Oleh : Fenti Inayati, M.Ag. (Guru SMPN 2 Tarogong Kaler Kabupaten Garut)

Generasi Penghayal atau Generasi Penghafal

Realita yang ada di masyarakat terdapat sebagian pelajar yang mendekati Al Qur’an dengan membaca, dan mendalaminya tetapi juga sebagian besar menjauh dari menghafal Al Qur’an. Pemahaman agama pun menjadi berkurang karena menjauh dari sumber ilmu agama. Ketika pemahaman agama menurun maka kemudian akhlak menjadi terkikis. Terkikisnya akhlak melahirkan perilaku yang tercela, tidak ada keinginan untuk menghafal Al-Quran, yang ada hanya menjadi generasi penghayal. Salah satu fenomena pelajar generasi penghayal yang kurang berakhlak menurut Widia Primastika (2018) pada media Tirto.id menurut catatan menunjukkan prevalensi kasus kekerasan fisik (penganiayaan, pengeroyokan, perkelahian, dsb) pada tahun 2016 sebanyak 108 pelaku, lalu disusul dengan 112 pelaku pada tahun 2017. Lalu kekerasan psikis hingga tahun 2017 dengan 102 pelaku dibawah umur. Disusul dengan kekerasan seksual seperti pemerkosaan, prostitusi, aborsi dengan jumlah 471 pelaku. Disusul dengan pembunuhan dengan jumlah 135 pelaku dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Semakin jauh dari Al Qur’an, semakin buruk karakter seorang pelajar dan semakin buruk perilaku yang muncul. Dan sebaliknya semakin dekat dengan Al Qur’an, semakin baik karakter seorang pelajar dan semakin baik pula perilakunya.

Gambar 01 : Generasi Penghayal Vs Generasi Penghafal.

Generasi Penghafal Al-Quran

Nabi Muhammad SAW memberikan apresiasi sebagai orang yang paling mulia kepada siapapun yang mempunyai Al Qur’an di jiwanya, Rasulullah bersabda ”orang yang paling mulia diantara umatku adalah para penghafal Al Qur’an dan penjaga qiyamulail” (H.R Thabrani dan Baihaqi). Para penghafal Al Qur’an juga memiliki keistimewaan senantiasa mendapatkan rahmat dan petunjuk, serta mampu mengambil pelajaran sehingga perolehan semuanya itu mengantarkan seseorang berkarakter baik.

Mengenai pentingnya menghafal Al-Quran Kemendikbud (2016:25) menetapkan Standar kompetensi lulusan mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti pada jenjang SMP untuk aspek Al-Qur’ān diantaranya adalah Membaca dan menghafal ayat pilihan. Oleh karena itu disamping peserta didik mampu membaca dan memahami arti Al-Qur’ān, siswa juga dituntut untuk menghafal Al-Qur’ān.

Penelitian ini dilatar belakangi bahwa Kebanyakan siswa dalam kemampuan menghafal belum lancar dan belum fasih. Menurut data Yang diperoleh, bahwa peserta didik yang tuntas hanya 10 orang dari 30 siswa atau 33.33%. Sementara siswa yang tidak tuntas sebanyak 20 siswa atau 66.67%.

Metode Syamil merupakan metode menghafal yang menarik karena melalui langgam bayati yang menarik dan peragaan dengan Boomerang menjadikan para pelajar generasi milenial semangat dalam menghafal Al-Quran, karena diantara karakteristik generasi milenial sangat ketergantungan dengan media sosial seperti facebook,instragram melalui boomerangnya,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siswa kelas VII C SMPN 2 Tarogong Kaler. (2) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siswa kelas VII C SMPN 2 Tarogong Kaler setelah dilakukan pembelajaran dengan penerapan metode syamil.


Metode Syamil dengan Pemanfaatan Aplikasi Boomerang

Pengertian metode syamil menurut bahasa, kata syamil berasal dari syamila/yasymulu/syumulan yang memiliki arti mencakup, termasuk, memuat, mengandung, berisi, terpadu (al-Munawwir, 1997:742). Berdasarkan secara arti bahasa syamil itu mengandung arti terpadu, sehingga peneliti mendefinisikan metode syamil menurut istilah merupakan suatu metode pembelajaran yang mencoba untuk menerapkan model pembelajaran secara syamil /terpadu yang mana dari 12 langkah yang disusun lengkap mengembangkan 3 potensi manusia baik audio,visual dan kinestetik, secara terpadu.

Metode syamil ini adalah suatu metode Menghafal (Tahfidz) Al-Qur’ān yang merupakan pengembangan dari teori psikologi kognitif yang membahas tentang memory, tokohnya adalah Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madigan (Solso, 2008:70). Pembagian ingatan dibagi menjadi tiga sistem, yaitu: (a) sistem ingatan sensorik (sensory memory), (b) sistem ingatan jangka pendek (short term memory), (c) sistem ingatan jangka panjang (long term memory).

Setelah ketiga proses diatas, metode syamil menggunakan tekhnik mnemonic, De Porter (2000:5) menjelaskan bahwa Mnemonic adalah suatu tekhnik yang diteliti untuk membantu kinerja ingatan yang dapat dimaksimalkan melalui latihan.

Dari teori tentang ingatan di atas maka metode syamil menciptakan langkah-langkahnya disesuaikan dengan teori diatas. Berikut ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah metode syamil: (1) Tepuk Surat Pilihan; (2) Pembacaan Ayat Pilihan Dengan Nada Bayati; (3)Membaca Berulang-ulang Dibantu Dengan Media Ex Banner; (4) Menterjemahkan Sesuai Dengan Potongan Ayat;(5)Mengamati Gambar-gambar Visualisasi Dari Ayat-ayat Pilihan pada aplikasi Boomerang;(6)Membuat Ilustrasi Cerita Berdasarkan Gambar-gambar; (7) Melalui aplikasi boomerang Membuat Gerakan Tangan dan Badan Sesuai Arti Ayat Yang Dihafal; (8) Guru Menjelaskan Isi Kandungan Ayat Pilihan;(9) Mengulang-ulang Bacaan Sampai Membentuk Gerak Refleks Dalam Lisan;(10) Peserta Didik Menunjukkan Hafalan Dihadapan Ke Depan Kelas ;(11)Guru Memberikan Umpan Balik Positif dan Penguatan.


Pelaksanaan Pembelajaran Menghafal Al-Quran dengan Metode Syamil dengan Pemanfaatan Aplikasi Boomerang

Sebagai contoh implementasi metode Syamil Pada pembelajaran PAI bahasan menghafal Al-Quran Q.S. Arrahman ayat 33 :


Implementasi Pembelajaran Menghafal Al-Quran dengan Metode Syamil dengan Pemanfaatan Aplikasi Boomerang

Gambar 2: Penerapan Metode Syamil Boomerang.

Keistimewaan metode Syamil Boomerang

Dampak Metode Syamil

1. Keberhasilan Metode Syamil Berdasarkan Hasil Angket Jawaban Siswa

Pada proses pembelajaran melalui penerapan metode syamil, peserta didik sangat antusias dan senang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, sebanyak 24 peserta didik (80%) mengaku merasa senang belajar menghafal Al-Qur’ān dengan menggunakan metode syamil.

Menurut peserta didik metode syamil mudah dipraktikan sebanyak 27 peserta didik (90%) dalam menggunakan metode syamil siswa sangat bersemangat dan merasa senang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dengan penuh semangat mendengarkan dan menyimak lantunan ayat yang dibacakan guru melalui nada bayati, peserta didik sangat menikmati ketika melantunkan potongan ayat Al-Qur’ān dengan nada bayati.

Sebanyak 26 siswa (87%) mengaku sangat terbantu dalam memahami makna dari isi ayat Al-Qur’ān melalui kegiatan tadabur ayat mereka sangat terbantu untuk memahami alur maksud dari ayat tersebut, apalagi disertai dengan visualisai gambar melalui makna ayat.

Sebanyak 27 Peserta didik (90%) mengaku metode syamil memudahkan mereka untuk menghafal Al-Qur’ān melalui bantuan media flash card ayat. Hal ini memudahkan mengingat susunan ayat. Juga melalui ilustrasi gambar dalam Xbanner membantu memudahkan menghafal Al-Qur’ān.

Sebanyak 25 peserta didik (83%) menyebutkan bahwa metode syamil dapat membantu siswa sangat mudah diharapkan. Dan menyebabkan siswa menjadi antusias untuk menghafal Al-Qur’ān. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode syamil sangat efektif untuk membantu mereka dalam menghafal Al-Qur’ān. Persentase angket tentang keberhasilan metode syamil berdasarkan jawaban siswa adalah 86% yang berada pada kategori tinggi.


2. Peningkatan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Hasil dari tindakan yang dilaksanakan peneliti dapat dideskripsikan pada tabel berikut:

Tabel : Hasil penilaian dan pengamatan pada tiap siklus.

Ket: K.A. = Kondisi Awal. I = Siklus I, II = Siklus II


Grafik tentang peningkatan kemampuan menghafal Al-Qur’ān peserta didik kelas VII C SMPN 2 Tarogong Kaler kompetensi dasar menunjukan hafalan Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 dan Q.S. Ar-Rahman ayat 33 pada pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi hafalan Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 dan Q.S. Ar-Rahman ayat 33 sebelum adanya tindakan tergolong sangat rendah, yakni nilai rata-ratanya 71dan tingkat ketuntasan belajarnya hanya 33.33% sedangkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus hanya mencapai 62. Rendahnya kemampuan menghafal Al-Qur’ān tersebut disebabkan peserta didik kurang tertarik dengan metode pembelajaran yang dilakukan sehingga mereka terlihat jenuh dan bosan.

Kemampuan menghafal Al-Qur’ān dengan hasil yang rendah membuat peneliti berupaya untuk mencari jalan keluar agar pembelajaran lebih menyenangkan dan bisa meningkatkan perhatian peserta didik. Sehingga peneliti mengeluarkan ide untuk menerapkan pembelajaran menghafal Al-Qur’ān melalui metode syamil.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI mencapai 83% terjadinya kenaikan persentase keaktifan siswa tersebut dikarnakan ketertarikan mereka terhadap metode pembelajaran baru. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada siklus II, peneliti menambahkan media dalam metode syamil yaitu flash card ayat yang bertujuan untuk membantu memudahkan dalam berlatih menyusun potongan ayat dan mempraktekkan gerakan makna ayat.

Ketika dilaksanakan test kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siklus I yaitu test lisan Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 terdapat 19 yang tuntas dan yang belum tuntas 11 dan rata-rata nilainya 80,53.

Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam kemampuan menghafal peserta didik dari kondisi awal yang hanya mencapi rata-rata 70,53 kemudian terjadi peningkatan pada siklus I mencapi rata-rata 80,53 dapat disimpulkan persentase kenaikan sebesar 10%. Adapun persentase kenaikan dalam ketuntasan belajar pada pra siklus ke siklus I meningkat sebesar 30%.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAI materi menghafal Q.S. Ar-Rahman ayat 33 terjadi peningkatan 9% dengan hasil akhir 92%, kenaikan persetase keaktifan siswa tersebut disebabkan oleh ketertarikan mereka pada proses pembelajaran semakin meningkat sehingga konsentrasi dan perhatian mereka lebih meningkat pada materi pembelajaran.

Pada waktu dilaksanakan tes kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siklus II materi hafalan Q.S. Ar-Rahman ayat 33 terdapat 27 siswa yang tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa. Sedangkan nilai rata-rata test kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siklus II terjadi penigkatan menjadi 86.9. Adapun hasil pengamatan dan angket menunjukkan bahwa siswa tertarik dalam proses pembelajaran yang dilakukan adalah sejumlah 86% dan yang menjawab tidak tertarik hanya 14%. Dari data tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil tes kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siklus I sebesar 80,53 dan siklus II sebesar 86.9 dengan persentase kenaikan sebesar 6%. Sedangkan ketuntasan belajar meningkat pada siklus I sebesar 63.33 dan siklus II sebesar 90 dengan persentase kenaikan sebesar 26.67%.

Dari grafik bahwa keberhasilan metode pembelajaran dari pra siklus, siklus I, dan siklus mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tertarik terhadap metode pembelajaran hanya sebesar 40% karena metode yang diterapkan adalah metode Juz’i. Setelah diterapkannya metode syamil pada siklus I, siswa yang tertarik sebanyak 76% dengan kriteria tinggi. Dan peningkatan ini terjadi di siklus II penerapan metode syamil dengan tambahan media flash card ayat terjadi peningkatan siswa yang tertarik sebanyak 86% dengan kriteria tinggi.


SIMPULAN

Berdasarkan data dan pembahasan, Diperoleh simpulan sebagai berikut:

(1) Penerapan metode syamil dapat meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’ān pada siswa kelas VII C SMPN 2 Tarogong Kaler. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 83 dan pada siklus II 92. Dengan demikian aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi peningkatan sebesar 9.

(2) Penerapan metode syamil, terbukti dapat meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’ān dengan nilai pada pra siklus, nilai rata-rata yang diperoleh 71 kemudian terjadi peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata 81 dan pada siklus II 86.9. Dengan demikian nilai praktik peserta didik terjadi peningkatan sebesar 5.9.


Rekomendasi

Guru hendaknya mampu menemukan, membuat pembaharuan, dan menerapkan metode pembelajaran yang variatif untuk mengatasi kejenuhan peserta didik, dan metode syamil dapat menjadi solusi baru untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’ān.


Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan terutama kepada suami, putra-putri, orang tua tercinta, saudara, sahabat dan seluruh civitas akademik SMPN 2 Tarogong Kaler yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya, serta kepada Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memfasilitasi acara simposium bagi Guru DIKDAS di Bogor 29 November – 2 Desember 2018.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, A.W., 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progressif.

De Porter, Bobbi & Mike, Hernacki (Penerjemah Alwiyah Abdurrahman).2000. Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa

Kemendikbud., 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

Solso, L Robert., 2008. Psikologi Kognitif. Terjemahan oleh Rahardanto. M., Jakarta: Erlangga.

https://tirto.id/penyebab-kriminalitas-anak-kurang-kasih-sayang-amp-pengakuan-sosial-cP3F.