KANDAGA.ID – Jangan heran jika berkunjung dan berbapapasan dengan pendidik atau orang tua peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Bayyinah Garut, di Jl. Raya Bayongbong KM.3, Kp Babakan Somawijaya Murasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyapa dengan salam, sapa, dan senyum. Seolah memberi kesan tersendiri sebagai bukti sekolah berkarakter dengan menerapkan gerakan 3-S (Senyum, Salam, Sapa).

“Kami disini menerapkan pendidikan bersifat kekeluargaan, intinya kan sekolah Itu pelayanan. Jadi kita memang harus bisa memberikan kepercayaan, harus membangun kepercayaan, citra yang bagus juga, sehingga orang tua, tamu merasa nyaman dan aman,” ujar Kepala SDIT Al-Bayyinah Garut, DR. Hanny Latifah, S.Sos, M.M.Pd., diruang kerjanya, Senin (25/2/2019).

Kepala SDIT Al-Bayyinah Garut, DR. Hanny Latifah, S.Sos, M.M.Pd.

Menurut Hanny, awal-awalnya memang cukup sulit untuk merubah pembiasaan, bahkan telah mencoba berbagai cara, baik penerapan reward, punishment dan segala macam.

“Tapi Alhamdulillah, pada akhirnya karena kita bangun kesadaran ke mereka, bahwa ini adalah tanggung jawab semua, terhadap anak-anak yang bukan hanya mengajar tapi mereka harus dididik. Kita bangun kesadaran dan bertanggungjawab dan sebagainya,” ujar Hanny.

Hanny, yang mengaku sebagai Public Relation dan marketing tahu persis segala macam berurusan seperti itu, melihat pangsa pasar, potensi di luar, dan riset sedikit-sedikit, sehingga tahu kebutuhan orang tua itu seperti apa.

“Disini kan kebanyakan orang tua pada bekerja yang pulang ke rumah paling sore, sehingga mereka itu merasa dengan full day school itu orang tua merasa tenang. Orang tua pulang sambil menjemput anaknya,” ujarnya.

Dirinya tidak ingin menanamkan guru-guru harus takut sama kepala sekolah, tidak seperti itu. Tapi kita semua harus sadar, bahwa ini adalah tanggung jawab besar, sehingga mereka terbangun kesadaran, datang tepat waktu dan pulang pun mereka semua sama-sama pukul 15.00 atau pukul 16.00 WIB.

“Jadi disini tidak ada yang pulang duluan dengan alasan segala macam, tidak ada. Bahkan, kalau ada anak yang belum datang jemputan, guru wali kelas menemaninya menunggu sampai datang yang menjemput anak itu,” jelasnya.

Hanny menjelaskan, kebutuhan agama, apalagi di zaman sekarang, terlebih SD sebagai pondasi untuk masyarakat, sekolah yang dipimpinnya betul-betul konsen. Karena bukan lagi pembelajaran tentang karakter, tapi bagaimana mengimplementasikan karakter.

“Disini, selain pelajaran formal ada pelajaran bahasa Sunda dan bahasa Inggris dan lainnya, serta metode Al-Quran Tilawati yang satu-satunya sekolah di Kabupaten Garut yang menggunkan metode Al-Qur’an Tilawati,” jelasnya.

Hanny menerangkan, untuk pemenuhan pembelajaran Tilawati, baru-baru ini dua orang telah mengikuti Training of Trainer (ToT) Tilawati, sehingga guru Tilawati di SDIT Al-Bayyinah Garut ini sudah bersertifikasi.

“Bahkan para orang tua peserta didik diajak untuk ikut serta pengajian dengan metode Tilawati, supaya tidak kebingungan cara mengajarkan metode Tilawati kepada anak di rumah. Dan tak sedikit orang tua meminta kepada kami untuk datang setiap satu bulan sekali mengajarkan Tilawati dirumahnya,” jelasnya.

Selain itu, untuk menjaga bahasa Sunda selaku bahasa “indung” orang Sunda, SDIT Al-Bayyinah Garut mengikuti program pemerintah dengan “Kemis Nyunda”, mulai dari pakaian dan berupaya serta berusaha menggunakan bahasa Sunda, meskipun masih banyak kekurangan dalam penyampaiannya. (Jajang Sukmana)***