Para aktivis HIV/Aids di Garut Peringati Hari Aids Sedunia
Para aktivis HIV/Aids di Garut Peringati Hari Aids Sedunia

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Tenni Swara Rifai, mengungkapkan, dari 6 ribu warga Garut yang diperiksa terkait penyakit HIV/Aids, 8 orang diantaranya dinyatakan positif . ” Dari 6 ribu yang diperiksa, 8 orang positif Aids. Kalau dibandingkan itu 1 banding 70. Tapi untuk kehati-hatian kita, ambil saja satu banding 50. Artinya dari 50 orang warga Garut, satu diantaranya positif Aids, ” ungkapnya, usai membuka seminar “Cegah HIV/AIDS Dengan Menghindari Seks Bebas dan Narkoba” di Gedung Islamic Center, Jalan Pramuka, Selasa (5/12/2017).

Dijelaskan Tenni, saat ini di Kabupaten Garut terdapat 573 warga yang terinfeksi HIV/Aids dari berbagai usia, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Dan yang terpapar virus mematikan yang belum ada obatnya itu, tidak hanya warga di perkotaan saja.  Namun, sudah menyebar ke berbagai pelosok hingga wilayah pinggiran. Di wilayah selatan Garut ditemukan siswi SMP yang terpapar HIV.Diduga anak itu terpapar dari teman atau keluarganya.

Menurut Tenni, sekarang ini anak tersebut dalam pengawasan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas terdekat.
Selain itu, kata Tenni ada juga perawat yang terpapar HIV. Penyebabnya adalah perawat itu tertular saat menangani ibu terpapar HIV yang melahirkan.“Kejadiannya perawat itu menangani persalinan seorang ibu yang terpapar HIV Entah kenapa jarum suntik tergores ke tangannya. Jarum suntik itu bekas si ibu yang terpapar HIV itu. Kejadiannya tahun 2017 ini,” katanya.

Tenni menjelaskan, pemaparan Hiv/Aids itu tak harus berhubungan seks saja, tetapi dengan cara lain pun bisa terpapar.Tenni menuturkan, temuan pasein HIV itu seperti fenomena gunung es.Tenni menyebutkan, informasi ini sekaligus himbauan kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dan waspada.

Sementara itu, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman berharap, dengan seminar program pencegahan HIV/ Aids ini terbinanya kerja sama dari Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dengan Perguruan Tinggi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya mengenai Hiv/Aids dengan memanfaatkan SDM Mahasiswa Kesehatan Masyarakat sebagai Promotor Kesehatan. “Namun yang paling penting dalam penanganan Hiv/Aids ini harus dimulai dari lingkungan keluarga di rumah, berlanjut pada lingkungan tetangga, sekolah serta pergaulan di tengah masyarakat,” kata Helmi.

Ia mengatakan, penanganan HIV/Aids bukan harus oleh Pemerintah saja, tetapi harus melibatkan semua pihak.“Dan bukan pula tanggungjawab dinas kesehatan, dokter atau perawat. Tetapi semua elemen masyarakat harus ikut terlibat. Para orang tua, guru, dan seluruhnya,” katanya. (Jay)***