kandaga.id – Memastikan implementasi Program Sekolah Penggerak (PSP) di Kabupaten Garut, Direktur SD pada Ditjen Paud, Dikdas dan Dikmen Kemendikbud RI, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., beserta rombongan mengunjungi salah satu sekolah penggerak SDN 2 Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Senin (6/9/2021).

Kedatangan rombongan di sambut Kabid SD, H. Entib Satibi, S.Ip., M.M.Pd., Kasi Kurikulum Bidang SD, Bambang Sumpena, S.Pd.SD., Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan Garut Kota, Anita Istiani, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN 2 Kota Kulon, Yeyen Hariyana, S.Pd., dan Kepala SDN 1 Kota Kulon, Yadi Supriadi, S.Pd.

Mereka langsung meninjau dan berjalan-jalan di depan ruang belajar yang ada tanaman bunga, kolam sekolah dan lahan penyemaian pembibitan berbagai jenis tanaman, serta berbagai sudut sekolah lainnya.

Direktur SD, Nining panggilan akrab Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., mengingatkan agar fasilitas dan perawatan SDN 2 Kota Kulon untuk diperhatikan, karena masih jauh dari beberapa sekolah yang pernah ia tinjau se Indonesia.

Namun dirinya pun merasa takjub inovasi dan langkah SDN 2 Kota Kulon dalam pemanfaat lahan yang dijadikan bahan edukasi untuk peserta didik melalui lingkungan sekolah.

“Sesuaikan dengan profil pelajar Pancasila, bagaimana anak bisa belajar literasi dengan pemanfaatan lingkungan sekolah melalui jenis dan manfaat tanaman ,” ucap Nining, dan mengucapkan syukur Alhamdulillah, SDN 2 Kota Kulon Kecamatan Garut Kota sudah mengimplementasikan PTM.

Kegiatan dilanjutkan diskusi di ruang kepala sekolah, dirinya bersama rombongan mengaku sengaja datang, untuk melihat dan mendengar langsung terutama muatan lokal yang ada di Kabupaten Garut, dalam berkolaborasi untuk menghasilkan inovasi khusus dari PSP.

“Kami ingin mendengarkan bagaimana perjalanan PSP ini, untuk dijadikan bahan evaluasi di Kementerian,” ucapnya.

Dalam diskusi terungkap, di SD masih banyak perlu pembenahan sanitisasi. Untuk itu, pihaknya meminta agar kebutuhan sanitasi tersebut dimasukkan dalam Dapodik sekolah.

Dan meminta tolong kepada dinas pendidikan untuk berkolaborasi dengan pemerintah desa, karena ada sektor untuk perubahan sekolah. Termasuk berkolaborasi dengan Dinkes terkait sanitasi.

“Meskipun pada ujungnya kembali ke Dapodik. Makanya Dapodik itu harus baik, harus sesuai dengan sebenarnya dan seadanya,” ujar Nining kepada semua yang hadir.

Setelah itu, dirinya mengunjungi kegiatan Pembelajaran Tatam Muka (PTM) terbatas di masa transisi ini dengan menjumpai anak didik kelas 1. Dan mengakui setelah berkomunikasi anak-anak lebih senang belajar di sekolah dibandingkan belajar di rumah.

“Luar biasa anak-anak kelas 1 sangat senang, bahkan mereka berani tampil di depan kelas, untuk bernyanyi, hapalan surat-surat pendek, puisi, dan lainnya. Dan anak yang tampil diberi hadiah bingkisan,” kagumnya. ***Jajang Sukmana