MENGAJAR DENGAN LEMBUT

0
1729

Oleh : Inda Nugraha Hidayat (Guru Produktif Multimedia SMK Al-Hikmah 2 Garut)

Menjadi guru bukan hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, tanpa peduli peserta didik bisa menerima atau tidak apa yang disampaikan. Menjadi guru, lebih dari sekedar masuk kelas, berdiri di hadapan peserta didik dan berceramah seolah kita yang lebih tahu segalanya daripada para peserta didik.

 

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru sejatinya adalah seorang pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Jika seorang guru adalah seorang pendidik, jelas tugasnya tak hanya sampai mengajar. Lebih dari itu, setiap pendidik bertanggungjawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani maupun rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan dan kemandirian untuk memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk individu yang mandiri dan mahluk sosial.

Sejatinya, seorang guru adalah seseorang memiliki keluhuran budi-pekerti. Kehadirannya yang mampu menentramkan, selalu diharapkan oleh para peserta didik. Setiap kata yang diucapkannya ibarat cahaya yang menerangi kegelapan, senyumnya bagaikan vitamin yang menyegarkan, dan airmukanya membawa kesejukan.

Guru seperti ini merupakan dambaan setiap siswa. Guru yang mendidik dengan penuh kasih sayang dan kelembutan akan memberi motivasi dan inspirasi tersendiri bagi siswanya. Untuk menjadi Guru seperti itu bukanlah hal yang mudah dan bukan pula hal yang susah. Ada banyak teknik dan seni mengajar yang bisa diaplikasikan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar di depan kelas. Tentu seorang guru harus bisa menguasainya. Salah satu dari banyak teknik dan seni mengajar itu adalah teknik SOFTEN.

Teknik ini sebenarnya tidak secara khusus dirancang atau diciptakan sebagai teknik mengajar. Pada mulanya, teknik ini dirancang sebagai teknik percakapan atau diplomasi dalam negosiasi bisnis dan pergaulan sosial. Teknik ini adalah teknik penggunaan bahasa tubuh yang baik, yang dikemukan oleh Don Gabor dalam bukunya yang berjudul “How to start conversation and make friends.” Namun ternyata teknik ini pun bisa dan sangat efektif digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar.

Menjadi guru yang efektif dalam proses belajar mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh baik buruknya kalimat dan pilihan kata yang digunakan. Ada hal yang lebih menentukan dan berdampak lebih besar dari hal tersebut, yaitu penggunaan bahasa tubuh yang baik dan empatik. Persis seperti gagasan Don Gabor dalam teknik SOFTEN.

Dalam bahasa Inggris, Soften berarti melembutkan. Jadi, dengan teknik mengajar yang disingkat dengan istilah “SOFTEN” ini membuat cara mengajar dan mendidik kita menjadi lebih lembut. Teknik SOFTEN merupakan singkatan dari enam sikap tubuh yang harus dikuasai oleh seorang guru, yakni Smile, Open Arms, Forwart Lean, Touch, Eye Contact dan Nod.

 

Smile (senyuman).

Senyum manis adalah indikasi yang kuat dari sikap ramah dan terbuka serta kesediaan untuk berkomunikasi. Senyum seorang guru merupakan sinyal non verbal reseptif yang dikirimkan dengan harapan peserta didik juga ikut tersenyum. Ketika seorang guru tersenyum, ia memperlihatkan bahwa dirinya memperhatikan anak didiknya secara positif. Dengan tersenyum seorang guru memperlihatkan sikap terbuka untuk melakukan percakapan dengan peserta didik. Padukanlah senyum yang ceria dengan kata-kata yang ramah, kemudian lihatlah respon apa yang kita dapatkan dari anak didik kita.

 

Open Arms (Tangan Terbuka)

Sikap tangan terbuka dapat dimaknai dengan sikap terbuka pada materi yang dibicarakan. Seorang guru hendaknya bersedia menerima kritikan dan masukan, baik dari anak didiknya, ataupun dari sesama guru, untuk memperbaiki diri dalam proses pembelajaran. Jadi, baik sekali jika seorang guru membiasakan diri mengajar/berbicara dengan tangan terbuka, berekspresi dan tidak kaku. Dengan sikap seperti ini, anak didik kita akan lebih nyaman dan merasa diterima. Gerakan tangan terbuka menunjukkan adanya sebuah penerimaan sosial. Sedangkan sebaliknya gerakan tangan menyilang membuat kita tampak tertutup untuk melakukan pembicaraan maupun untuk melakukan interaksi lainnya. Apalagi jika ditambah dengan gerakan tangan menutup mulut, akan mengesankan menjadi seorang yang sedang berpikir keras, dan seperti enggan diganggu.

 

Forward Lean (Condongkan Badan Ke Depan)

Ketika menyimak jawaban atau pertanyaan dari anak didik, hendaklah seorang guru mencondongkan badannya ke depan, ke arah anak yang berbicara. Sikap ini menunjukkan ketertarikan kita kepada pembicaraan yang sedang dilakukan. Dengan sikap ini, anak didik biasanya akan lebih merasa dihormati. Jauh lebih baik untuk melakukan gerakan condong ke depan secara rileks dan alami. Tetapi harus diperhatikan juga, agar kita berhati-hati dengan ruang pribadi anak didik kita. Posisi yang terlalu dekat juga seringkali membuat seseorang tidak nyaman dalam berbicara, pastikan kita berada pada posisi dan jarak yang tepat.

 

Touch ( Sentuhan )

Sentuhan lembut seorang guru kepada anak didiknya, bisa meningkatkan kepercayaan diri si anak. Sentuhan itu bisa berupa jabatan tangan, usapan di kepala, tepukan lembut di bahu, dan lain sebagainya. Apalagi jika dibarengi dengan pujian atau dorongan semangat seperti, “Wah, hebat kamu!” atau “Saya percaya, kamu pasti bisa!”

Namun, kita juga harus berhati-hati dalam memberikan sentuhan kepada anak didik kita, terutama mereka yang merupakan lawan jenis. Perhatikan bagian-bagian tubuh yang tidak selayaknya disentuh, dan berikan sentuhan sewajarnya, untuk menghindari fitnah atau prasangka yang akan merugikan.

 

Eye Contact ( Kontak Mata )

Pengaruh yang paling kuat dari gerak tubuh adalah pengaruh yang dikirmkan melalui gerakan mata. Kontak mata langsung dengan peserta didik, memperlihatkan bahwa sebagai guru kita benar-benar ingin mendengarkan apa yang akan dan sedang disampaikannya. Sertai kontak mata kita dengan senyuman yang tulus, karena itu dapat menghindarkan dari kesan menekan atau menakutkan. Kontak mata perlu diperhatikan sisi intensitasnya. Tatapan mata terlalu lama dan sering bisa mengakibatkan lawan bicara kita merasa tidak nyaman dan menimbulkan kecurigaan terhadap maksud dan tujuan kita. Mulailah dengan kontak mata secara singkat, mungkin hanya beberapa detik, dan jangan lupa sertai dengan senyuman yang ramah dan tulus. Kemudian kita boleh beberapa saat mengalihkan pandangan ke arah lain, namun setelah beberapa saat kembalilah menatap kembali peserta didik kita persis pada kedua matanya. Satu hal yang perlu diingat, buatlah senyaman mungkin, dan pembicaraan akan mengalir dengan mudah dan menyenangkan.

 

Nod ( Anggukan Kepala )

Anggukan kepala menunjukkan seorang guru memahami dan mendengarkan apa yang sedang disampaikan peserta didiknya. Anggukan juga biasanya menunjukkan persetujuan sehingga mendorong lawan bicara untuk tetap nyaman dalam menyampaikan pesan-pesan yang sedang dibicarakannya. Anggukan kepala disertai dengan senyuman yang ramah juga dapat digunakan untuk menyapa orang lain yang anda temui, karena anggukan itu seperti bahasa tubuh pelembut lainnya mengirimkan pesan yang sama yaitu, ”Saya akan dengan senang hati berkomunikasi dengan Anda”.

 

Satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahasa tubuh tidak untuk menggantikan bahasa verbal yang kita gunakan. Jika kita hanya menggunakan bahasa tubuh saja untuk berkomunikasi maka Anda akan banyak menemukan kekeliruan dalam berkomunikasi. Komunikasi secara menyeluruh adalah gabungan dari bahasa verbal, nada suara dan bahasa tubuh. Menggunakan ketiganya secara harmonis akan menghasilkan suatu hal yang luar biasa, yaitu keajaiban komunikasi.