Elin Ruslina, S.Pd., M.Pd., selaku Pengawas Pembina sedang melakukan coaching pada Sadiah, S.Pd., Kepala SDN 1 Tarogong Kidul Gentra Masekdas pada Senin (5/2/2024).

KANDAGA.ID – Sebanyak 13 kepala sekolah di Gugus Merdeka Berkarya mendapat pendampingan Coaching dari Elin Ruslina, S.Pd., M.Pd., selaku Pengawas Pembina di SDN 1 Tarogong Kidul (Gentra Masekdas), Jl. Suherman No. 14, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat pada Senin (5/2/2024)

Ke-13 kepala sekolah tersebut yaitu SDN 1 Mekargalih, SDN 1 Tarogong, SDN 2 Mekargalih, SDN 2 Pataruman, SDN 2 Tarogong, SDN 3 Mekargalih, SDN 3 Sukagalih, SDN 4 Mekargalih, SDN 4 Sukagalih, SD Cokroaminoto, SD Kreospora, SDIT Persis Tarogong, dan SDIT Persis Tarogong 2.

Tindakan ini sebagai bentuk kemitraan dengan membuka ruang kepada semua kepala sekolah (coachee) atas rencana dan inovasinya serta tindaklanjut dari idenya sendiri, selain itu mampu berkolaborasi dengan pengawas (coach) agar idenya tersebut memaksimal.

Elin mengaku, selaku pengawas pembina tak bisa intervensi atau penekanan, tapi mengikuti keinginannya (berdiferensiasi). Coach dan coachee adalah mitra yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Sehingga hasilnya akan berbeda dari ide ataupun capaiannya.

“Saya hanya membantu yang bermula dari dirinya sendiri dalam memecahkan yang dihadapinya dan dirinya sendiri pula yang mengambil keputusannya,” ucapnya.

Ia menuturkan, saat ini banyak model coaching yang dikembangkan, misalnya model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan TAnggung jawab) dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching, agar siswa lebih merdeka.

Secara umum, kata Elin, coaching merupakan ruang atau wadah bagi pemimpin sekolah untuk merefleksi, dan pengembangan diri agar dapat menjadi pemimpin yang lebih efektif dan berpengaruh dalam dunia pendidikan, termasuk pertumbuhannya.

“Setelah coaching ada tindak lanjut dan menjadi tagihan bagi kepala sekolah sesuai dengan solusi yang mereka rencanakan. Kegiatan coaching ini tidak hanya sebatas obrolan tapi perlu karya dan aksi nyata dari para kepala sekolah tersebut,” harapnya.

Dalam kesempatan ini, Elin mengingatkan komunitas belajar (kombel) sekolah perlu dimaksimalkan, sebab dapat membantu dalam pemahaman materi dan kolaborasi antar siswa.

“Buatkan struktur secara terorganisir, jadwal pertemuan yang konsisten, dan aturan yang jelas. Komunikasi terbuka antar anggota kelompok juga penting untuk memastikan semua anggota merasa terlibat dan mendapatkan manfaat maksimal,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana