Sekilas, judul tersebut terkesan fiktif untuk sebuah narasi. Padahal bermakna sangat dalam, eksperietif dan yang paling penting esensi judul itu merupakan hasil aksi nyata dari seorang kepala sekolah baru, yang bertugas di SMPN Satap 2 Pamulihan-Garut bagian Selatan, dengan niat jadi sekolah unggul dan kompetitif.

Ia adalah Duden Ramdan, S.Ag, M.M atau DR, lulusan Pendidikan Guru Penggerak (PGP), Angkatan Pertama, selain itu ia seorang penulis, aktivis dan sarat gagasan.

Hal ini terbukti, baru saja 32 hari bertugas DR sudah banyak aksi nyata atau aksi kerja yang diwujudkan, antara lain berkolaborasi dengan komite sekolah dan orang tua siswa dalam membangun lapang olahraga dan upacara, membentuk dan memberdayakan pengurus baru komite sekolah dan paguyuban orang tua siswa, mendirikan kantin sekolah, mengangkat penjaga sekolah dan petugas kebersihan sekolah, dan menjalin komunikasi dan kolaborasi dengan warga setempat serta membangun kemitraan yang solid dengan guru-guru hebat, stakeholder dan memberdayakan budaya bekerja sama-sama bekerja.

Mendengar kata Sekolah Satu Atap (Satap) ditambah jarak tempuh lebih kurang 58 km dari pusat kota Kabupaten Garu, kontruksi jalan cukup terjal, berbatu, turun naik serta offroad. Terkadang terbersit sebuah gambaran atau imajinasi yang kurang sedap dan kurang menggembirakan terhadap situasi dan kondisi sekolah tersebut.

Ditambah dengan suara-suara sumbang yang disebar lewat obrolan-obrolan di warung kopi, bahwa SMPN Satu Atap itu tidak prospektif, tidak bonafid yang menjanjikan benefit, muridnya sedikit, sekolahnya kurang representatif dan lain-lain.

Menurut DR, info tersebut, hanya boleh didengar tapi jangan dijadikan beban pikiran. Kalau memang benar informasi tersebut dan dianggap jadi sebuah tantangan, boleh-boleh saja, no problem.

“Tapi ingat, bahwa semua tantangan harus dijadikan peluang, semua kekurangan harus dijadikan kelebihan. “Bila kita ingat degan teori Analisa SWOT (Strong-Weakness-Opportunity-Treatment) , maka W dijadikan S, dan O dijadikan T. Jadi rumus teorinya menjadi = WSOT,” ucap DR,melalui WhatsApp, Rabu (7/9/2022).

DR menceritakan awal pengalamannya, hari Rabu tanggal 13 Juli 2022, dirinya berangkat menuju tempat tugas baru di SMPN Satap 2 Pamulihan, dengan jarak tempuh 58 km, atau 4,5 jam perjalananan, untuk melaksanakan acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) dari Agus Supriyadi, S. Pd, M.Pd. kepada dirinya sebagai pejabat atau petugas baru. 

Kemudian setelah beres acara tersebut, DR menginap beberapa hari disana untuk melakukan rapat dinas perdana, seputar persiapan tahun ajaran baru, PPDB dan MPLS 2022-2023, melakukan observasi lapangan, mendiagnosa kondisi lingkungan sekolah, menganalisa dan konsolidasi. 

Bukan tidak beralasan DR melakukan hal tersebut, selain karena akibat efek negatif dari Covid-19, kondisi sarana dan prasarana sekolah yang kurang terpelihara, terbatasnya fasilitas belajar siswa, kurangnya SDM, tidak atau belum tersentuhnya oleh stakeholder pendidikan dan lain-lain.

Tidaklah mudah bagi DR untuk mensikapi dan mensiasati berbagai kendala teknis di sekolah tersebut. Namun sebagai seorang jebolan Pendidikan Guru Penggerak dari SMPN 1 Garut ini tak patah arang. Buktinya, baru 32 hari bertugas, Allah SWT memberikan pertolongan-NYA. Satu demi satu permasalahan yang dihadapi mulai teratasi.

“Alhamdulillah, mulai dari stagnasi komunikasi dengan para stakeholder pendidikan, keterbatasan sarana dan fasilitas pembelajaran di sekolah, belum berfungsinya tri-mitra sekolah (Sekolah, Komite, Orangtua Siswa) dan kekurangan SDM dan profesionalitas guru di sekolah dan yang tidak kalah pentingnya adalah masalah kesejahteraan guru, teratasi,” terangnya.

Hal tersebut setelah DR membangun komunikasi dan kolaborasi dengan para stakeholder perdidikan setempat, membangun jaringan kerja (Networking) dengan pihak ketiga terkait, aksi nyata lapangan dengan menyentuh komunitas masyarakat setempat, bersinergi dengan para guru hebat sebagai mitra kerja yang solid dan menambah personal SDM sekolah, serta meningkatkan kesejahteraan guru (walau pun masih belum signifikan ).

Yang tidak kalah pentingnya, terang DR, bahwa Kp. Stamplat, lokasi SMPN Satap 2 Pamulihan berada, ternyata memiliki Mutiara-Layang , yaitu berupa keunggulan alamiah yang memang sudah nampak, antara lain potensi geografis, geologis, potensi sosial ekonomis, potensi religius, dan potensi budaya dan pendidikan.

Para stakeholder pendidikan SMPN Satap 2 Pamulihan (Pengawas Bina, Pengurus Komite Sekolah, Guru dan Staf Tenaga Kependidikan.

“Potensi itulah yang bukan lagi terpendam, tapi sudah ada, sudah muncul dan sudah stay dipermukaan bumi Stamplat, bumi yang selalu berawan, berselimut kabut, mega mendung dan cuaca sangat dingin,” terang DR.

Itulah bumi SMPN Satap 2 Pamulihan, yang penuh dengan mutiara di atas mega yang berhasil di raih DR. Sehingga dengan penuh pertimbangan dan hasil berkomunikasi, berkosolidasi, berkonfirmasi serta berkolaborasi, dengan para stakeholder, SMPN Satap 2 Pamulihan mencanangkan 3 budaya positif sebagai program unggulan kedepannya yaitu Program Gerakan Sambut Pagi (GSP), Hari Berbahasa Indonesia, Inggris, Sunda,dan  Sholat Dhuha. Program menabung berkolaborasi dengan bank bjb. Dan program penghijauan sekolah berkolaborasi dengan dinas kehutanan setempat. ***Jajang Sukmana