Diaqnita Mawarti, S.Pd.

kandaga.id – Implementasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada satuan pendidikan di Kabupaten Garut dimulai tanggal 16 Agustus 2021, namun tak semua satuan pendidikan melaksanakannya pada tanggal tersebut.

Bukan tanpa alasan mereka tak mengimplementasikannya, masing-masing sekolah punya alasan tersendiri, kebijakan, maksud dan tujuan serta program terencana kedepannya.

Seperti sekolah di komplek TK, SD Yos Sudarso, setelah pemerintah mengijinkan PTM, pihaknya melakukan observasi terlebih dahulu, lalu menyebarkan angket untuk meminta persetujuan orang tua, Kamis (09/09/2021).

Setelah angket terkumpul, kata Ketua kompleks, Diaqnita Mawarti, S.Pd., baru membuat jadwal untuk tempat memfasilitasi anak-anak bersekolah dengan cara bertahap dimulai dari jumlah 4 peserta didik. Jika selama seminggu stabil, minggu berikutnya ditambah 2 dan seterusnya, hingga sekarang implementasi PTM di kompleks TK SD Yos Sudarso hampir sampai 50%.

“Setiap minggunya kita selalu melakukan observasi, kalau kegiatannya berjalan lancar, kondisinya aman terkendali akan melakukan terus dengan konsisten, mungkin juga anaknya akan ditambah lagi,” ungkap Diaqnita.

Kompleks TK SD Yos Sudarso sebenarnya selalu mengikuti setiap prosedur yang berlaku, tapi tidak semata-mata karena diizinkan bersekolah lalu bereuforia, tidak. Justeru berpegang kuat pada protokol kesehatan, keselamatan anak-anak didiknya.

Termasuk dalam pembelajaran juga yang bisa memfasilitasi, baik daring maupun yang ada di sekolah, semuanya harus terfasilitasi, terlayani baik di sekolah maupun yang di rumah dengan porsi yang sesuai.

Diaqnita berharap, kondisi saat ini tetap stabil, pembelajaran bisa melakukan pembiasaan baru, anak-anak mendapatkan haknya kembali untuk melakukan pembelajaran di sekolah, bersosialisasi bersama teman-teman.

Dirinya mengimbau untuk tetap patuhi protokol kesehatan, walaupun sekarang sudah berada di level 2, bukan berarti menjadi abai, karena semuanya untuk keselamatan bersama, semuanya bisa berjalan bersama terus, dan situasi dalam keadaan yang aman.

Hal yang sama ditegaskan Kepala SD Yos Sudarso, F.X. Karnadi, S.Pd., karena lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, sehingga PTM baru bisa diimplementasikan setelah dua pekan yang lain melaksanakan. Itupun setelah menerima surat persetujuan dari orang tua yang dibubuhi materai.

Selain itu, jumlah peserta didik pun diatur secara bertahap, setiap kelasnya hanya 10 anak didik dengan dua pendidik. Meja kursi masing-masing satu anak dan berjarak, begitu juga jam makan atau istirahat berjarak serta dipantau. Termasuk orang tua anak didik yang mengantar dan pulang dibatasi sampai pagar pembatas.

“Kalau kata DR. Hany, catat sebelum melakukan dan catat setelah melakukan,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana