KANDAGA.ID – Nyaris tidak ada kendala yang berarti. Ribuan peserta didik usia 12 tahun sampai dengan usia kurang 19 tahun melaksanakan Outbreak Respone Imunization (ORI) Imunisasi Difteri dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) tahun 2018 di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa

Barat.Pelaksanaan kegiatan selama bulan September 2018 ini, merupakan tahap II dan gratis yang sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2017 lalu, sedangkan untuk kelas 1 dilaksanakan bulan imunisasi anak sekolah (Campak).

Kepala SDN Paminggir 4, Siti Maemunah, S.Pd.SD., yang akrab di panggil Memey mengatakan, kesuksesan pelaksanaan kegiatan atas terjalin kerjasama, pengertian dan pemahaman peserta didik, orang tua, dan pihak sekolah terhadap kebutuhan hidup sehat yang diinginkan semua pihak.

“Pelaksanaan kegiatan ini berdasar pada surat dari Kementerian Kesehatan RI Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) No. SR02.06/II/3149/2017 tanggal 6 Desember 2017, perihal penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri,” ujar Memey di ruang kerjanya, saat berlangsung pelaksanaan imunisasi, Senin (24/9/2018).

Menurutnya, penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjugtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak. Penuluran infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum tumbunhya ruam kulit, dan 4 hari setelah ruam kulit ada.

“Imunisasi ini merupakan suatu proses memasukkan virus campak yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh guna merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi atau kekebalan terhadap penyakit campak. Jadi manfaat imunisasi campak pada bayi sangatlah penting karena campak dapat menular dengan mudah,” jelasnya.

Sedangkan Difteri tambah Memey, adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Tujuan kegiatan ORI memutuskan pularan dengan segera, menurunkan jumlah kasus difteri, mencegah agar penyakit tersebut tidak semakin meluas dengan cara memberikan imunisasi difteri kepada kelompok usia tertentu.

Memey menjelaskan, pelaksanaan di Komplek SDN Paminggir 4, 5, 6, dan 7 memang tidak sesuai dengan jadwal, karena seharusnya pada hari Kamis 13 September 2018 yang lalu, bersamaan dengan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

“Semua pendidik yang ada di Kecamatan Garut melaksanakan PKB, dan untuk pelaksanaan imunisasi kami berkoordinasi dengan pihak Puskesmas agar pelaksanaan dipajukan. Alhamdulillah, pihak puskesmas memahaminya,” ujarnya.

Pantau kandaga.id, kebeberapa tempat pelaksanaan ORI dan BIAS penanganannya kondusif dan intensif, ditanggapi sekolah, orangtua/wali dan peserta sangat positif, meskipun tidak mencapai 100% karena ada peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan ringan, sehingga bagi yang belum melaksanakan akan menyusul ke Puskesmas. (Jajang Sukmana)***