KANDAGA.ID – Kurun waktu dua tahun terakhir SMKN 1 Garut di Jl. Cimanuk No. 309A, Pataruman, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah mendapat kunjungan delapan SMK dari berbagai Provinsi di Indonesia, kini SMKN 1 Kota Sorong, Provinsi Papua Barat mengunjungainya.

“Kita terus berbenah, sharing, karena kita juga masih banyak kekurangan, banyak kelemahan, jadi kita mendengarkan bagaimana sekolah yang ada disana, bagaimana yang bisa kita lakukan, bagaimana bisa kita perbaiki,” ujar Kepala SMKN 1 Garut, Drs. H. Dadang Johar Arifin, MM., kepada wartawan, Rabu (24/4/2019).

H. Dadang menegaskan, SMKN 1 Garut di tahun keenam ini sudah mencapai Standarisasi ISO 9001:2015 tahap terakhir (ketiga), di standar mutu kualitas pelayanan prima kepada pelanggan pendidikan dengan berbagai indikator.

“Disini ada pelayanan peningkatan manajeman dan mutu terhadap pelayanan yang lebih dari 100 item, diantaranya pelayanan terhadap karyawan, pelayan prima kepada pelanggan, kemudian juga penataan administratif, kebersihan, lingkungan, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Jadi tambah H. Dadang, dalam waktu tempo satu menit dua menit itu, kita harus siap melayani mereka berikut dengan data-data yang dibutuhkan dan kami terus meningkatkan pelayanan kepada publik, pelayanan kepada masyarakat dan paling khusus pelayanan kepada pelanggan kami yaitu siswa dan orang tua.

“SMKN 1 Kota Sorong ini sudah ISO 9001:2015, maksud dan tujuan berkunjungnya mungkin ada sedikit yang berbeda, karena disini ada plus mendapat piala dan sertifikat Adiwiyata Mandiri yang diidolakan sekolah, karena penghargaan tertinggi yang langsung diserahkan dan di apresasi oleh Presiden dalam hal pengelolaan lingkungan kebersihan,” jelasnya.

Menurut H. Dadang, SMK 1 Garut mendapatkan prestasi tersebut pada tahun 2017 lalu dan hanya dua SMK di Indonesia, SMKN 1 Garut dan SMK di Palembang.

“Jadi susah untuk mencapainya ke tingkat Adiwiyata Mandiri berbeda dengan Adiwiyata Nasional di bawahnya banyak yang meraih karena oleh Menteri Lingkungan Hidup,” jelasnya.

H. Dadang mengatakan, dengan prestasi tersebut, sekolah yang dipimpinnya terus berusaha meningkatkan lebih baik lagi karena di tahun 2019 ini SMKN 1 Garut akan mewakili Jawa Barat ke tingkat Asia Tenggara.

“Di tahun ini kita mempersiapkan diri berbenah lebih baik, dan Alhamdulillah tamu dari Indonesia Timur ini untuk kedua kali, yang sebelumnya dari Timika pernah kesini juga,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala SMKN 1 Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, Walalayo Nicolas, S.Pd., MM., mengatakan, mengenal SMKN 1 Garut dari website dan media massa.

“Saya melihat salah satu sekolah di Jawa Barat ini perlu kita belajar, sehinga dari apa yang kita lihat sini bisa kita terapkan ketika kembali ke Papua dan terus dikembangkan,” ujarnya.

Menurut Walalayo, banyak hal yang akan diadopsi dari SMKN 1 Garut ini, semisal dari suasana sekolah dengan lingkungan yang penataannya sangat asri.

“Satu hal yang baik dan patut kami ambil, bisa kita bawa ke sekolah kita untuk kita kembangkan khususnya untuk Adiwiyata. Ini kan kalau lingkungan sekolah asri seperti ini, siswa untuk belajar merasa betah, nah ini yang perlu kita bangun. Kenapa tidak, kalau sekolah sudah di tata dengan baik, asri, nah itu akan betah dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM),” ucapnya.

Selain itu, ujar Walalayo, untuk kedisiplinan siswa, kami melihat hal ini sangat baik, ketika kami masuk melihat siswa itu semua aktif dalam proses KBM.

“Ini kan dalam pembinaan siswa ini sudah sangat bagus,” ujarnya.

Walalayo mengatakan, dari segi infrastruktur memang di SMKN 1 Sorong juga ada, tapi kami lihat disini sangat tertib.

“Nah ini yang akan kita gali dari sekolah ini, kira-kira seperti apa yang dilakukan disini, sehingga siswa bisa terbentuk seperti itu. Nah, ini kita belajar, kita sharing,” jelasnya.

Menurutnya, di Papua dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada di Jawa memang masih jauh tertinggal.

“Untuk itu, kita tidak tetap tinggal diam seperti itu, kita tidak diam dari ketertinggalan kita, tetapi kita perlu belajar juga dari teman-teman kita yang ada di Jawa,” ujarnya.

Walalayo mengakui, sekolah yang dipimpinya kurang lebih ada 2.400 siswa, meskipun sekolah masing-masing punya program, untuk pengembangan sekolah masih perlu belajar.

“Di Papua terus terang saja kalau dibandingkan dengan sekolah yang ada di Jawa memang masih jauh alat-alat tertinggal.

“Nah, supaya kita bisa meningkatkan diri dengan sekolah-sekolah, kita kan harus sharing, berupaya, untuk mendapatkan informasi dari teman-teman yang ada disini, supaya ketika kami kembali ke Papua ya paling tidak ada hal-hal yang penting yang bisa kita bisa kembangkan disana,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***