GARKOT, (kandaga.id).- Sebagai bagian dari sekolah penggerak, SDIT Atikah Musaddad terus bergerak dan berupaya dalam meningkatkan kompetensi gurunya, salah satunya dengan metode pembelajaran Hypnoteaching dan Storytelling.

Program peningkatan kompetensi guru ini dibuka oleh Pembina Yayasan Pesantren Luhur Al-Wasilah, Hj. Anis Afifah, Lc.M.Pd., di Aula SDIT Atikah Musaddad, Jl. Ciledug No.102, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Sabtu (12/11/2022), dan menghadirkan narasumber Ivan Taufik Senjaya, SE., Cht yang kompeten dibidangnya.

Hj. Anis Afifah, mengatakan, hypnoteaching ini perlu, karena merupakan strategi pembelajaran baru bagaimana kita mengaktifkan memberdayakan potensi-potensi anak yang begitu multiple intelijen.

Ia menuturkan, hypnoteaching dan storytelling dulu pernah dilakukan, dan kita mendapatkan inspirasi baru dalam metode dan strategi pembelajaran di kelas.

“Sebetulnya dulu juga sudah ada namanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), bahkan mengenal bagaimana mau mengaktifkan potensi siswa, tapi dengan belajar yang menyenangkan, dan guru itu menjadi pelindung sesuatu yang bagaimana supaya suasana kelas itu senang, damai, tenang, rileks, tapi kita bisa masuk, akarnya bisa menyampaikan bagaimana supaya terasa,” ujarnya.

Ia berharap, dengan kegiatan ini bisa memberikan inspirasi, merasa enjoy ketika berhadapan dengan anak-anak yang kategorinya masih polos. Tapi, lanjut Hj. Anis Afifah, kadang-kadang pengaruh pergaulan apalagi setelah covid, terasa sekali ketika anak berubah lingkungan sekali selama hampir 2 tahun.

Sehingga ketika kembali lagi ke sekolah, tambah Hj. Anis Afifah, kedisiplinan, kemandirian dengan pola asuh yang berbeda dengan lingkungan keluarga, tentunya ini yang berdampak kepada kita, harus memutar otak lagi seperti pengajar yang lebih baik.

Sementara Kepala SDIT Atikah Musaddad, Suwarso, S.Ag., M.Pd., mengatakan, maksud dan tujuan kegiatan ini tak lain pembaharuan metode pembelajaran dalam menghadapi anak-anak, salah satu diantaranya akibat lost learning hampir 2 tahun wabah Covid, dan berdampak juga pada karakternya yang mengalami lost, dan itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Akibat itu semua, kata Suwarso, sekarang anak-anak lebih fokus pada HP-nya dengan Youtube, game dan segala macamnya, ketimbang memperhatikan gurunya mengajar di kelas. Sehingga lanjut Suwarso, diperlukan metode baru pembelajaran dalam mengahadapi persaingan tersebut.

“Mudah-mudahan dengan metode Hypnoteaching dan Storytelling, guru-guru mendapat pencerahan, dan anak-anak bisa terhipnotis untuk kembali fokus pada pembelajaran,” pungkasnya. ***Jajang Sukmana