TARKID, (kandaga.id).- SDIT Persis Tarogong 2 bersama dengan komite sekolah rutin menggelar Seminar Parenting diakhir semester, hal ini dilakukannya sebagai bentuk sinergitas tripusat pendidikan, diantara sekolah, orang tua, dan masyarakat, termasuk didalamnya penyampaian program sekolah dalam membangun siswanya agar sesuai harapan.

Seperti diakhir semester 1 ini, dengan tema “Dampak kemajuan IPTEK saat ini terhadap akhlak anak dan orang tua”, pihak sekolah dan komite melakukan seminar di Aula Syihabudin Pesantren Persis, Jl. Terusan Pembangunan, No. 1, Kelurahan Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, Sabtu (17/12/2022).

Dengan mengundang pemateri Praktisi Pendidikan dan Pendiri Peace Generation, Irfan Amalee, MA., seminar diikuti lebih kurang 300 orang tua siswa, Kepala SDIT Persis Tarogong 2, Adah Mustahidah, M.Pd.I., beserta staf, dan Ketua Komite, Nana Rusmana, S.Pd., beserta jajarannya.

Dalam seminar ini terungkap prinsip serta kesalahpahaman mendasar tentang kedisiplinan dan pengasuhan, termasuk cara pandang juga praktik dalam mendidik.

Menurut, Irfan terdapat 7 konsep prinsip disiplin, tanpa hadiah dan hukuman yaitu, kesadaran internal bukan kendali dari luar, konsekuensi logis bukan hukuman, dukungan bukan hadiah, koneksi sebelum koreksi, memahami bukan menghakimi, mengendalikan diri bukan mengendalikan orang lain, dan lembut sekaligus tegas.

Hal inilah, kata Irfan, yang membedakan disiplin positif dengan disiplin biasa, dan tidak hanya sebatas konsep saja, tapi harus diterapkan oleh semua stakeholder terkait.

“Sayangnya konsep disiplin yang diterapkan dalam sistim pembelajaran kita mengarah pada ketaatan jangka pendek yang dikontrol oleh otoritas dan identik dengan hukuman,” ujarnya.

Menurut Irfan, perilaku disiplin dilakukan saat ada yang mengawasi, karena takut hukuman. Misalnya, siswa melakukan kedisplinan di sekolah karena ada yang mengawasi.

Karena manusia memiliki kesadaran internal dan mampu menciptakan makna atas apa yang dia lakukan. Disinilah, kata Irfan, disiplin positif berperan dalam pembentukan sikap disiplin dengan menumbuhkan kesadaran internal dan menumbuhkan ketaatan jangka panjang serta memelihara harga diri kemanusiaan.

Selain itu, manusia punya kemampuan memerintahkan dirinya sendiri. Misalnya, kita pernah lihat tulisan “Jangan Tengok Kiri” biasanya pikiran kita malah akan memerintah sebaliknya, itu artinya rasa penasaran memerintahkan diri kita untuk melakukan yang dilarang.

“Dalam diri kita ada sebuah energi yang memerintahkan untuk memaksa diri melakukan sesuatu. Mungkin ini yang disebut “will Power’ yang mendasari adanya kesadaran internal,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana