HASANUDDIN

Usulan mengenai Permintaan Maaf Negara ke Proklamator dan Pahlawan Nasional Ir. Soekarno bukanlah hal baru, setidaknya wacana ini sudah pernah disampaikan Ahmad Basarah di sekitar bulan Oktober 2015.
 
Terhadap Usulan ini, di kesempatan waktu tersebut, Peneliti dan Sejarawan Indonesia, Asvi Warman Adam berpendapat bahwa permohonan maaf ini akan memberikan dampak yang besar terhadap pelurusan sejarah Indonesia dan memulihkan nama baik Soekarno.
 
Jadi bukanlah wacana baru, dan sebagaimana diketahui bahwa tidak ada reaksi dan kritik dari Desmond J Mahesa yang pada saat itu sudah menjadi Anggota DPR RI dari Partai Gerindra.
 
Jadi cukup aneh, jika saat ini, ketika wacana tersebut disampaikan kembali, dan Desmond secara destruktif merespon hal ini dengan menyampaikan kalimat tendensius.
 
Pernyataan Desmond ini tak sekedar mengindikasikan buta sejarah dan tak mau bangsa ini melakukan pelurusan sejarah, tetapi diduga ada motif politik tertentu untuk tujuan disharmoni Gerindra-PDI Perjuangan menjelang Pemilu 2024.

Sebab, frasa yang digunakan dalam merespon wacana tersebut tidak etis dan cenderung menghina Proklamator dan Pahlawan Nasional Ir. Soekarna.

“Habis itu negara disuruh minta maaf sama Sukarno? Dari mereka untuk mereka, kentutnya mereka semua,”

Kalimat inilah yang tidak etis dan menghina.

Oleh sebab itu, ini bukan lagi soal PDI Perjuangan semata tetapi terkait penghormatan pada Pahlawanan Nasional.

Sangat berbeda tanggapan yang disampaikan oleh Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengatakan negara tak perlu meminta maaf kepada Sukarno dengan argumentatif bahwa dengan ditetapkannya Sukarno sebagai Pahlawan Nasional maka telah dianggap clear.

Kami meminta Partai Gerindra untuk mengambil langkah-langkah sesuai prosedur internal kepartaian terhadap peristiwa ini, dan Desmond J Mahesa menyampaikan permohonan maaf kepada Publik, dan tidak semata ke PDI Perjuangan, karena telah menghina Pahlawan Nasional.

Jakarta, 11 November 2022

HASANUDDIN
Koordinator SIAGA 98