standar kompetensi SMK : teaching industri, teaching factory, dan teaching prakerin

Kandaga.id – Agar menghasilkan lulusan berkualitas serta memiliki. standar kompetensi, terutama sesuai dengan yang dibutuhkan dunia industri, SMKN 1 Garut menyelenggarakan Workshop Mendayagunakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Implementasi Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M), dengan menghadirkan narasumber langsung Dosen UPI sekaligus pemilik Hak Cipta Model TF-6M, DR. H. Dadang Hidayat Martawijaya, M.Pd., di Aula “Motekar” SMKN 1 Garut, Jl. Cimanuk No. 309A, Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin (31/08/2020).

H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd.

Kepala SMKN 1 Garut, H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd., melalui WhatsApp (WA) mengatakan, diselenggarakannya Workshop Model TF-6M ini diharapkan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetensi sesuai standar, serta mampu bersaing dan siap pakai di dunia kerja.

“Ini untuk sinkronisasi kurikulum antara sekolah dengan dunia industri, sehingga apa yang dibutuhkan dunia industri, disiapkan terlebih dahulu dari sekolah, sehingga lulusan SMKN 1 Garut sudah memiliki standar kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” ucap H. Bejo, workshop ini untuk dipahami semua unsur di sekolah.

Karena penyelenggaraan workshop ini ditengah pandemi Covid-19, ungkap H. Bejo, kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu menerapkan protokol kesehatan dan dalam tahapan pun dibagi beberapa sesi.

“Mulai dari manajemen sekolah, guru produktif, guru pelajaran adaktif dan normatif, serta seluruh kompetensi keahlian,” pungkas H. Bejo, mudah-mudahan dari workshop pembelajaran Model TF-6M ini, dapat tercapai sesuai harapan.

DR. H. Dadang Hidayat Martawijaya, M.Pd

Sementara itu, DR. H. Dadang Hidayat Martawijaya, M.Pd., mengatakan, sebenarnya pembelajaran M.odel TF-6M ini sudah dikenalkan di Kabupaten Garut sejak tahun 2013, namun berbagai hal tidak bisa terutama pergantian pimpinan sehingga tersendat, dan tahap awal mulai tahun ajaran 2017/2018 dilaksanakan di 36 SMK mewakili 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.

“Pembelajaran Model TF-6M ini, mengenalkan tentang model teaching factory 6 langkah, jadi kalau di sekolah di kompetensi keahlian tertentu dijalankan tepat, maka peserta didik akan memiliki tiga capaian, yaitu memiliki kemampuan kompetensi vokasional yang terstandar, berjiwa entrepreneur dan memiliki prakarya entrepreneur berbasis gladi web atau gladi peta,” jelasnya.

Namun, kata DR. H. Dadang, ini harus disesuaikan, karena ini model pembelajaran, maka setiap model itu harus disesuaikan dengan kompetensi keahlian tertentu

“Meskipun membawakan teaching factory 6 langkah, namun saya mengenalkan 4 model, dan ada 2 sistem yaitu, teaching industri, teaching factory, dan ada teaching prakerin,” ungkapnya. Mana yang tepat? sekarang semua yang sudah berani mengusung teaching factory.

Tapi harus ingat, lanjut DR. H. Dadang, bahwa tujuan utama dari pembelajaran di sekolah itu mencapai standar kompetensi, dan itu bisa capai dengan teaching industri, bisa dengan teaching factory, dan bisa dengan teaching prakerin. “Itu yang seharusnya, karena ujung-ujungnya siswa kita mencapai kompetensi,” jelasnya.

DR. H. Dadang mengatakan, program model ini tidak mudah, tidak bisa dipelajari dalam sehari selesai, tapi harus bertahap. Semisal standar model workshop yang biasanya model sekolah, itu harus dirubah dari model sekolah jadi iklim industri, dan itu ada standar sendiri-sendiri bagaimana cara merubahnya. (Jajang Sukmana)***