sangat mendukung sekali kegiatan pentas silat ini, karena sudah lebih satu tahun seni pencak silat mengalami kevakuman,” ujarnya, Sabtu (26/1/2019).

Aceng Komarudin mengatakan, meskipun SDN Cimuncang 4 terbilang jauh dari perkotaan, namun dalam prestasi tak kalah dengan sekolah yang ada diperkotaan, baik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten, dengan meraih juara catur, juara pertama voli tingkat kabupaten, Pildacil, dan qosidah.

“Lulusan SDN Cimuncang 4 hampir 90% melanjutkan pendidikan ke jejang berikutnya,” ujarnya.

Selaku perwakilan orang tua, Aceng Komarudin merasa prihatin banyak peserta didik yang cukup jauh sekitar 3 km menuju sekolah, misalnya dari Kp. Cibeuning, Kp. Cipancur, dan Kp. Sembah Pandai yang keberadaanya bisa dikatakan masih “Leuweung” yang berada di perbatasan dengan Kecamatan Karangpawitan. Mereka datang dan pulang sekolah berjalan kaki dan hanya 10% mengunakan roda dua.

“Sim kuring hawatos kanu sakola sonten (Saya kasihan anak yang sekolah sore), apalagi di musim hujan seperti sekarang ini, bahkan anak dari Kp. Burujul mereka harus berhadap dengan lereng yang sudah langanan longsor kalau di musim hujan,” ujarnya.

Aceng Komarudin merasa prihatin terhadap keberadaan sekolah dengan kekurangan ruangan untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dan mengharapkan kepada pemerintah untuk menambah Ruang Kelas Baru (RKB), untuk mengantisipasi anak yang sekolah sore hari.

“Kami membutuhkan dua RKB, WC, dan ruang perpustakaan, untuk membangun lima RKB pun sangat mungkin, karena lahan tersedia sangat luas. Selain itu, keberadaa bentang sekolah yang berada ditebing memerlukan pengurugan dan penyemenan,“ pungkasnya penuh harap.

Hal yang sama dikatakan pendidik kelas 1, Santi Susanti, yang menambahkan di SDN Cimuncang 4 tempat mengabdinya memiliki 12 robel dengan 5 guru PNS dan sisanya non PNS.

“Untuk Full Day School (FSD) tidak mungkin bisa dilaksanakan dengan kondisi ruangan yang kurang seperti ini, namun kalau untuk Gerakan Literasi Sekolah (GLS) kami siap dan sudah berjalan,” singkatnya.

Sebelumnya, Kepala SDN Cimuncang 4, Yeyen Heryana, S.Pd, mengatakan, sekolah yang dipimpinnya siap melaksanakan FDS, tapi masih kekurangan 2 ruang kelas dan ruang perpustakaan.

“Sekarang kami punya 7 ruang kelas, dan jika pemerintah akan memberi batuan RKB dan ruangan perpustakaan, lahan sudah tersedia cukup luas,” ujarnya. (Jajang Sukmana)***