kandaga.id – Di masa Covid-19, sekolah dituntut kecerdasan untuk kreatif dan berinovasi agar pembelajaran tidak terputus. Untuk itu, SMKN 1 Garut sebagai sekolah rujukan, selalu terdepan dan mungkin satu-satunya sekolah dengan menggagas model pembelajaran berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM) E-learning yang di dukungan penuh Kepala SMKN 1 Garut, H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd., dan mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI, Provinsi Jawa Barat, H. Asep Sudarsono, S.Pd., MM.

SIM E-learning ini, mengadopsi teknologi moodle yang sekarang sedang booming, selain itu SIM E-learning ini banyak kelebihan dan sangat bermanfaat, dimana top manajement dalam hal ini kepala sekolah, middle manajement yaitu wakasek kurikulum, dan bottom manajement yakni ketua jurusan. Real bisa melihat langsung secara audio visual Proses Belajar Mengajar (PBM) antara guru dengan peserta didik,” jelas Staf Wakasek Kurikulum, Dede Rohman, S.Pd., S.Kom,. M.Kom., saat ditemui di ruang resepsionis, Rabu (05/08/2020).

Selain itu, tambah Dede, SIM E-learning ini tidak bisa diakses oleh jurusan yang lain, karena diperuntukkan masing-masing jurusan saja. Hanya kepala sekolah dan wakasek kurikulum saja yang bisa mengakses secara keseluruhan.

SIM E-learning di SMKN 1 Garut ini sudah dibangun, tapi dalam bentuk local host yang akan diterapkan di masing-masing jurusan,” ujarnya.

Dan untuk mengurangi beban digital, tambah Dede, setiap akhir PBM datanya akan dipindahkan oleh bottom manajement ke hardisk eksternal, sehingga untuk memulai PBM yang baru jaringan dalam keadaan kosong.

“Kalau kemarin-kemarin kekurangannya bukan digital, guru-guru setelah melakukan interaksi PBM semua harus melaporkan. Sekarang middle manajement tidak usah meminta, karena secara otomatis bisa mengakses, dan itu real tidak bisa direkayasa. Selain itu, SIM E-learning ini sudah dilengkapi dengan supervisi online,” ungkap Dede, paling wakasek kurikulum tinggal menginstruksikan, dibuatkan jadwal, pengaturan PBM, pengambilan report, dan tinggal ngambil dari report.

Jadi, lanjut Dede, kalau guru sedang teleconference itu bisa dilihat, kalau ada yang mengada-ada itu tidak bisa, karena dengan sistem ini semua real, tidak bisa berbohong. Dan jika ada guru yang tidak bisa masuk, dengan sistem ini guru bisa mengakses dari rumah, dan kita bisa memantau dari sini, mulai dari materi yang dikasihkan dan interaksinya.

“Memang SIM E-learning ini terbenturnya dengan generasi X yang masih ada, sedangkan yang sekarang generasi Z. Jadi jangan heran kalau ada orang dikasih gadget pasti akan membuka buku manualnya, tapi anak sekarang buku manualnya dilempar,” ungkapnya.

Untuk itu Dede mengimbau, tugas guru menghantarkan generasi Z, sementara gurunya produk generasi X, makanya kita tetap meng-update diri, untuk membuka diri.

“Kelebihan dari teknologi komputer, siapapun yang aktif yang kreatif pasti bisa, masalah disiplin ilmu itu masalah rohnya. Tapi teknis dilapangan sifatnya operator, pasti bisa, asal sering,” imbau Dede, yang mengaku sebelum di launching diujicoba dulu dan disodorkan ke publik untuk mendapat tanggapan, saran dan masukkan.

Sementara itu, Wakasek Kurikulum, Hani Ariani, M.Pd., menjelaskan, model Pembejalaran Jarak Jauh (PJJ) dengan SIM E-learning di SMKN 1 Garut ini berkaca pada model pembelajaran yang telah berjalan dan sudah terbiasa serta tidak tergaggu dengan adanya pandemi ini, yaitu Universitas Terbuka (UT).

“Kalau diperbolehkan pembelajaran kita recananya tatap muka, dengan skema sistemnya sepekan per tingkat KBM, yang lainnya daring, sehingga kalau ada permasalahan bisa ditanyakan, guru bisa komunikasi dengan siswanya,” ujar Hani.

Dirinya menyakini, dengan sistem ini Insyaallah tidak akan menimbulkan persoalan bagi peserta didik karena sudah terjadwal, mereka mengetahui setiap kelas dibagi dua. “Semisal kelas X itu rombelnya 24, pakai protokol covid, harus ada jarak social distancing, sehingga kelas dibagi dua,” ucap Hani.

Hani mengatakan, siswa merindukan dengan guru KBM, yang namanya guru walau bagaimana pun tidak bisa digantinya dengan teknologi. “Ada kerinduan, tetap butuh. Manusia sebagai manusia sosial butuh adanya interaksi. Ingin bertanya ketemu secara langsung, kalau ada permasalah kurang dipahami, bisa bertanya,” ungkap Hani, tatap muka lebih mudah dan lebih efektif, diarahkan ke materi-materi yang lebih esensial.

Hani mengungkapkan, kalau sekarang merdeka belajar, merdeka dari jilid satu sampai lima, kemudian ada kebebasan sekolah, fleksibilitas kurikulum, guru bisa menganalisis, kompetensi dasar mana yang esensial.

“Itu penting untuk kompetensi siswa dan mudah diserap oleh siswa. Kan, targetnya adalah kompetensi,” ujar Hani, karena siswa SMK itu memiliki kompetensi, yaitu belajaran produktif harus diberikan ruang untuk lebih banyak bisa praktek.

Untuk itu, Hani berpesan kepada para guru untuk semangat membuka diri, mau belajar mengikuti perkembangan zaman. Sebab kata Hani, kalau guru tidak mengikuti perkembangan zaman bahaya juga, akan teringgal.

“Tuntutan sudah kemana, era 4.0 segala digital, masa guru masih mengajar manual. Mudah-mudahan, kalau kata Pak Mendikbud PJJ akan dipatenkan, SMKN 1 Garut sudah siap. Mau luring maupun daring, kita sudah mempersiapkan diri dari sekarang,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***