Lima siswa SMAN 1 Garut berhasil menyabet Penghargaan Khusus Disabilitas Kategori Film Pendek Fiksi Sarawati Award pada ajang Kompetisi Nasional Festival Film Pelajar (FFP) Jogja XIII2022, di Pondok Pemuda Ambarbinangun, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (11/12/2022). (Foto: Andreas Suwardy/Dok. SMAN 1 Garut)

Kabar membanggakan hadir dari siswa SMAN 1 Garut yang mengikuti ajang Kompetisi Nasional Festival Film Pelajar (FFP) Jogja 2022, lima pelajar mewakili sekolahnya berhasil menyabet Penghargaan Khusus Disabilitas Kategori Film Pendek Fiksi Sarawati Award.

Lomba tingkat nasional yang diikuti 67 sekolah se-Indonesia ini, melibatkan 5 orang siswa SMAN 1 Garut, yakni Cecilia Clairin Rimayansyah, Heliana Putri Ansory, Yasa Satria Ismail, Firman Saputra, dan terakhir putra dari Bupati Garut yaitu Rafi Ahmad Gunawan.

Pembimbing Lomba dari SMAN 1 Garut untuk FPP Jogja XIII 2022 juga sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Garut, Yulianti, mengatakan dirinya sangat senang dan bangga karena memiliki anak-anak hebat yang selalu memiliki semangat tinggi, untuk terus berprestasi di tengah banyaknya kegiatan di sekolah.

“Anak-anak ini semuanya kelas XII, saya harap mereka tetap memiliki semangat tinggi untuk meraih prestasi di perguruan tinggi manapun mereka nanti berada, karena pencapaian mereka nanti tetap akan mengharumkan nama sekolah dan menjadi bekal mereka untuk menjalani kehidupan ke depannya. Selalu ingin melakukan yang terbaik sedari remaja, akan menjadi bekal mereka baik dalam perkuliahan maupun dalam dunia kerja,” ujar Yulianti, di Yogyakarta, Minggu (11/12/2022).

Yulianti mengatakan dalam FPP Jogja XIII 2022 ini Jawa Barat diwakili oleh 4 daerah yaitu Kuningan, Bandung, Depok, dan Garut, di mana untuk Kabupaten Garut sendiri hanya diwakili oleh SMAN 1 Garut.

Yulianti memaparkan jika film pendek yang berhasil menyabet penghargaan ini menceritakan tentang tiga bersaudara yatim piatu yang harus melanjutkan hidup bersama dengan keadaan yang pas-pasan, serta ketidakakuran antara si sulung dan si bungsu.

“Si sulung sering bermasalah dengan yang bungsu namun sebenelarnya (mereka) sangat mencintai keluarganya. Ketidakakuran mereka ditengahi oleh anak kedua yang memiliki keistimewaan tidak dapat bicara (atau) tunawicara,” papar Yulianti.

Kisah seorang tunawicara yang memiliki sifat kebijaksanaan inilah yang akhirnya mengantarkan film karya SMAN 1 Garut berhasil menyabet Penghargaan Khusus Peduli Disabilitas kategori Film Pendek Fiksi Saraswati Award.

Sementara itu, Diah Kurniasari, istri Bupati juga orang tua Rafi Ahmad Gunawan, mengungkapkan rasa bangganya atas raihan prestasi anak-anak yang telah mengharumkan Kabupaten Garut, serta mengapresiasi karya seni mereka, terlebih kecintaan mereka akan seni dokumenter.

Diah berharap, melaluibkarya seni cerita pendek ini dapat memberi inspirasi kepada anak muda mencintai seni dokumenter.

“Mudah-mudahan banyak anak-anak Garut yang mencintai dokumenter, menjadi sutradara, produser (untuk) cerita pendek , tetapi sangat bermakna dalam dokumenter film mereka,” ucap Diah.

Selain mengapresiasi hasil karya para siswa, Diah juga berharap ke depan muncul bibit-bibit baru dalam seni film dokumenter.

Seperti diketahui, sejumlah 67 film pendek karya pelajar dari 26 kota/kabupaten di Indonesia berpartisipasi. Melalui seni film, para partisipan berusaha menerjemahkan tema Hamemayu Hayuning Bawono dalam karya mereka.

Puncak acara berupa festival dari tanggal 10 hingga 11 Desember 2022 yang diikemas dalam Pemutaran Film Terpilih, Kelas Hamemayu Pendidikan Seni Film, Pertunjukan Seni, Temu Komunitas Film Pelajar Indonesia, Forum Pendidik Film Indonesia, Sarasehan Hamemayu Cipta Rasa Karya dalam Film, Kelas Hamemayu Literasi Digital, serta Penganugerahan Karya. ***Jajang Sukmana/Diskominfo Garut