Almarhumah Nunu Hartati, S.Pd.SD., dalam kenangan.

KANDAGA.ID – “Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, kiasan yang sering menggambarkan sosok seorang guru, salah satunya almarhumah Nunu Hartati, S.Pd.SD., demikian tulis Ketua FAGAR Kecamatan Garut Kota, Sabit Mubaroq, S.Pd., yang sekaligus memaparkan perjalanan dan perjuangan almarhumah melalui WhatsApp, Jum’at (28/4/2023).

Sama seperti Oemar Bakrie yang berhasil mencetak orang-orang seperti BJ Habibie, Nunu Hartati telah mengabdi pada negara sebagai guru honorer sejak 26 tahun lalu, sehingga sudah kenyang menyicip asam garamnya dunia pendidikan. Anak-anak didiknya banyak yang diterima di sekolah favorit, termasuk kuliah di perguruan tinggi bahkan telah menjadi seorang PNS, Tentara, Polisi dan menjadi orang-orang hebat lainnya, tetapi kesejahteraan Nunu Hartati dan guru-guru honorer lainnya sangat kecil dibandingkan dengan jasanya.

Nunu Hartati merupakan guru kelas di SDN 10 Regol Kecamatan Garut Kota, Ia mengajar untuk kelas 4 dengan honor awal sebagai guru sukwan sebesar Rp 50.000 per bulannya, tentunya itu sangat jauh dari kata layak sebagai upah kerja. Namun, semangat dan dedikasinya sebagai seorang guru, beliau tetap menjalankan tugasnya hingga upah beliau naik menjadi Rp. 100.000 itu pun setelah  bertahun-tahun mengabdi, sampai akhirnya setelah pengabdian yang begitu panjang upah beliaupun mencapai Rp. 600.000 perbulannya setelah mengabdi dua dekade lamanya.

Loyalitas beliau tidak hanya sebatas mendidik, namun beliau juga memperjuangkan haknya bersama ribuan honorer di kabupaten Garut lainnya yang tergabung dalam sebuah wadah Organisasi Honorer bernama Forum Aliansi Guru dan Karyawan (FAGAR) sejak tahun 2005, dengan harapan diangkatnya menjadi PNS.

Pada tahun 2005 perjuangan beliau bersama rekan-rekan sesama guru honorer mendapatkan setitik harapan, dengan adanya pendataan khusus honorer yang SK mengajarnya di bawah 2005, hingga akhirnya pada tahun 2008 beliau tercatat sebagai guru Kategori 2. Pada tahun 2013 pemerintah mengadakan seleksi CPNS khusus untuk Guru Honorer yang berstatus Kategori 2, namun sayang beliau belum ditakdirkan untuk lulus CPNS di Tahun itu.

Semangat beliau tidak redup sampai disana, beliau tetap mengabdi dengan ikhlas dan senantiasa berjuang bersama organisasi yang menjadi wadahnya. Untuk memperjuangkan haknya, beliau bersama guru honorer lainnya sampai berjuang ketingkat pemerintah pusat, beliau menjadi pionir dalam perjuangan bahkan selalu menyisihkan sebagian upahnya untuk mendukung perjuangan ketika aksi di tingkat daerah maupun pusat. Kebaikan dan loyalitas beliau masih terkenang di benak rekan-rekan seperjuangan.

Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan batas usia maksimum penerimaan CPNS menjadi 35 tahun, beliau sempat putus asa mengingat usianya yang sudah menginjak 52 tahun. Tetapi pada tahun 2019 pemerintah mengeluarkan kebijakan pengangkatan honorer menjadi ASN dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Akan tetapi setelah mengikuti seleksi PPPK 2019 dewi fortuna belum berpihak kepada beliau, padahal pada saat itu 1.250 rekan seperjuangan beliau dinyatakan lulus PPPK 2019.

Keinginan beliau untuk menjadi ASN tidak redup sampai disitu, pada tahun 2021 pemerintah membuka kembali penerimaan ASN PPPK dengan sistem berbasis komputer (CAT), di usia yang sudah tidak lagi muda ditambah keterbatasan pengetahuan dalam penggunaan teknologi berbasis komputer beliau sempat merasa putus asa, akan tetapi karena keinginan yang kuat serta dukungan keluarga dan rekan seperjuangan , alhamdulilah beliau dinyatakan lulus ambang batas seleksi PPPK tahun 2021.

Hasil seleksi 2021 tidak begitu saja berpihak kepada beliau karena pemerintah pusat hanya mengangkat mereka yang lulus seleksi disekolah induk yang dibuka formasinya, sehingga beliau harus menelan pil pahit kembali di usia yang hampir memasuki masa pensiun.

Tahun 2022 merupakan  tahun yang membahagiakan bagi beliau. Pemerintah Daerah akhirnya mengusulkan guru lulus Passing Grade tahun 2021 untuk diangkat ASN PPPK tahun 2022 tanpa melalui tes. Di tengah kegembiraan beliau dan antusiasnya mengikuti proses pemberkasan, kesehatan beliau menurun hingga akhirnya beliau sakit parah karena penyakit diabetes dan stroke yang dideritanya.

Di tengah penyakitnya yang semakin parah semangat beliau masih tetap membara untuk mengikuti setiap tahapan pemberkasan walaupun dengan kondisi yang sangat lemah dan tertatih sampai harus dipapah oeleh keluarganya. Hingga akhirnya penyakit beliau yang selama ini menggrogotinya membuat beliau harus berbaring tidak berdaya, hanya isak tangis yang beliau ungkapkan ketika mengingat proses pemberkasan belum  sampai ke tahap pengisian Daftar Riwayat Hidup untuk penerbitan Nomor Induk PPPK.

Rencana Allah lebih indah, tidak menyangka ramadhan tahun ini adalah ramadhan terakhir beliau. Ditengah pengharapannya untuk menjadi ASN PPPK beliau menghembuskan napas terakhirnya, disamping suami dan anak tercinta juga sanak saudara. Semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat yang kelak akan kau tuai di akhirat nanti.

“Selamat jalan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa , Kebaikan dan Dedikasimu akan selalu kami kenang. Terima kasih Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, PGRI, Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan Garut Kota, FAGAR serta rekan-rekan guru,” tutup Sabit.

Nunu Hartati, S.Pd.SD kelahiran, 07 Juli 1965, ia menjadi tenaga honorer sejak 01 Juli 1997 hingga akhir hayatnya pada tanggal 14 April 2023. Ia meninggalkan 2 anak dari pernikahan dengan Asep (wiraswasta). ***Jajang Sukmana