KANDAGA.ID – Mendonorkan darah dapat merubah karakter peserta didik menjadi orang baik, peduli sesama, tanggungjawab, kreatif, bijaksana dan hal positif lainnya. Dengan mendonorkan darah selain dapat menyelamatkan hidup bagi yang membutuhkan, juga menyehatkan jasmani pendonor.

Demikian dikatakan Wakasek Bidang Kesiswaan, Ica Santana, S.Pd., MM., di sela-sela kegiatan milad OSIS ke-54, SMKN 2 Garut bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Darajat dan PMI yang diisi dengan aksi sosial Donor Darah “setetes darah kita, berarti untuk mereka”, Sosialisasi HIV-Aids dan Pengenalan Geothermal di lingkungan sekolah Jl. Suherman No. 90, Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (9/10/2019).

Ica Santana, S.Pd., MM.

“Peserta didik yang suka mendonorkan darah tidak mungkin melakukan kekerasan, paling hanya melihat-lihat saja,” ujarnya.

Karena menurut Ica, darah yang kita donor untuk menyelematkan seseorang dan orang tersebut tidak mengetahui darah dari siapa, hanya Allah SWT yang tahu. Untuk itu, mendonorkan darah sama nilainya dengan ibadah yang belum diketahui diterima atau tidaknya, hanya Allah SWT yang tahu.

“Darah segar yang kita donor akan mengurangi tumbuh kembang darah kotor, yang kemudian darah kotor tersebut berubah bentuk menjadi darah bersih, jadi kita akan sehat,” pungkasnya.

H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd.

Kepala SMKN 2 Garut, H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd., mengatakan kegiatan ini merupakan CSR Star Energy Geothermal Darajat bekerjasama dengan PMI dalam rangka milad OSIS ke-54 SMKN 2 Garut dengan Aksi Donor Darah, Sosialisasi HIV-Aids dan Pengenalan Geothermal.

“Alhamdulillah, melalui aksi donor darah peserta didik SMKN 2 Garut mudah-mudah tertanam dan tumbuh kembang kepedulian anak kita terhadap sesama, serta membantu menyelamatkan yang membutuhkan,” singkatnya.

(Tengah) Pipin Ramdani S., didampingi peserta didik pasca donor darah.

Ditempat terpisah, Ketua Harian Yayasan Thalassaemia Indonesia Cabang Garut, Pipin Ramdani S., menjelaskan, kebutuhan rutin untuk Penyandang Thallassaemia setiap bulan tidak kurang dari 500 labu, untuk memenuhi kebutuhan 276 penyandang.

“Jadi dengan adanya kegiatan aksi Donor Darah seperti SMKN 2 Garut ini kami sangat mensupport sekali,” ujar alumni STMN tahun 1982 ini, yang juga Ketua Umum IKA STMN – SMKN 2 – Garut. Sebenarnya Kebutuhan Darah di Kabupaten Garut dapat menyentuh diangka 1.800 labu setiap bulan, sedangkan yang jadi Pendonor Sukarela tetap hanya sekira 700 orang.

Menurut Pipin, dalam pelaksanaan donor di sekolah itu harus jeli melihat Kalender Akademik, terlebih di SMKN 2 Garut yang kegiatan akademiknya sangat beragam, siswa didik yang baru saja melaksanakan Donor Darah baru menyelesaikan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang tersebar dibeberapa Kota. Kembali ke sekolah langsung melaksanakan Kegiatan Sosial yang dikoordinasikan oleh Pembina PMR, Bapak Drs. H. Latief, sehingga diperlukan kondisi fisik yang prima, dengan cara, sebelum mendonorkan harus menjaga pola hidup sehat, jaga stamina, tidak kurang tidur.

“Bagi yang suka mendonorkan darah, sudah dapat dipastikan anak yang dermawan, setia kawan, sehat secara fisik dan hal positif yang lainnya. Kami berharap para pendonor pemula dari SMKN 2 Garut ini menjadi pendonor tetap,” harap Pipin, yang mengaku mensosialisasikan donor darah melalui berbagai upaya, seperti menyebar ajakan lewat selebaran, kunjungan ke berbagai komunitas dan sekolah-sekolah.

Muhyidin

Sementara itu, perwakilan Star Energy Geothermal Darajat, Muhyidin mengatakan, darah yang tersedia di PMI Kabupaten Garut sering kosong karena pendonornya sedikit.

“Jadi kadang UTD PMI Garut terpaksa harus ekspansi ke kota lain melaksanakan kegiatan Donor Darah ke daerah lain seperti Bandung, Karawang dan Jakarta,” ucap Muhyidin yang merasa kasihan terhadap kondisi UTD PMI Kabupaten Garut apalagi ada penderita Thalassaemia yang rutin setiap bulan membutuhkan 500 labu, belum lagi untuk kasus korban kecelakaan atau ibu melahirkan yang membutuhkan darah.

Muhyidin menyayangkan stock darah kurang, pendonor kurang, sampai harus mencari dari luar kota, banyak yang tidak tertolong. Menurutnya, kurangnya pendonor berkaitan dengan faktor SDM sendiri, banyak yang belum terbangun kesadarannya.

“Makanya kita mulai dari yang generasi-generasi muda ini, jadi kita coba dari anak-anak muda, selain sehat buat dirinya, dia bisa menyelamatkan orang lain,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***