KANDAGA.ID – STAI Siliwangi Garut menginisiasi Focus Group Discussion Penanggulangan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT), Secara Komprehensif di Aula kampus, Jl. Raya Tutugan Leles No. 117, Haruman, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (03/11/2018).

Acara dihadiri Ketua Yayasan Al-Mu’awanah, H. Obos Ahmad Basyah, Ketua STAI Siliwangi Leles, Hj. Ila Susanti, M.Pd., dengan nara sumber dr. Yanto Widiantoro, Sp. KK., dr. Willy Indra W., Sp. PJ., dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Garut, Iwan Kurniawan Ahmadi, CH., C.Fc., dari Grahita Indonesia Kabupaten Garut, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut yang diwakili Kasi Kurikulum SMP Dr. H. Asep Saepul Hidayat, S.Pd., M.Pd., Perwakilan MUI Kabupaten Garut, dan Kemenag Kabupaten Garut.

Selain Mahasiswa dan Mahasiwi STAI Siliwangi Garut dari Fakultas Pendidikan Agama Ialam (PAI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), PBS (Perbankan Syariah), acara dihadiri para guru BK SMP, SMA, dan SMK dari lingkungan Kecamatan Leles dan Kecamatan Kadungora, dengan moderator Dr. Budi Suhardiman, M.Pd.

Kasi Kurikulum SMP, Dr. H. Asep Saepul Hidayat, S.Pd., M.Pd., mewakili Dinas Pendidikan Kabupaten Garut mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi STAI Siliwangi Garut ini.

“Kegiatan ini sangat positif, diharapkan dapat menghasilkan yang positif pula,” ujarnya.

Dr. Asep menegaskan, untuk menangulangi keberadaan LGBT ini, salahsatunya perkuat aqidah dan kerjasama semua pihak.

“Yang jelas LGBT ini bukan produk kami,” tegasnya.

Sementara itu, dr. Yanto Widiantoro, Sp. KK., mengatakan, kegiatan ini untuk memberikan pemahaman dulu, karena harus ditangani secara bersama, yang harus jadi tanggungjawab bersama terhadap situasi seperti ini.

“Secara kedokteran, bahayanya banyak, sehingga secara kedokteran harus mencegah jangan sampai terjadi,” jelasnya.

Menurutnya, kalau dibiarkan sampai merajalela, kan kita bayangkan nanti kedepan kaya apa masyarakat kita?

“Tanggungjawab kita sebagai manusia mana, hilang. Jadi kita khawatir kedepan ketika ini terjadi, nanti rumah tangga itu sudah tidak seperti kita bayangkan lagi kan,” ujarnya.

Apakah harus ada suatu kejadian yang luar biasa baru kita mau bertindak?

“Ya mestinya dari sekarang, ini kan tanda, haram, bahwa ada sesuatu yang salah di masyarakat, mari kita perbaiki bersama-sama. Bukan tanggungjawab pemerintah, bukan tanggung jawab kita, tapi tanggungjawab semua unsur masyarakat yang ada,” jelasnya.

Menurutnya, LBGT ini sangat berbahaya sekali efek terhadap generasi anak bangsa.

“Karena orientasi kenyamanan akan berubah, tidak seperti yang sewajarnya, termasuk akan berubah gaya pola hidup. Karena kenyamanan sudah berubah. Pasti semuanya akan merembet,” jelasnya.

dr. Yanto mengatakan, untuk penanggulangan salah sebetulnya ada pada penguatan rumah tangga, karena yang paling penting rumah tangga.

“Bagaimana menyamakan persesi tentang anak itu tanggung jawab kita semua, jangan lupakan itu,” ujanya.

dr. Yanto menjelaskan, tidak semata-mata memenuhi keinginan anak, tapi bagaimana kita mengontrol anak itu, sikap anak.

“Dimulai dari sikap yang tidak bagus, orang tua harus bisa hati-hati, waspada. Ada perubahan prilaku di anak,” ucapnya.

Jadi menurut dr. Yanto, untuk penanggulangannya harus terlibat semuanya, tentu dengan berbagai macam tindakan, dalam bentuk penanggulangan.

“Saya pikir, ingin nol, tidak ada LGBT itu, tapi tentu kita akan minimalisir saat ini salahsatunya, kita harus disiapkan lah hal-hal atau kondisi-kondisi yang memungkinkan LGBT berkembang,” pungkasnya.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua STAI Siliwangi Leles, Hj. Ila Susanti, M.Pd., dan menambahkan bahwa, keberadaan LGBT ini sangat keji dan haram, untuk itu dirinya berjanji akan menerjunkan para mahasiswa dan mahasiswinya melakukan penyuluhan kepada masyarkat.

“Sebelum turun para mahasiswa dan mahasiswi akan diberi pembekalan terlebih dahulu, selain itu mereka akan diberi buku saku,” ujarnya.

Hj. Ila mengatakan, hasil diskusi ini sepakat bahwa LGBT itu haram dan keji oleh karena itu harus ditanggulangi dan di perangi.

“LGBT itu perlu adanya pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi,” jelasnya.

Menurutnya, peran orang tua sangat penting, perkuat komunikasi antara orang tua dengan anak.

“Diperlukan sinergitas berbagai komponen, pemerintah, masyarakat, para tokoh untuk menanggulangi LBGT ini,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***