KANDAGA.ID – Sebagai transformasi pascapandemi Covid-19, Kemendikbudristek telah mengeluarkan pedoman penerapan kurikulum baru dalam rangka pemulihan pembelajaran bagi sekolah non peserta Program Sekolah Penggerak (PSP).

Pedoman tersebut adalah Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran tersebut, Korwil Pendidikan Kecamatan Tarogong Kidul melalui “Gorejag Terus Berkarya” melakukan Sosialisasi Kurikulum Merdeka bagi kepala sekolah dan guru tahun pelajaran 2021/2022 di Aula PGRI Cabang Tarogong Kidul, Kamis (14/4/2022).

Diawali dengan membacakan ayat suci Al-Quran, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipimpin Pengawas, Titin Surtini, M.Pd., dan pembawa acara, Ida Siti Faridah, S.Pd.I., M.Pd., sosialisasi yang diikuti 73 kepala sekolah dan guru tersebut di buka Korwil Edi Sutrisno, S.Pd., M.Pd., bersama Korwas Dedah Maryonah, M.Pd., juga dihadiri Ketua PGRI Cabang, dan Ketua K3S.

Dalam kesempatan ini pula hadir Kadisdik, Ade Manadin, S.Pd., M.Pd., Kabid SD, H. Entib Satibi, S.Ip., M.M.Pd., dan Kasi Kurikulum, Bambang Sumpena, S.Pd., serta Yanti Sri Mulyanti Arni, M.Pd., Usep Saeful Rohman, S.Pd., Elin Ruslina, M.Pd., yang akan berbagi pengalaman dari kegiatannya di Solo.

Kadisdik Ade Manadin mengucapkan terima kasih atas undangannya dan memohon maaf sedikit terlambat karena ada pertemuan mendadak dengan Fagar Sukwan.

Dalam kesempatan ini, Kadisdik Ade Manadin mengatakan, Korwil, pengawas, kepala sekolah serta guru harus saling mengingatkan dalam kedisiplinan terhadap aturan yang sudah ditetapkan. Dan harus memberikan cermin dengan baik terhadap lainnya, terutama bagi anak didik yang akan meniru kita. Walaupun kurang berkenan dengan hati, namanya aturan tetap harus disikapi.

Tarogong Kidul harus jadi pionir, harus jadi icon, harus semua jadi cerminan kedisiplinan ini. Sebab, kata Kadisdik Ade Manadin, kita itu jangan pandai mengkritisi orang, lupa dengan mengkritisi diri sendiri.

“Mengkritisi orang lain itu dasarnya dengan kebaikan, dengan kebenaran, dan itu merupakan hakekat dari kurikulum Merdeka,’ ucapnya.

Bagaimana mengutamakan mengawal profil belajar Pancasila supaya membekas pada diri peserta didik, dan bagaimana anak ketika pulang dari sekolah bernilai perilakunya, kata-katanya, tingkahnya.

“Perubahan itu sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh kita, bayangkan dari tahun 2019 akhir ke tahun 2022 itu, kita terjadi perubahan yang sangat radikal fantastis, yang tadinya kita tidak mengenal Google Meet dan Zoom Meeting, sekarang jadi mengenal termasuk anak jadi mengenal pembelajaran daring,” ungkapnya.

Esensi dari kurikulum Merdeka itu, bagaimana literasi numerasi dan karakter itu menyatu. Anak tidak lagi pintar di matematika, atau di bahasa Indonesia, tapi anak itu mempunyai kecerdasan di bidang inisiatifnya, digeraknya.

Kedepannya guru itu dalam mengajarnya, mengawal, tidak memaksakan anak untuk tidak bisa. Semisal, matematika, anak tidak bakat dan tidak minat dipaksakan, akibatnya anak jadi korban, dan anak tidak mau sekolah.

“Kurikulum Merdeka itu sebagai penjabaran dari kurikulum merdeka belajar, tapi merdeka terbimbing dengan tidak mengalahkan nilai-nilai, tetap harus jaga value-nya,” pungkasnya, Kadisdik Ade Manadin titip kepada kepala sekolah untuk mengikuti setiap perubahan.

Korwil Edi Sutrisno, S.Pd., M.Pd, merasa kagum antusias kepala sekolah dan guru untuk mengikuti program dan mendukung pemerintah dalam rangka pemulihan belajar.

Korwil Edi berharap, setelah Idul Fitri, kita masuk ke dalam episode terakhir endemi, kalau pandemi itu kejadian luar biasa sedangkan endemi sudah terbiasa. Jadi kalau ada batuk itu paling sedikit, bukan covid tapi batuk flu biasa.

“Meskipun sudah masuk gerbang endemi, kita tetap harus menjaga serta melaksanakan prokes terutama anak dengan memakai masker dan lain sebagainya,” imbauannya.

Dirinya mengajak kepada semua jajaran pendidikan khususnya di Kecamatan Tarogong Kidul untuk bersama-sama meningkatkan, mengikuti keinginan pemerintah dengan itikad ibadah, karena kalau dikatakan sebagai kewajiban akan terasa berat.

Dia mencontohkan pada anak yang inginnya jajan terus, sedikit-sedikit minta uang. Kalau itikadnya kewajiban akan terasa berat. Tapi kalau itikadnya beribadah, insyaallah rizkinya ada.

Dalam sosialisasi ini, bukan saja kepala sekolah dan guru, tapi diwaktu berbeda operator sekolah juga hadir. Untuk itu, Korwil Edi meminta sosialisasi dituntaskan juga dengan pendaftaran kurikulum Merdeka.

“Kami dengan para pengawas sudah sepakat, kalau dinanti-nanti akan malas yang ujung-ujungnya lupa,” pungkasnya.

Sementara Korwas Dedah Maryonah, M.Pd., mengatakan, kurikulum merdeka ini sifatnya tidak memaksa tapi mengikat. Untuk itu, atas dasar kekuatan dari satu tim, pihaknya mempersiapkan terobosan dalam peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Korwil Pendidikan Kecamatan Tarogong Kidul sesuai dengan paradigma baru.

“Kami bertugas dan bertanggungjawab atas hal itu, makanya melakukan sosialisasi untuk memberikan pemahaman terlebih dulu kepada para kepala sekolah sebelum melakukan mereka pendaftaran kurikulum Merdeka yang dilaksanakan secara mandiri,” ucapnya. ***Jajang Sukmana