KANDAGA.ID – Untuk mempersiapkan generasi emas anak bangsa di 100 tahun Indonesia Merdeka, pendidikan anak usia dini menjadi pondasi awal yang harus dipersiapkan dengan kuat dan kokoh, supaya mampu berkompetisi, berprestasi di kancah dunia Internasional.

“Melalui pendidikan anak usia dini, karena bagaimana pun juga, pendidikan usia dini merupakan pondasi awal, ketika pondasinya kokoh, Insya Allah bisa menopang bangunan setinggi dan sekuat apapun,” ujar Ketua IGTKI Kabupaten Garut, Tati Nurbaeti, S.Pd., MM, saat mengikuti Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan (GPK) tahun 2019, di Lapangan Gedung Pendopo, Sabtu (23/3/2019).

Tati mengatakan, untuk mempersiapkan tersebut, diawali dengan gurunya sendiri harus kreatif, inovatif dan memberi contoh yang baik, agar anak kreatif dan tergali potensinya.

“Guru harus punya khas, punya kewajiban memupuk, menggali potensi, memupuk kreatifitas dan memberi contoh keteladanan. Tidak mungkin bisa mendidik anak harus kreatif, imajinatif dan berseka, kalau gurunya tidak kreatif, tidak berseka,” ujar Tati yang mengaku sebagai KepalaTK Baiturahman 3 Tarogong Kidul ini.

Tati menjelaskan, penanaman terhadap anak didik dengan pembiasaan-pembiasaan sehari-hari dan keteladanan kita sebagai guru. Tati mencontohkan, sebelum makan cuci tangan, kalau mau makan berdo’a, contoh dari kita.

(Kiri) Ketua IGTKI Kabupaten Garut, Tati Nurbaeti, S.Pd., MM,

“Kalau makan jangan sambil jalan-jalan, sementara ibu guru makan sambil jalan-jalan, itu kan bukan keteladanan. Jadi pembiasaan sehari-hari, anak-anak sebelum makan baca do’a, sudah biasa dilakukan setiap hari, akhirnya mereka itu bisa,” jelasnya.

Tati, mengharapkan, selaku pendidik anak usia dini mudah-mudahan bisa mempersembangkan untuk negeri tercinta ini, kado terindah di 100 tahun Indonesia Merdeka.

“Mereka yang sedang kita didik di usia dini ini, yang akan menjadi birokrat, pejabat di masa depan memiliki karakter mulia dan berprestasi di dunia Internasional,” ujarnya.

Tati menjelaskan, penanaman dan menumbuhkembangkan dari sisi religinya, dengan penanaman cinta terhadap Allah SWT setiap hari di sekolah, mulai dari praktek sholat, kadang-kadang sholat sunnat dilaksanakan juga, pembacaan surat-surat pendek, do’a sehari-hari sudah dilafalkan setiap hari.

“Baca tulis diterapkan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Contoh kubus yang sudah ada huruf alfabetnya, mengenal keaksaraan. Tidak seperti metode di SD, karena PAUD itu bukan SD kecil. Tetapi, mereka itu ditanamkan dulu senang membaca, cinta membaca,” jelasnya.

Menurutnya, melalui kepiawaian guru dengan menggunakan metode yang menyenangkan, mendongeng misalkan, bermain dengan angka dan bermain huruf.

“Insya Allah mereka itu, tidak duduk manis, tidak boleh lihat kiri kanan belajar, ini huruf A tidak seperti itu. Intinya bahwa anak TK/PAUD itu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, dan TK itu merupakan jembatan antara rumah dan sekolah,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***