KANDAGA.ID – Saya mengajak kepada kita semua, terutama diri sendiri, untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan. Demikian disampaikan DR. H. Cece Hidayat, M.Si, (Kakandepag Kabupaten Garut) dalam Khutbah Sholat Ied Idul Fitri 1444 H., di Lapang Komperta, Sabtu (22/4/2023).

“Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dengan berbagai bentuk redaksi seperti: ‘taqabbalallahu minnaa wa minkum’ yang artinya “semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kita”. Dan juga doa “wa ja’alanallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin’ yang artinya ‘Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung atau menang,” terangnya.

 

Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan ini kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan predikat sebagai orang-orang yang bertakwa. Hal ini telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Dari Mimbar ini khotib mengajak jamaah   untuk lebih mendalami dan memaknai tradisi mudik yang lebih substantif, yakni pulang kampung/pulang ke asal kita dilahirkan, dan  kembali ke asal jati diri manusia untuk lebih mengenali diri sendiri.

“Sudah saat jika mudik (kembali ke asal jati diri manusia) bahwa Allah sungguh Maha kuasa dan Allah Maha besar, dapat menjadikan dunia dan seisinya bertekuk lutut dengan yang ditetapkan-Nya. Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya,” ungkapnya.

Kesombongan manusia dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dengan berbagai kemudahan duniawi, seakan tidak menggoyahkan sikap dan perilaku kita,  menguatnya perhatian umat manusia   terhadap urusan dunia. Kepentingan dunia jauh lebih dihargai daripada urusan akhirat, saling berebut kekayaan dan kekuasaan dengan caranya masing-masing. Urusan halal dan haram adakalanya bercampur menjadi sesuatu yang tidak jelas. Kepentingan dunia terkadang berbenturan dengan kepentingan akhirat. Logika berpikir sering dibenturkan dengan keimanan dan hati nurani. Padahal dunia adalah tempat fana yang akan segera kita tinggalkan, sedangkan akhirat adalah tempat abadi yang akan segera kita tuju

Rosulullah SAW bersabda: Ingatlah sesungguhnya Allah telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian, sedangkan negeri akhirat adalah negeri bagi orang-orang yang memiliki nasib yang baik…oleh karena  itu berhati-hatilah menikmati manisnya dunia, … Dan janganlah kamu terlalu cepat meramaikan dunia  yang telah ditetapkan oleh Allah akan lenyap…(HR Ad-Dailami)

Di dunia manusia diuji dengan berbagai kenikmatan dan dengan beragam penderitaan. Seindah-indahnya kenikmatan, tidak ada kenikmatan yang abadi, dan sepahit-pahitnya penderitaan tidak ada penderitaan yang abadi. Kenikmatan dan penderitaan selalu datang silih berganti.

Hari Raya idul Fitri menuntut kita untuk meningkatkan kesholehan social dan solidaritas sesama. Banyak orang yang di PHK, kehilangan pekerjaan dan tidak bisa mencari nafkah untuk biaya hidup, kebodohan dan kemiskinan masih menjadi masalah bangsa. Membebaskan manusia dari kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan bukan hanya dilakukan dengan memberikan bekal ilmu dan keterampilan semata, tapi dengan membangun kualitas berpikirnya, mengembangkan qolbun salim (hati yang bersih) dan memperkokoh keimanannya.

“Itulah jati diri yang sebenarnya yang dapat membangun kualitas hidup. Ukuran keberhasilan pendidikan bukan hanya dilihat dari kemampuan menjawab sejumlah soal dalam ujian nasional, tapi dilihat dari kualitas keimanan, akhlak mulia dan spirit untuk melakukan yang terbaik dalam berbagai hal,” ujarnya.

Untuk membangun kehidupan yang lebih baik, tidak cukup hanya sekedar mendiskusikan tentang keterbelakangan dan kemiskinan, tapi perlu kepedulian sosial untuk membebaskan manusia dari kesulitan hidup dan dari kemiskinannya.  Rosulullah SAW bersabda: “Siapa yang membebaskan  kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan membebaskan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. (Riwayat Muslim).

Ia mengajak Idul Fitri ini sebagai momentum untuk mempererat hubungan kita dengan tetangga, teman, kolega, dan seluruh lapisan masyarakat. Kita adalah bersaudara sesama muslim, anak bangsa dan manusia. Di akhirat kelak, jangan sampai kita termasuk golongan yang membawa pahala shalat, puasa, dan berbagai ibadah yang lain, sekaligus membawa dosa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. ***Jajang Sukmana