KANDAGA.ID- Di tengah pemukiman padat penduduk, sebuah bangunan sekolah berdiri di atas lahan seluas 1547 m2. Inilah SDN 5 Leles, yang terletak di Kp. Babakan Sari, Ds. Leles, Kec. Leles, Kab. Garut. Berdiri sejak tahun 1984, SD ini hanya memiliki lima unit ruang kelas, dan lima orang tenaga pendidik. Untuk mensiasatinya, sekolah memberlakukan sistem double-shift bagi  kelas 1 dan 2. Acap kali, kepala sekolah turun tangan untuk mengisi kekosongan kelas. Meski demikian, deretan pahlawan ini siap memberikan layanan kemanusiaan kepada 95 orang anak didiknya.

Rupanya keterbatasan itu tidak membuat pihak sekolah menjadi patah arang. SDN 5 Leles senantiasa mengakomodasi minat dan potensi anak didiknya melalui kegiatan ekstrakulikuler, yakni pramuka, BTQ, bimbingan keagamaan, olahraga, dan kesenian daerah. Sementara itu, prestasi terakhir yang diraih ialah juara 2 lomba menempel gambar pada pesta siaga tingkat kecamatan pada tahun 2019, juara 3 tari daerah tingkat kecamatan pada tahun 2018, juara 2 hifdzil Quran tingkat kecamatan pada tahun 2018, dan menjadi partisipan lomba literasi nasional.

Kepala SDN 5 Leles, Eti Patmah, S.Pd. SD,  berinisiatif untuk mengubah potret sekolah menjadi lebih “berwarna”. Pada tahun 2017, ia membuat pagar pelangi dari bambu. Selain itu, selama memimpin sekolah ini, ide-ide kreatif terealisasi dalam beberapa program inovatif. Program tersebut diantaranya Gemalis (Gerakan Membaca dan Menulis), Pepeling (Pelajar Peduli Lingkungan), dan G-Diksi (Gerakan Disiplin, Inovatif, Kerja sama, Semangat, dan Ikhlas).

Gemalis memiliki orientasi yang sama seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Uniknya, Gemalis memiliki yel-yel tersendiri, lalu anak didik diajak untuk membaca buku bacaan, mengomunikasikan hasil bacaan, dan berdiskusi mengenai hasil bacaan. Gemalis dilaksanakan setiap hari rabu, tepat sebelum pembelajaran berlangsung. Sedangkan Pepeling mengajak anak didik untuk lebih peka terhadap lingkungan alam dan sosialnya, program ini dilaksanakan setiap hari jumat. Sementara itu, G-Diksi merupakan program pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari, dengan tujuan agar anak didik terbentuk menjadi manusia yang berkarakter.

Selain mencanangkan program inovatif, Eti juga mencetuskan inovasi belajar berupa wayang bilangan bulat dan Masgeba. Wayang bilangan bulat dapat membantu anak didik memahami konsep bilangan bulat secara konkret dan komprehensif. Sementara itu, Masgeba merupakan akronim dari “Masuk, Geser, Baca”. Masgeba dapat digunakan dalam beberapa rumpun keilmuan.

Resolusi kedepan, Eti ingin anak didiknya memiliki minat di bidang sastra, terutama puisi. Ia berupaya membimbing dan mengarahkan mereka hingga bisa menciptakan sebuah karya berupa antologi puisi. Sementara itu, harapan jangka panjangnya, ia berharap visi sekolah dapat tercapai, yakni mencetak anak didik yang berakhlakul karimah, cerdas, dan peduli lingkungan. Ia optimis, melalui program-program inovatif yang sudah dijalankan, visi tersebut dapat tercapai dengan baik. Namun tentunya Eti memberi pesan kepada pemangku kebijakan, bahwasanya ia menginginkan pemerataan dalam hal sarana prasarana dan pendidik. Dua elemen ini tentunya berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan. (Fitri Ayu)***