KANDAGA.ID – Empat siswa SMKN 2 Garut yang tergabung dalam Teater Saduga mengikuti rangkaian kegiatan Bandung International Arts Festival (BIAF) 2019 yang dilaksanakan di Jatinangor dan Bandung selama seminggu dari tanggal 21-28 Juli 2019, sementara BIAF 2019 sendiri dilaksanakan selama tiga hari, Jumat-Minggu (26-28/7/2019), yang sebelumnya Workshop Butoh bersama Vinci Mok Wing See dari Hongkong selama tiga hari, Rabu-Kamis (23-25/7/2019).

Demikian dikatakan Wakasek Bidang Kesiswaan, Ica Santana, S.Pd., MM., yang menerangkan keempat peserta didik jadi perwakilan SMKN 2 Garut yaitu, Rangga Ariyanto – XI TITL 3 (Liaison Officer), Iqbal Maolana Hadianto – XI DPIB 1 (Liaison Officer), Gempar Saputra – XI DPIB 1 (Artis), dan Bayu Wahyudin – XII DPIB 2 (Artis).

“Mengutus keempat peserta didik tersebut bertujuan supaya mengenali dan belajar mengenai seni pertunjukan dunia dan berharap dapat menciptakan gaya dan karya sendiri,” jelas Ica melalui WhatsApp (WA), Senin (29/7/2019).

Ica menjelaskan, Bayu dan Gempar ikut berkolaborasi dengan Jhuma Kundu (Seniman India), Max Riefer (Aktor Televisi Jerman) gamelan, Martin Jaggi (Swiss) biola, May (Cirebon), dan Sanggar Olah Seni Bandung.

Adapun rangkaian kegiatan tersebut terang Ica ada tiga, pertama uji coba Program Virtual Reality (VR) untuk Kecemasan Sosial di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Minggu (21 Juli 2019).

“Iqbal, Gempar, dan Rangga mewakili SMKN 2 Garut untuk menjadi peserta ujicoba Program Virtual Reality untuk Kecemasan Sosial,” jelasnya.

Menurut Ica, kegiatan ini sebuah kesempatan yang langka untuk dapat terlibat dalam perkembangan awal program VR untuk mengatasi kecemasan.

“Ada dua jenis program VR untuk Kecemasan yaitu dalam seting sosial juga seting pidato. Anak-anak pula diajari mengenai kecemasan sosial dan cara mengatasinya. Kecemasan sosial adalah kecemasan yang muncul ketika berinteraksi dengan orang lain,” jelasnya.

Kegiatan kedua tambah Ica, Workshop Teater Butoh oleh Vinci Mok Wing See dari Hong Kong – pra acara Bandung International Arts Festival 2019, Selasa-Kami (23-25/7/2019).

“Sebagai peserta termuda yang terlibat dalam workshop Teater Butoh oleh Vinci Mok Wing See dari Hongkong, Iqbal, Rangga, dan Gempar belajar mengenali dan mengeksplorasi tubuh sendiri melalui latihan-latihan olah tubuh,” jelasnya.

Terang Ica, workshop ini diselingi dengan sesi teh China yang menenangkan juga piknik dengan kue-kue khas Indonesia seperti Bika Ambon, Ali Agrem, dsb. Di akhir workshop, Gempar terlibat dalam presentasi (ujian) workshop.

Dan yang ketiga terang Ica, Bandung International Arts Festival 2019. Iqbal, Rangga, dan Gempar terlibat sebagai pendamping para artis antara lain: Vinci Mok (Hong Kong), Tony Yap (Australia), Paula Castanon dan Lucas (Spanyol), Hoi Ling (Malaysia), Jhuma Kundu (India).

“Mereka menjemput artis dari Bandara serta membantu proses penciptaan karya artis-artis tersebut,” terangnya.

Sedangkan Gempar dan Bayu, papar Ica, berkesempatan untuk ikut pentas bersama beberapa artis nasional antara lain Jhuma Kundu (perupa dari India), Max Riefer (pemusik gamelan asal Jerman yang tinggal di Malaysia), Martin Jaggi (Pemain biola dari Swiss), Hauke Diekamp (aktor Televisi Jerman), serta Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi Bandung.

“Mereka berkolaborasi menciptakan karya berjudul “covered” yang dipentaskan di Cikapundung Riverspot Bandung,” jelasnya.

Ica mengatakan, sebelum berpamitan pulang, Iqbal diberikan amanat oleh Tony Yap, profesor bidang Tari dari Universitas Melbourne. Salah satu dari pesannya adalah “Tidaklah masalah meskipun kamu tidak belajar tari atau peran di sekolah. Kamu bisa belajar dari dirimu sendiri, hidupmu sendiri. Karena seni itu hidup. Pada waktunya, kamu akan menemukan gayamu sendiri.” (Jajang Sukmana)***