“Kami dari Kabupaten Garut Berkomitmen Melaksanakan Program Sekolah Penggerak untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, Salam Merdeka Belajar”.

Pernyataan tersebut diucapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, bersama-sama dengan Kabid, Kasi, koordinator pengawas, kepala sekolah dan guru penggerak angkatan 1-2 pada acara Forum Pemangku Kepentingan (FPK) Program Sekolah Penggerak (PSP) Kabupaten Garut di SMPN 1 Garut, Jl. A. Yani No. 43, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa Selasa (30/5/2023).

Kegiatan dibuka oleh Kadisdik Kabupaten Garut, Ade Manadin, S.Pd., M.Pd., dengan disaksikan Kepala BBPMP Jawa Barat yang diwakili oleh Kasubag umum, Mardi Wibowo, S.S., M.AP., perwakilan BBGP Jawa Barat, para fasilitator PSP, dan lebih kurang 208 kepala sekolah dan guru penggerak jenjang PAUD, TK, SD, SMA, SLB, dan dipemandu oleh Wana Nirwana, S.Pd., guru di SMPN 1 Garut, lulusan guru penggerak angkatan 4.

Semangat transformasi di satuan pendidikan penggerak untuk memicu terciptanya ekosistem pendukung perubahan dan gotong-royong ini diselenggarakan BBPMP (Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi Jawa Barat, dalam rangka membangun komitmen bersama meningkatkan mutu pendidikan sesuai tema yang diusungnya, khususnya di Kabupaten Garut.

Kadisdik Kabupaten Garut, Ade Manadin, S.Pd., M.Pd.

Dalam sambutannya, Kadisdik Ade Manadin menyampaikan, bahwa esensi dari sekolah penggerak itu, bagaimana mengawal berfokus pada hasil pembelajaran siswa yang holistik yang tak bisa disekat satu per satu, terkotak-kotak, tapi secara keseluruhan, bagaimana membangun knowledge-nya, membangun kompetensinya dengan tidak mengabaikan karakternya. Dan itu semua harus diawali oleh kepala sekolah dan gurunya yang kompeten.

“Tidak bisa anak harus benar, kalau kitanya tidak benar. Tidak bisa kalau karakter itu ditujukan pada orang lain, tapi kitanya tak berkarakter, tidak bisa,” ujarnya

Ia mengaku menerima masukkan seperti ini, pak yang jadi kepala sekolah dari guru penggerak ke sekolah suka siang, nelpon saja ke guru, Bu saya tidak bisa sekarang ke sekolah mau mengerjakan tugas dulu. “Apakah itu gerak karakter itu,” tanya Kadisdik.

Kadisdik meyakini, dalam sebuah perjuangan itu pasti ada korbannya, dan pasti ada penghianatnya. Yang jadi penghianat, pita Kadisdik  cepat-cepat bertobat.

Ini program, program itu tidak selamanya, baik dari sisi biaya. Bukan BOS kinerja yang ditanyakan, sejauh mana BOS kinerja itu bermanfaat bagi sekolah penggerak.

Program sekolah penggerak itu hanya 3 tahun, setelah itu dilepas. Nah, dari BBPMP menyimak, sejauh mana. Seperti kita mengurus anak, ketika anak kecil, makan disuapin, mandi dimandikan, buang air kecil di cebokin. Semua dilayani, sehingga anak itu manja.

“Sekolah penggerak pun begitu, dikasih ini, dilayani, dimanjakan. Apakah akan selamanya hidup kita manja?”, tanyanya.

Nanti di tahun 2024 dilepas, bagaimana tiga tahun ditempa, diuji di kawah candradimuka. Apakah berefek posisi tidak, ketika tidak dilayani dengan materi? Ini tantangan bagi Kabupaten Garut.

“Tolong karakter itu awali dari diri kita, tolong. Ini sekolah penggerak harus jadi doktrin pada diri kita, sebagai sumpah pada diri kita. Susah mau jadi sekolah penggerak, guru penggerak itu,” ujar Kadisdik.

Makanya Kadisdik meminta tolong kepada para fasilitator di sela-sela waktu yang tidak efektif, sehingga guru, kepala sekolah tidak ada lagi alasan lagi zoom, wajahnya kecut, hatinya tidak bermoral.

“Kecerdasan itu, kepandaian itu terbiasakan oleh diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain, dan terasakan kebermanfaatan itu. Jangan merasa baik, kebaikan itu harus terasa bagi orang lain, tidak ada satupun dari 6 ciri, profil pelajar Pancasila itu menjurus pada kejelekan, tidak, bagus semua,” ucapnya.

Di gotong-royong bagaimana kita peduli, bagaimana kita berbagi, bagaimana kita berkolaborasi, tidak ada satupun yang jelek. Berbagi file dengan teman-temannya itu, ya ceunah, tapi teu mere-mere ceunah eta teh. kenapa sih harus begitu?

“Sekolah penggerak, guru penggerak tidak dididik seperti itu, diawali dengan bertaqwa, Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, esensinya kesitu, dan kata Jack Ma, kedepan orang yang dikatakan berhasil itu bukan orang yang cerdas, tapi orang yang bijaksana,” ungkapnya.

Dirinya ingin bertemu dengan penguji kepala sekolah, apakah karakternya seperti itu. Karena yang dirasakannya, karakter kepala sekolah itu, jangankan memikirkan sekolah penggerak, memikirkan hutang saja sudah tidak terbayangkan, kan seperti itu. Yang paling lucunya lagi, kata Kadisdik, kepala sekolah datang paling siang ke sekolah, jam 10 sudah cepat-cepat:mau menjemput anaknya.

Wana Nirwana, S.Pd

“Kenapa sih harus begitu, apakah itu suri tauladan? Sekolah penggerak itu menyatukan antara otak dan hati, ucapan dan perbuatan, sehingga itu semua menjadi suri tauladan,” ucapnya.

Nanti kedepan, bukan bagi guru saja, tapi bagi anak. Sebab, fokusnya pada peserta didik nanti, fokus ini semua kepada peserta didik.

Ingat, Mas Menteri atau para pemangku kebijakan di pusat melihat bahwa saat ini, anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anaknya, memperkosa anaknya, siswa diperkosa temannya, itu adalah buah dari pendidikan. Sehingga kecemasan itu dibuktikan dengan sekolah penggerak, guru penggerak dengan mengedepankan profil pelajar Pancasila.

Bagaimana kita mengelaborasi dengan ber-kebhinekaan global, tidak hidup hasil di Garut saja, tapi kita sampai Indonesia masa kedepan, harus kreatif, jangan kontradiktif hidup itu, dengan visi gagasan, dengan visi hati.

“Belajar menghormati orang lain, sebelum kita ingin dihormati orang lain. Jangan ingat salahnya saja orang lain itu, ingat kebaikannya kepada kita. Kita itu hanya pandai membaca, menyuarakan aib orang lain, dan jarang memuji orang lain, itu,” ucap Kadisdik Ade Manadin.

Meski demikian, dirinya bangga dengan ini semua, tadi adalah saling koreksi, sebab manusia tidak ada yang sempurna, jangan merasa saling kesal, tetapi berbuat untuk kedepan.

Jangan seperti makan cabe sekarang dimakan sekarang pedas, proses pendidikan itu butuh waktu. Jepang saja mendidik orang itu butuh waktu 63 tahun, bagaimana belajar karakter, setelah itu jadi biasa.

Ari di urang rek dipangkek, rek dicekek, kudu alus budak ayeuna, tidak bisa, butuh proses, sarua jeung guru. Maka kepala sekolah sing sabar, pengawas sing sabar. Rek naon da teu sabar mah, rek popolotot ari teu ngagugu mah, percuma, sabar we, sabar, sadar,” ucap Kadisdik.

Lanjutnya, teman-teman pun sama di sakola, guru PNS na hiji, nu hiji jadi guru penggerak, kepala sakola nitah we, cing cobaan keur jadi guru penggerak teh asup ngajar deui di sakola, kan seperti itu. Nah itu, kolaborasi, gotong-royong itu, saling menutupi kesalahan di unit kerjanya masing-masing.

Dalam kesempatan ini, Kadisdik Ade Manadin mengungkapkan, bahwa dinas pendidikan itu memilki anggaran 247 miliar, dan tak bisa digeser ke instansi lain. Bayangkan kayaah ti pusat, tadinya Kadisdik mau menganggarkan untuk sekolah penggerak, ari ngadege teu baleuneur, ah ngaleketeuy deui hate teh.

“Tapi yakin bahwa oknum mah tara loba, oknum itu 1, 2. Tah anu jadi 1, 2 jangan jadi nila setitik rusak susu sebelanga, geura tobat anu 2 teh. Anu tadi na nelpon ka guru sibuk moal waka ka kantor geura tobat. Jangan pandai memerintah saja, perhatikan sekolah itu, guru itu,”‘ ucapnya.

ia merasa yakin, saat ini pergeseran dari manual ke digital itu membawa efek kepada semuanya. Contohnya laporan BOS, sekarang sudah tidak bisa neko-neko. Arkas di Markas itu sudah belanja, sudah keluar pajaknya. Jadi tidak ada untuk kita berbuat bohong disitu.

“Makanya hati-hati, akhir dari sebuah kehidupan itu adalah karma, ingat itu. Lamun urang sok ngomongkeun batur pasti diomongkeun batur. Lamun urang sok ngarasa pinter pasti disebut kobe ku batur, ulah nyeri hate da itu buah dari perilaku kita,” ucap Kadisdik Ade Manadin.

Terlepas dari itu, pihaknya  berkomitmen, In Syaa Allah di tahun 2024 akan memberikan reward kepada semua sekolah penggerak, walaupun sedikit, tetapi ini merupakan sebuah bentuk komitmen.

“Jadi komitmen itu jangan hanya diucapkan saja, dipikirkan dan dirasakan, itu komitmen. Dan saya tidak neko-neko, kalau sudah janji,” ucapnya.

Makanya lanjut Kadisdik, jangan dikhianati komitmen bersama ini, di jung-jung tinggi, di pegang erat-erat oleh semuanya.

Dinas Pendidikan Kabupaten Garut juga akan memberikan penghargaan kepada sekolah yang benar-benar berkomitmen, yang akan diberikan di malam penghargaan dengan hadiahnya bermanfaat bagi sekolah.

“Titip kepada semuanya, jaga anak-anak, fokusnya semuanya pada peserta didik, ingat itu. Kita pinter kalau anak-anaknya tidak bisa apa-apa, bukan komitmen kita,” pungkasnya.

Sementara Kasubag Umum BBPMP Jawa Barat, Mardi Wibowo mengungkapkan, bahwa Kabupaten Garut merupakan kabupaten yang menjadi salah satu peserta pertama sekolah penggerak di Jawa Barat, dan capaiannya yang luar biasa, khususnya untuk PSP angkatan pertama.

“Alhamdulillah, hari ini kita berkumpul dalam rangka berdiskusi, berkolaborasi, berbagi praktik baik setelah menyelesaikan dua angkatan PSP ini, dan sangat diharapkan,’ ungkap Mardi Wibowo.

Pihaknya mengucapkan terima kasih atas komitmen pemerintah Kabupaten Garut dalam penyelenggaraan PSP BBPMP Jawa Barat. Menurutnya, tanpa komitmen dari pemerintah daerah PSP ini tidak akan berjalan.

“Alhamdulillah banyak perubahan, banyak fasilitas, baik dari sisi regulasi, anggaran dan hal-hal teknis lainnya, yang diberikan kebijakan dari pemerintah Kabupaten Garut,” ujarnya.

Ia berharap, kualitas pendidikan di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Garut bisa lebih baik lagi. Dan In Syaa Allah kepala sekolah peserta PSP ini sudah menunjukkan kualitasnya, paling tidak level lebih baik dari sebelumnya.

“Program peningkatan mutu pendidikan ini akan dikerjakan bersama-sama, tidak mungkin hanya dilakukan oleh BBGP saja, dan tidak mungkin lakukan oleh pihak pemerintah daerah saja,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini dirinya menegaskan, konsep mutu pendidikan bisa dipakai, kalau punya komitmen dan keinginan yang sama, dan itu diwujudkan melalui kolaborasi. Contohnya hari ini, bisa berkolaborasi antara BBPMP dan BBGP Jawa Barat dengan pemerintah Kabupaten Garut yang tentunya disupport oleh para kepala sekolah.

Atas nama Ketua BBPMP Jawa Barat, Mardi Wibowo menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kabupaten Garut, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut.

“Terima kasih atas prestasi yang dicapai oleh Kabupaten Garut, dan diharapkan Kabupaten Garut bisa menjadi percontohan untuk kabupaten/kota lainnya,” ucap Mardi Wibowo.

PSP angkatan 1 dan 2 ini diharapkan dapat mengimplementasikan, mendesimilasikan kebaikan-kebaikan, ilmu-ilmu yang diperoleh pada sekolah-sekolah lainnya, sehingga di Kabupaten Garut ini bisa semakin terlengkap, bisa semakin simultan pencapaian kualitas mutu pendidikannya. ***Jajang Sukmana