kandaga.id – Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan, senantiasa melibatkan peran aktif, baik secara fisik, psikologis yang didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dipilih secara bebas.
Bermain merupakan kontribusi alamiah khususnya bagi anak untuk belajar dan berkembang, dan tidak ada satu program pun yang dapat menggantikan pengamatan, aktivitas, dan pengetahuan langsung pada saat anak bermain.
Pengawas TK, Nunung Herlina, S.Pd., M.Pd., menjelaskan, ada 10 prinsip dalam pembelajaran untuk anak usia dini yaitu belajar melalui bermain, berorientasi pada perkembangan anak dan kebutuhan anak, berpusat ke anak, pembelajaran aktif, berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter dan kecakapan hidup, didukung oleh lingkungan, berorientasi pada pembelajaran yang demokratis, dan pemanfaatan media belajar, sumber belajar dan nara sumber, Kamis (16/09/2021).
Dia mengatakan, kalau kita amati bermain atau permian itu dapat diklasifikasikan sesusai dengan usia. Misalnya untuk Bayi –Toddler, keterampilan motorik, pemaksimalan panca indera dalam eksplorasi objek, dan melakukan gerakan sederhana yang dilakukan secara berulang-ulang.
Untuk usia TK/Play group, mereka sering bertukar mainan, belajar bersama, kreativitas, belajar bekerja sama. Di usia Sekolah Dasar (SD) mereka melakukan kegiatan eksplorasi, menciptakan mainan sendiri. Sedangkan pada awal remaja, mereka bermain dengan permainan teratur dan terstruktur, bermain dengan peraturan, termotivasi dalam bermain, terfokus pada kelompok, dan memahami lingkungan sosial.
Menurut Nunung, bermain untuk anak TK/Play group itu penting, karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan dan itu melekat pada diri anak (kodrat). Bagi anak bermain itu jadi wahana bersosialisasi bersama teman dan mengeksplorasi benda-benda untuk memenuhi rasa keingintahuannya.
“Melalui bermain anak akan mengetahui dunia luar, dapat berkarya dan berimajinasi sesuai dengan keinginannya, menyalurkan ide-ide dan menerima tantangan, dan lain-lain.” jelasnya.
Apa yang harus dilakukan oleh pendidik? Kata Nunung, guru harus merancang kurikulum dengan saksama untuk menanggapi anak pada saat bermain, peduli terhadap kebutuhan anak, mengobservasi anak pada saat bermain spontan, mengetahui saat anak butuh bantuan, mengontrol tingkah laku anak, membantu anak mengungkapkan perasaannya, menghargai arti bermain, memberikan pengalaman dan kesempatan aktivitas pada anak, tidak membatasi anak bermain, memberikan kenyamanan dan lingkungan yang mendukung anak bermain, serta merancang lingkungan bermain outdoor.
Adapun dukungan main yang bermutu, ungkap Nunung adalah waktu anak bermain, tempat bermain, dan material yang dimainkan anak, serta interaksi guru dengan anak yang mendukung untuk bermain.
“Metode pembelajaran untuk bermain anak, merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru yaitu penguasaan terhadap metode pembelajaran,” ujarnya.
Metode pembelajaran PAUD adalah cara yang digunakan pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kepada anak untuk mencapai kompetensi tertentu, dirancang dalam kegiatan bermain dengan bermakna dan menyenangkan.
Ada beberapa jenis metode pembelajaran diantaranya, bercerita, bermain peran, tanya jawab, pemberian tugas, karyawisata, demonstrasi, proyek, dan eksperimen.
Kata Nunung, metode bercerita adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau dongeng yang dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
Dirinya mencontohkan menggunakan alat seperti boneka, gambar, buku cerita, dan benda-benda langsung (asli/ tiruan). Sedangkan tanpa alat, guru menyiapkan alat peraga, fokuskan perhatian anak dengan mengajak bernyanyi atau bertepuk tangan sebelum bercerita, ciptakan suasana yang membuat anak penasaran (tebak-tebakan).
“Minta anak untuk menebaknya judul cerita yang disampaikan, dan menceritakan kembali serta memperagakan karakter/tokoh dalam cerita. Dan lakukan tanya jawab tentang isi dan tokoh dalam cerita tersebut,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana