TARKAL, (kandaga.id).- Tahun 2019-2021, hampir semua sekolah melaksanakan program embun pagi, dan lagu “Embun Pagi” dikumandangkan sebelum masuk sekolah. Namun, tak sedikit banyak tahu siapa orangnya pencipta lagu tersebut.

Dia adalah Ine Rahmawati, S.Pd., yang kini menjadi Pengawas SMP, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dengan tugas kesehariannya di wilayah selatan Kabupaten Garut.

Sejak lulus dari Fakultas Seni Musik UPI Diploma 3 pada tahun 1995 (waktu itu belum ada program S1), Ine langsung mendaftarkan diri menjadi guru honor di SMP PGRI Limbangan (1995-2005), SMPN 3 Limbangan (1996-2005), SMPN 1 Cibiuk (1996), kemudian diangkat GBS (2004) di SMPN 3 Limbangan, setahun kemudian diangkat PNS (2005) dengan ditempatkan di SMPN 2 Cibalong hingga tahun 2007, lalu mutasi ke SMPN 2 Cibiuk (2007-2021).

“Alhamdulillah, begitu ada kesempatan seleksi calon pengawas, saya lolos dan di tahun 2022 ini beralih tugas menjadi pengawas,” ujar Ine saat ditemui ditengah kegiatan pembinaan dan diskusi tentang kebijakan dan mekanisme akreditasi sekolah/madrasah dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-S/M) di Auditorium Drs. H. Dede Satibi, Al Mashduqi Islamic School Garut, Jl. KH. Mashduqi No. 67, Kp. Pasawahan, RT. 2/RW. 2, Kelurahan Pananjung, Kecamatan Tarogong Kaler, Selasa (15/11/2022).

Menurutnya, seni budaya itu memang tidak ada olimpiade dan sebagainya. Tetapi dirinya tetap berkarya ditempat pengabdiannya (SMPN 2 Cibalong), bahkan menciptakan lagu Mars SMPN 2 Cibalong begitu juga sewaktu di SMPN 2 Cibiuk.

Terciptanya lagu embun pagi, terang Ine, berawal dari program dinas pendidikan untuk melaksanakan kegiatan embun pagi, namun sejak itu pula endingnya tidak tahu kemana, tak ada informasi selanjutnya.

Tapi dirinya mengucapkan Alhamdulillah lagu embun pagi tersebut menjadi penyemangat yang selalu diperdengarkan kepada anak-anak di setiap awal masuk ke sekolah.

Kecintaan Ine terhadap seni tradisional Sunda jangan diragukan lagi, terbukti di setiap melaksanakan perpisahan dirinya memberdayakan betul-betul kemampuan anak di bidang seni tradisional sunda.

“Di SMPN 2 Cibalong saya mulai berkarya dengan benar-benar menerapkan ilmu dari UPI, karena berbagai macam fasilitas seni ada, dan kami melaksanan kegiatan pergelaran perpisahan secara live menggunakan iringan Sunda, dan semua yang mengerjakannya anak-anak,” terang kelahiran Garut, 21 Januari 1972 ini.

Ia merasa bangga dan bersyukur, animo masyarakat sangat besar sekali, ditambah dengan adanya lingkung seni Sancang Balebat yang waktu itu masih eksis, sehingga menambah wawasan bagi anak-anak dan dibawa berkeliling untuk main calung, reog, dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ine mengakui, akhir-akhir ini keberadaan seni tradisional sedikit terkikis, untuk itulah tujuan dirinya menjadi pengawas, agar dapat mengangkat dan menghidupkan kembali seni tradisional Sunda, meskipun belum bisa melangkah terlalu jauh.

“In Syaa Allah, saya bersama pengawas lainnya sudah punya planning, minimal akan membuat lomba, mungkin di tahun 2023 tentang lomba pembuatan mars, karena saya menginginkan setiap sekolah itu punya identitas, entah itu melalui mars atau himne sekolah masing-masing,” ungkap Ine yang mengaku tinggal di Kp. Kebonjati RT 005/ RW 003 Ds. Limbangan Tengah Bl. Limbangan Garut.

Selain itu, Ine pun berencana untuk menghidupkan kembali MGMP seni budaya, karena selama ini MGMP seni budaya di Kabupaten Garut sendiri agak vakum juga.

“Nah, ini salah satu niat saya untuk ke pengawasan, ingin lebih leluasa dalam membangkitkan seni tradisional Sunda,” aku punya 2 anak ini.

Menanggapi sedikit banyak anak-anak sekarang yang kurang mengenal atau kurang tahu tentang seni tradisional Sunda, kata Ine, itu kembali lagi kepada sekolah bidang studinya, yang tentunya dengan MGMP.

“Mau tidak mau MGMP seni tradisi ini harus kembali diangkat, dan itu mungkin salah satu planning saya, mengangkat seni budaya tradisional untuk jangka panjang,” ucapnya.

Diketahui, program gerakan embun pagi dicetuskan Totong, S.Pd., M.Si., sewaktu dirinya menjabat Kabid SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Garut pada tahun 2017, kemudian diimplementasikan ketika dirinya menjabat kepala dinas pada tahun 2019 hingga berakhir jabatan tahun 2021. Pun demikian, gerakan embun pagi hingga kini masih dilaksanakan oleh sebagian sekolah, hanya saja lagunya “Embun Pagi” ini tak lagi terdengar. ***Jajang Sukmana