Kandaga.id- Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dengan surat nomor 420/668-Disdik tertanggal 26 Mei 2020 tentang persiapan pembelajara pada situasi new normal. Surat edaran ini telah mendapatkan reaksi beragam termasuk yang mengkhawatirkan keselamatan siswa terpapar Covid 19.

Namun Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong, menjelaskan, bahwa surat tersebut hanya sebagai imbauan agar sekolah mempersiapkan proses kegiatan belajar mengajar, sesuai protokol kesehatan selama pandemi Covid 19. jika diberlakukan belajar new normal.

” Kemarin itu, kami brifing dengan Pak Bupati, Pak Wakil Bupati  menyampaikan, bagaimana kesiapan jika new normal diberlakukan, Kami menkaji bagaimana mempersiaplan hal itu, bagaimana ketika hal itu diberlakukan, sekolah tidak siap. Sehingga kami membuat  sebuah surat edaran kesiapan sekolah menyediakan misalnya masker,  hand sanitizer, disinfektan, dan alat cuci tangan pakai sabun, kesiapan jaga jarak, ini kan harus ada persiapan,” tutur Totong, Rabu (27/05/2020).

Namun demikian lanjut Totong, yang menentukan keputusan akhirnya adalah Gugus Tugas Penanganan Covid 19, dari mulai pusat, dan daerah. ” Untuk itu,  Kemendikbud pun sudah menyiapkan Plan A dan Plan B, serta Plan C. Kan prioritas kita menyelamatkan peserta didik, para guru, kepala sekolah, dan warga sekolah lainnya, ini memang target kita,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, seolah menegaskan pernyataan Kadisdik, bahwa sekolah harus siap dalam situasi apapun untuk melaksanakan KBM.”Mau new normal atau tetap daring (dalam jaringan, red) kita harus siap, sebelum ada arahan dari pusat,” kata Helmi.

Untuk menunjang pembelajaran di kelas dengan mengikuti protokol kesehatan ‘new normal’, maka pihaknya perlu menyediakan sekitar 500 ribu unit masker, 4000 ribu tempat cuci tangan, vitamin c dan penambahan beberapa fasilitas sekolah lainnya.

Ditanya soal kesiapan unit bangunan sekolah jika new normal diberlakukan, maka pihaknya akan menyiapkan strategi belajar mengikuti konsep new normal atau segala kegiatan biasa dilakukan tapi dengan mematuhi protokol kesehatan, semisal penggunaan kelas secara shif, penggunaan satu bangku oleh satu orang dan lainnya.

“Kalau semuanya seperti itu memang tidak cukup (ruang kelas, red) tapi kita bisa atur misalnya sebagian daring (belajar online, red) sebagian lainnya belajar di kelas, jam belajar juga kita atur pakai shif atau bagaimana. Yang penting kita harus siap bagaimanapun agar anak-anak bisa belajar,” pungkas Helmi. (Jay).