Oleh: Amarulloh Ansyori (SDN 8 Sukamentri/Penulis Puisi Akrostik)

Membongkar Belenggu Pendidikan atau Membuka Gerbang Kebebasan?

KURIKULUM Nasional, bagaikan sangkar bagi jiwa-jiwa muda yang mendambakan ruang untuk mengekspresikan diri. Di balik tembok kokoh sekolah, tersembunyi imajinasi dan kreativitas yang terbelenggu oleh sistem pembelajaran yang kaku dan terstruktur.

Kurikulum, bagaikan peta yang menuntun para penjelajah muda dalam mengarungi samudra ilmu pengetahuan. Namun, peta ini tak jarang mengantarkan mereka pada jalan yang monoton, mengabaikan potensi dan minat yang unik dari setiap individu.

Kurikulum Merdeka, bagaikan angin segar yang berhembus di padang gersang. Ia membawa secercah harapan bagi para penyair muda untuk menemukan suara mereka, untuk menuangkan isi hati mereka dalam goresan pena yang penuh makna.

Namun, di balik kebebasan yang ditawarkan, terbentang jurang keraguan. Apakah kemerdekaan ini sungguh membebaskan, ataukah justru menjerumuskan mereka ke dalam lautan kebingungan tanpa arah?

Kurikulum Merdeka bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka gerbang kreativitas dan inovasi. Di sisi lain, ia menuntut tanggung jawab yang besar bagi para peserta didik untuk menentukan jalan mereka sendiri.

Sebagai sastrawan puisi, saya merindukan kurikulum yang menyeimbangkan antara logika dan estetika, antara sains dan seni.

Kurikulum yang menumbuhkan jiwa kritis dan kreatif, melahirkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berjiwa seni dan penuh makna.

Masa depan pendidikan Indonesia bergantung pada bagaimana kita merajut kurikulum yang selaras dengan denyut nadi zaman, yang mampu melahirkan insan-insan kamil, pembawa obor kemajuan bangsa.

Sangkar Kurikulum:

Sebuah metafora untuk menggugah kesadaran tentang perlunya perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia. Sudah saatnya kita membuka gerbang bagi para penerus bangsa untuk mengeksplorasi potensi mereka secara maksimal, tanpa terbelenggu oleh batasan-batasan kurikulum yang kaku.

Mari bersama-sama kita ciptakan kurikulum yang holistik, yang mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas, berkarakter, dan penuh talenta.

Kurikulum Nasional, dalam hal ini Kurikulum Merdeka yang baru diresmikan tahun 2024, menjadi angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia. Berfokus pada pembelajaran yang esensial, fleksibel, dan berkarakter, kurikulum ini diharapkan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang cakap, kreatif, dan berakhlak mulia.

Sebagai pendidik, saya melihat beberapa keunggulan utama Kurikulum Merdeka. Pertama, kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk berinovasi dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Hal ini memungkinkan terciptanya pembelajaran yang lebih bermakna dan engaging bagi para siswa.

Kedua, Kurikulum Merdeka menekankan pada penguatan karakter. Ini merupakan langkah yang tepat, mengingat karakter merupakan pondasi penting bagi generasi muda untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Ketiga, kurikulum ini membuka ruang bagi pengembangan talenta dan potensi unik setiap siswa. Dengan kurikulum yang lebih fleksibel, siswa dapat lebih leluasa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang utuh dan siap berkontribusi bagi bangsa.

Tentu saja, dalam setiap perubahan, terdapat pula tantangan yang perlu dihadapi. Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan komitmen dan kesiapan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, guru, hingga orang tua. Peningkatan kapasitas guru dan penyediaan infrastruktur yang memadai juga menjadi kunci agar kurikulum ini dapat berjalan dengan efektif.

Namun, saya optimis bahwa dengan kerja sama dan gotong royong dari semua pihak, Kurikulum Merdeka dapat membawa perubahan positif bagi pendidikan Indonesia dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang gemilang.

Saya memandang, di antara deretan angka dan rumus, kurikulum baru hadir bagai oasis.

Merdeka belajar, kata kuncinya, membebaskan jiwa, merdeka berkarya.

Tak lagi terpaku pada hafalan, tapi menyelami makna dan pemahaman.

Guru fasilitator, bukan diktator, menuntun siswa di jalan pencerahan.

Karakter mulia, tak boleh terabaikan, menyemai budi pekerti, memanen kebaikan.

Kreativitas dan inovasi, sayap pembawa kemajuan, melangkah maju, tanpa rasa bimbang.

Kurikulum Merdeka, angin perubahan, meniupkan semangat baru, membangkitkan harapan.

Merajut masa depan bangsa yang gemilang, bersama bergandengan, bersatu padu, melangkah terang.

Namun, di balik gemerlap cahaya, terbersit keraguan, rasa bertanya.

Mampukah semua merasakan merdeka? Akses dan kesetaraan, masihkah terjaga?

Kurikulum Merdeka, bagai pisau bermata dua,harapan dan kecemasan, beradu dalam jiwa.

Masa depan pendidikan, di persimpangan jalan, memilih arah, menuai kenyataan.

Hanya waktu yang bisa menjawab, akankah merdeka membawa kebahagiaan? Atau justru mengantarkan pada jurang ketimpangan?

Masa depan pendidikan, di tangan kita semua, untuk diperjuangkan. (*)

Puisi Akrostik:

KURIKULUM NASIONAL

Kemudi pendidikan bangsa, menuntun arah generasi penerus

Usaha merdeka belajar, membuka cakrawala ilmu pengetahuan

Ragam potensi tergali, minat dan bakat diakui

Inisiatif dan kreasi, mewarnai langkah pembelajaran

Kolaborasi tanpa batas, mengantarkan kemajuan

Ubah kurikulum, ubah cara pandang, ubah masa depan

Luruskan tujuan bersama, demi Indonesia yang gemilang

Untung tangan bersinergi, wujudkan cita-cita

Masa depan cerah terbentang, kurikulum merdeka sebagai pelita

Nyalakan semangat berkarya, ukir prestasi gemilang

Arahkan langkah menuju masa depan, gemilang dan penuh makna

Satu tekad, satu tujuan, kurikulum merdeka untuk Indonesia

Inspirasi dan inovasi, mewarnai setiap langkah

Orang tua, guru, dan murid, bersatu padu dalam harmoni

Nyalakan semangat belajar, raih mimpi setinggi angkasa

Aku cinta Indonesia, aku bangga dengan kurikulum merdeka

Langkah demi langkah, kita wujudkan mimpi bersama. (*)