Yeyen Hariyana, S.Pd., Kepala SDN 2 Kota Kulon bersama Agus Kurniawan, S.Pd.I., petugas di kelas, memonitor langsung jalannya PSAS.

KANDAGA.ID – Trend pendidikan sekarang berdiferensiasi dengan fokus pada pencapaian tujuan pembelajaran (TP). Dan berdiferensiasi bisa dikatakan sebagai teknik instruksional yang menghasilkan perbedaan, membuat perbedaan atau membedakan.

Seperti pada Penilaian Sumatif Akhir Semester 1 (ganjil) secara serentak pada jenjang SD dan SMP mulai pada Senin (4/12/2023) ini, dilaksanakan secara daring dan luring ataupun salah satunya, itupun tergantung kebutuhan atau capaiannya masing-masing.

SDN 1 Margawati salah satu sekolah penggerak angkatan 1 misalnya dalam melaksanakan PSAS secara daring dan luring dari tanggal 4-16 Desember 2023, dengan menggunakan bantuan 15 chromebook, namun 8 unit diantaranya rusak dan sudah dilaporkan ke pihak Kementerian.

Usep, S.Pd., M.Pd., MCE, Kepala SDN 1 Margawati

Meski demikian SDN 1 Margawati tetap melaksanakan PSAS secara digital, dan memanfaatkan 7 chromebook yang masih dapat digunakan, dan Usep, S.Pd., M.Pd., MCE, Kepala SDN 1 Margawati mengupayakan menambah 7 komputer lainnya untuk dapat memenuhi siswa dari kelas 1 hingga kelas 6.

Lain lagi dengan sekolah penggerak angkatan 1 SDN 2 Kota Kulon, dalam melaksanakan PSAS ini sepenuhnya berbasis digital, semua siswa wajib membawa Handphone Android, dan telah menyampaikan peringatan “Harap Tidak Menghubungi (WA/Telpon) Pada Nomor Ini Sementara Waktu, Dikarenakan HP Sedang Digunakan Untuk Pelaksanaan Kegiatan Asesmen Akhir Semester Ganjil dari Jam 07.00 -10.30”.

Pelaksanaan PSAS di SDN 1 Margawati

Namun sangat disayangkan, Wi-Fi punya sekolah tidak mencukupi untuk PSAS semua siswa dari kelas 1-6, sehingga ada beberapa siswa menggunakan kuota sendiri, dan kuota petugas di kelas.

Yeyen Hariyana, S.Pd., Kepala SDN 2 Kota Kulon didampingi Agus Kurniawan, S.Pd.I., petugas kelas mengatakan, semua siswa antusias mengikuti PSAS berbasis digital ini, dan tak lama untuk menyelesaikan soal-soal.

“Waktu 90 menit yang disediakan, selesai dalam waktu 10-15 menit, dan nilainya pun rata-rata diatas 70 bahkan ada beberapa siswa nilainya 100,” ungkap Yeyen.

Pelaksanaan PSAS di SDIT Atikah Musaddad.

Agus menambahkan, PSAS berbasis digital ini sangat efektif dan efisien, karena dapat melihat hasil nilainya dengan cepat, dan dapat mengukur antara yang menghafalkan atau tidak, dan juga antara yang mengikuti simulasi atau tidak.

Ketika siswa dalam kelas ditanya antara digitalisasi atau berbasis kertas untuk PSAS ini, siswa SDN 2 Kota Kulon menjawab lebih memilih berbasis digital, dan itu sangat mungkin karena semua siswa sudah terbiasa menggunakan handphone Android.

Sementara SDIT Atikah Musaddad, sekolah penggerak angkatan 1 ini dalam melaksanakan PSAS tidak berbasis digital melainkan berbasis kertas dengan soal-soal yang dibuat secara mandiri yang sebelum dilaksanakan diperlihatkan terlebih dahulu pada Ajat Sudrajat, S.Pd., M.Pd., Koordinator Pengawas Bidang Pendidikan Kecamatan Garut Kota.

“Bukannya tidak bisa berbasis digital tapi asesmen sumatif ini intinya untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP dari hasil belajar peserta didik selama satu semester atau enam bulan yang mencakup semua kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran (KKTP) terpenuhi, termasuk pertumbuhan maupun perkembangan anak,” ujar Suwarso, S.Ag., M.Pd., Kepala SDIT Atikah Musaddad.

Septian Nugroho, S.Psi., Kepala SD Yos Sudarso bersama para siswa memperlihatkan hasil karya.

Lain lagi dengan SD Yos Sudarso, PSAS di sekolah ini tidak berbasis tes melainkan Project Based Learning (PJBL). Adapun project yang dilakukan adalah kolaborasi antar mata pelajaran dengan memuat materi atau capaian pembelajaran yang telah peserta didik pelajari selama satu semester pada setiap mata pelajaran.

“Pembelajaran di sekolah kami sepenuhnya berdeferensiasi, project based learning ini sebagai upaya penggalian potensi yang dimiliki siswa, dan yang menilainya adalah teman-temannya, guru serta orang tua wali murid,” ungkap Septian Nugroho, S.Psi., Kepala SD Yos Sudarso.

Lingkungan dijadikan salah satu projek diantaranya membangun nalar kritis siswa.

Lebih lanjut Septian Nugroho, S.Psi., menuturkan bahwa dasar dari PSAS berbasis project ini lebih pada mengkorelasikan antara materi yang diterima pada saat pelajaran dengan kehidupan nyata yang dialami oleh peserta didik entah itu tentang kondisi lingkungan sekitar, kemajuan teknologi yang mereka alami sehingga melalui kegiatan ini memberikan sebuah pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

Menurutnya, transformasi dari biasanya ke basis projek ini tak mudah bahkan memakan waktu cukup lama, tapi pihaknya dengan sabar dan penuh keyakinan, meskipun sedikit demi sedikit yang pada akhirnya paham dan mendapat dukungan orang tua wali murid.

Sedangkan Josua Sagala, S.Pd., selaku seksi kurikulum di SD Yos Sudarso menambahkan, pada setiap project yang dilakukan peserta didik pertama-tama mereka diajak untuk melihat dan peka terhadap kondisi yang ada di sekitar, berempati dan menemukan masalah apa yang ada di sekitarnya.

“Berdasarkan materi lintas mata pelajaran yang di terima pada saat pelajaran, mereka didorong untuk merencanakan aksi dalam rangka menyelesaikan permasalah yang mereka temukan di awal. Aksi tersebut kemudian secara kolaborasi baik antar peserta didik, ataupun dengan guru maupun orang tua kemudian dipresentasikan. Dan terakhir peserta didik diajak untuk melakukan refleksi atas apa yang sudah mereka lakukan selama project serta merencanakan tindak lanjut,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana