KANDAGA.ID – Untuk mempersiapkan guru sekaligus mengembangkan prototipe atau sekolah PK (pusat keunggulan) dengan tepat sasaran. SMKN 1 Garut menyelenggarakan In House Training (IHT) Sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka, Penyusunan Capaian Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran selama tiga hari di Aula Motekar SMKN 1 Garut, Jl. Cimanuk No. 309A, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul.

IHT yang dimulai dari hari Selasa-Kamis, 5-7 April 2022 ini, dibuka Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Jawa Barat, Drs. H. Aang Karyana, M.Pd., serta Kepala SMKN 1 Garut, H. Bejo Siswoyo, STP., M.Pd., dan narasumber Drs. H. Nanang Yusuf Nurdin, M.Si, yang sekaligus memberikan bimbingan kepada seluruh guru SMKN 1 Garut.

Menurut H. Nanang, untuk SMKN 1 Garut, kurikulum merdeka ini sudah tidak asing lagi karena sudah berjalan 1 tahun, sekarang tinggal menyesuaikan dengan struktur yang baru.

Drs. H. Nanang Yusuf Nurdin, M.Si

“Karena SMKN 1 Garut bagian dari sekolah PK, jadi hanya tinggal melanjutkan dan sedikit ada perubahan di struktur saja. Misalnya di sekolah PK yang masih berlanjut sekarang itu ada P5BK (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja),” ucap H. Nanang, Rabu (6/4/2022).

Sekarang, lanjut H. Nanang, itu tidak ada, karena langsung diincludkan ke setiap mata pelajaran, antara 25-30% dan ini sudah ada di strukturnya rata-rata 18 JP untuk profil pelajar Pancasila untuk satu tahun.

Dalam waktu ini, H. Nanang bersama para guru sedang fokus diskusi dengan setiap guru mata pelajaran konsentrasi menentukan sebuah projek yang nantinya untuk dikolaborasikan dengan mata pelajaran lain. Bagaimana cara menentukan pilihan, dengan hakekat pilihan siswa, tapi ada rambu-rambunya.

“Alhamdulillah, tadi temen-temen sudah paham, setiap jurusan sudah paham, bagaimana menentukan pilihan tersebut, dan nantinya pilihan itu ada tiga yaitu kebekerjaan sesuai dengan potensinya, berwirausaha dan melanjutkan,” terang H. Nanang.

Jadi sekarang itu tidak ada lagi istilahnya superman, tapi yang ada adalah sepurtim dengan berkolaborasi sebagai cirinya.

Yang paling penting di kurikulum merdeka ini adalah guru harus merubah mindset di dalam pembelajaran layanan, karena sekarang harus berdasarkan potensi minat karakteristik peserta didik, artinya pilihan anak itu tidak bisa sama.

Intinya di kurikulum merdeka ini, guru harus siap disana memberikan layanan keanekaragaman potensi peserta didik.

Selain itu, tidak berbasis konten tapi berbasis kompetensi yang sifatnya holistik. Jadi anak itu dibangun bukan akademik tapi juga dengan non akademiknya, karakternya dan sebagainya. ***Jajang Sukmana