KANDAGA.ID – Peningkatkan kompetensi tenaga pendidik menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun sekolah sebagai lembaga pelaksana pembelajaran, terutama menumbuhkan semangat serta kemauan untuk mengubah goodwill and mindset tenaga pendidik terutama dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era millennial dan revolusi industri 4.0.

SDIT Persis Tarogong 2 terletak di Jl. Terusan Pembangunan No. 1, Desa Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan bagian dari Pesantren Persatuan Islam Tarogong yang memiliki visi, terwujudnya madrasah sebagai miniatur masyarakat islami dan menjadi lembaga pendidikan unggulan dan misi, membina insan berakhlaqul karimah, membina insan tafaqquh fid-din, membina insan yang menguasai IPTEK.

Sebagai bagian dari pesantren SDIT Persis Tarogong 2 menjabarkan visi misi tersebut sesuai dengan kebutuhan di jenjang sekolah dasar yaitu terwujudnya SDIT Persis Tarogong 2 sebagai Lembaga Pendidikan Islami dan Unggul. Untuk mewujudkan harapan tersebut SDIT Persis Tarogong 2, menyelenggarakan workshop tahun pelajaran 2019-2020 selama empat hari, Selasa-Jumat (2-5/07/2019).

Kepala SDIT Persis Tarogong 2, Ida Siti Faridah, M.Pd., mengatakan, kegiatan ini sudah rutin dilaksanakan setiap menghadapi tahun ajaran baru, dan tahun ini bertemakan “Guru Adalah Garda Terdepan Untuk Membangun Generasi Milenial Yang Berkarakter”. Mengapa mengambil tema tersebut, karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksanaan pendidikan, dengan adanya workshop diharapkan adanya perubahan goodwill dan mindset ibu bapak guru terutama dalam mempersiapkan pembelajaran di era milenial dan menghadapi revolusi industri 4.0, Jumat (5/07/2019).

Ida menjelaskan, goodwill dan mindset menjadi hal penting yang harus dimiliki guru untuk menjadi guru yang professional, karena sebagus apapun kurikulum dan fasilitas pembelajaran kalau tanpa adanya semangat dan polapikir guru guru semua itu menjadi kurang bermakna.

“Karena progress? Perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan begitu cepat seiring dengan perubahan dan perkembangan. Dan kita harus dengan cepat juga mengimbangi perubahan itu, karena pendidikan itu dinamis. Dengan workshop diharapkan adanya peningkatan kualitas ibu bapak guru SDIT Persis Tarogong 2,” tegasnya.

Selain itu, tambah Ida, dirinya selaku kepala sekolah selalu menekankan, bahwa anak sholeh, cerdas dan berkarakter karena ibu bapak gurunya soleh, cerdas dan berkarakter, makanya yang lebih didahulukan adalah membina tenaga pendidik yang berakhlaqul karimah agar menjadi model, artis, actor serta qudwah untuk anak-anak didiknya.

“Karena murid akan mempola, apa yang dilakukan guru. Jadi yang paling utama memiliki semangat, berakhlaq baik, hafal quran adalah ibu bapa gurunya termasuk mungkin kepala sekolanya harus lebih utama,” tegasnya.

Ida menerangkan, SDIT Persis Tarogong 2 sebagai lembaga pendidikan yang memiliki visi mewujudkan miniatur masyarakat islami akan sangat identik dengan karakter atau akhlakul karimah disamping memiliki keunggulan lainnya.

“Keunggulan yang diharapakan baik unggul gurunya sebagai SDM-nya, unggul di siswanya, unggul di proses pembelajarannya, unggul difasilitasinya, dan unggul di kurikulumnya karena memang kurikulum kita ada perbedaan,” jelas Ida sembari menambahkan, salah satunya SDIT Persis Tarogong 2 memiliki target guru harus hafal minimal satu juz qur’an dan selama ini sudah ada beberapa orang yang sudah hafal. Sedangkan bagi siswanya, 1-6 target minimal dua juz. Tapi ada juga anak sekarang kelas 1 sudah hafal satu juz.

Selain itu, keunggulan pembelajaran SDIT Persis Tarogong 2 sebanyak 33% dari total pembelajaran lebih mengedepan program pendidikan karakternya melalui pembiasaan sebagai upaya membangun habbit anak agar berakhlaqur karimah/berkarakter.

“Sekalipun mungkin pendidikan karakter tidak bisa instan, untuk itu harus terlibat semua elemen dan komponen yang ada di dalamnya,” ujarnya.

Dirinya punya prinsif think globally act locally (berpikir secara global bertindak secara lokal). Sekali pun berada di SDIT Persis Tarogong 2 yang hanya baru sampai kelas 2, tapi pola berpikir ibu bapa gurunya sudah harus melihat ke depan.

“Untuk menambah wawasan pada workshop kali ini kami sengaja menghadirkan nara sumber dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana mengelola sampah, dan sejalan program pemerintah bahwa sekolah harus berbasis lingkungan,” ujarnya.

Ida mengatakan, workshop ini bekerjasama dengan owner dari trainer IT dari Kabupaten Bogor, berkaitan dengan internet, pembelajaran berbasis Daring dan tentu disesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan zaman.

“Dalam workshop ini mereka bisa saling berinteraksi sesama guru. Dan ini sudah terkelompok sesuai dengan jenjangnya untuk mendesain media pembelajaran dengan menggunakan beberapa aplikasi dan penyusunana karya tulis ilmiah berupa PTK,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***