kandaga.id – Dengan dilandasi dengan prinsip Cageur bageur bener pinter, SMP Tunas Harapan Cibatu mengimplementasikan visi, tinggi dalam prestasi terpuji dalam budi pekerti.

Hal itu dibuktikan dengan mencanangkan program keagamaan yang mewajibkan seluruh peserta didiknya melaksanakan shalat Dhuha dan membaca Alquran dua atau tiga ayat, serta melantunkan Asmaul Husna secara berjamaah di mesjid sebelum KBM.

Hj. Teti Salehati S.Pd., M.Pd

Kepala SMP Tunas Harapan Cibatu, Hj. Teti Salehati S.Pd., M.Pd., berharap kegiatan ini jadi habits, sehingga anak-anak didik dan alumni SMP Tunas Harapan Cibatu menjadi anak yang sholeh dan sholehah sesuai dengan visi tinggi dalam prestasi terpuji dalam budi pekerti.

“Saya miris, sedih, masih ada anak SMP yang belum tamat membaca iqro dan belum bisa mengaji. Kita sisir dengan guru PAI, dikumpulkan untuk dibimbing dengan mendatangkan guru ngaji,” ungkap Hj. Teti, melalui WhatsApp, Selasa (19/10/2021).

Menurutnya, program ini sudah berjalan sejak dibukanya kembali SMP Tunas Harapan pada tahun 2013. Dan Alhamdulillah, Hj. Teti, setiap tahunnya ada perubahan, yang tadinya tidak bisa mengaji jadi kita mengaji.

“Ini upaya kami dalam memecahkan persoalan-persoalan pada anak-anak, meskipun mereka lemah dalam hal akademik, kita berusaha untuk unggul dalam hal agama,” terang Hj. Teti.

Kata Hj. Teti, kalau dilihat dari latar belakang kebanyakan anak-anak ini korban perceraian, mereka tinggal dengan neneknya, bibinya. Sehingga, tambah Hj. Teti, otomatis mungkin kurang bimbingan dari orang tua.

“Kita berupaya sekuat tenaga, kita rangkul mereka, kita jadikan sekolah ini sebagai tempat mencari ilmu baik akademik maupun agamanya, untuk bekal mereka dunia dan akhiratnya,” ucap Hj. Teti.

Untuk memastikan program keagamaan ini berjalan, lanjut Hj. Teti, setiap Jumat dirinya suka hadir di tengah-tengah mereka, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar keagamaan dan memberikan hadiah bagi mereka yang berhasil menjawab dengan benar.

“Mereka antusias, mungkin awalnya dari mereka melihat hadiahnya. Tapi pada akhirnya mereka diajarkan untuk percaya diri mengemukakan pendapat, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana