KANDAGA.ID – Giava Zahrannisa salah satu peserta didik SMAN 1 Garut di Jl. Merdeka No.91, Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang kini duduki di kelas XI, MIA-8 ini membuat bangga dengan prestasinya sejak awal kelas X.“Alhamdulillah, sejak kelas X sudah meraih beberapa prestasi mulai dari juara se-Priangan Timur, provinsi dan Nasional,” ujar Giava di ruang Kepala SMAN 1 Garut, Senin (29/4/2019).

Giava Zahrannisa foto bersama Kepala SMAN 1 Garut, Drs. H. Achdiat Kusdani, M.Pd., di ruang kerjanya, Senin (29/4/2019).
Prestasi Giava dari awal kelas X itu dengan meraih Juara 1 Lomba Debat Sayembara Bahasa Indonesia se-Priangan Timur di Universitas Galuh, kemudian meraih Best Oralist Lomba Debat Hukum Nasional pada Padjadjaran Law Fair di Universitas Padjadjaran, dan terakhir meraih Best Speaker dalam Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sampai mendapat kesempatan untuk mewakili Jawa Barat pada lomba tingkat Nasional di Bengkulu.Beranjak ke kelas XI, Giava mendapat penghargaan Gubernur, sebagai Duta Sanitasi Jawa Barat, didukung oleh usaha sekolah dalam bidang kebersihan lingkungan. Di tahun 2019, Giava mencoba mengikuti Kompetisi Ekonomi (Kompek) di bidang Economic Research Paper yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia, dan mendapat juara 3, juga menjadi Most Valuable Participant (MVP). Sebulan setelahnya, Giava mencoba lagi mengikuti Lomba Debat Hukum Nasional.“Alhamdulillah bisa mendapat penghargaan sebagai juara 1 Nasional,” ujarnya.Dengan berbagai prestasi diraih Giava, dirinya mendapat panggilan telepon dari Kemdikbud untuk mengikuti student exchange (pertukaran pelajar) yang diselenggarakan oleh Japan Science and Technology Agency, bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Indonesia dan Jepang, juga beberapa negara di Asia lainnya.“Program Sakura Science Highschool Program ini menawarkan pertukaran ilmu dengan cara membawa para generasi muda untuk melihat perkembangan bisnis, teknologi, sains, dan penelitian ilmiah di Jepang,” jelas Giava bangga.Giava mengakui sebenarnya sebagai pelajar memiliki tugas utama adalah belajar di kela karena itu lebih utama daripada berpartisipasi dalam banyak kegiatan. Karena di sekolah Giava sering sekali dispensasi, meninggalkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk persiapan lomba, maka Giava harus menggantinya dengan belajar secara otodidak di rumah.Giava mengakui, dirinya termasuk orang yang cenderung sulit mengerti apa yang diajarkan oleh guru dalam sekali pertemuan saja, apalagi bila belajar dengan banyak orang di kelas. Jadi, Giava harus tetap semangat dan tetap membuat catatan ulang, mereview pelajaran yang sudah dipelajari di kelas.“Salah satu kesulitan, jika belajar apapun, pasti harus mengerti dari akarnya, harus mengerti konsepnya. Dan kalau tidak mengerti, tidak bisa menerima materi satu bab penuh,” akunya Giava yang lebih sering belajar sendiri di rumah.Dengan segala kesibukan dan kesulitan Giava dalam mempelajari bahan ajar di sekolah, tidak membuat Giava menyerah. Giava selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi performance di kelas maupun di luar kelas.“Dengan izin Allah SWT, d’oa dan dorongan dari orang tua, keluarga, guru, teman-teman, serta pihak lainnya. Alhamdulillah bisa mempertahankan posisi ranking 1 di kelas sejak semester satu, semester dua, hingga semester tiga ini,” ujarnya.Yang menjadi motivasi Giava untuk meraih semua ini hanya untuk membuat Ibu, Bapak, dan kedua adik di rumah bangga. Karena nama Giava itu artinya “harapan.”“Dengan semua pencapaian tersebut, saya ingin mememberi harapan bagi keluarga dan semua generasi muda, bahwa apapun kesulitannya, kita pasti bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh diri kita masing-masing, sekecil apapun potensinya dan sesulit apapun rintangannya. Semangat…!,” pungkasnya (Jajang Sukmana)***