LELES, (kandaga.id).- Pekan lalu, Rabu 26 Oktober 2022, Yayasan Cimanuk Waluya, bekerjasama dengan STAI Siliwangi, dan Swadaya Petani Indonesia menyelenggarakan Bincang Produktif bidang Pertanian yang pertama bertajuk Sugih Bertani dengan Teknologi. Acara ini berupa diskusi yang menghadirkan para stakeholder terkait bidang pertanian. Bertempat di kampus STAI Siliwangi, Tutugan, Leles, Garut.
.
Ketua Panitia Bincang Produktif Pertanian, Widiana Safaat menyampaikan maksud dari kegiatan ini adalah sebagai jembatan para stakeholder di bidang pertanian, untuk dapat mencarikan solusi pengembangan dan peningkatan ekonomi pertanian. Widiana Safaat juga menyampaikan acara Bincang Produktif ini akan menjadi agenda berkala dengan tema-tema strategis lainnya.
.
Illa Susanti, M.Pd. dari STAI Siliwangi menyebutkan bahwa STAI Siliwangi sebagai sekolah tinggi yang peduli dengan pertanian. Acara ini memang sudah cukup lama diagendakan namun terkait dengan adanya pandemi baru bisa terlaksana. “Kami ingin menggugah kalangan muda untuk kembali tertarik dengan pertanian,” ujar Illa Susanti. Untuk itu, dalam kegiatan ini pula, STAI Siliwangi menandatangani MOU dengan Pesantren Al Ittifaq sebagai role model pesantren sukses mandiri dengan pertanian.
.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Deni Herdiana, S.P, M.P, sebagai narasumber pertama menyampaikan data-data mengenai hasil-hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan dari Kabupaten Garut. Deni Herdiana menyebutkan Garut memiliki kontur lahan dari 0 mdpl sampai 1500 lebih mdpl, bisa tumbuh berbagai tanaman. Meskipun Garut adalah kabupaten yang hampir 80% wilayahnya adalah areal konservasi, Garut tidak dapat dianggap remeh dalam pertanian, salah satunya adalah produksi jagung dan sayuran. Selain memfasilitasi infrastruktur, Pemerintah Garut pun berupaya melakukan regenerasi petani dengan program Garut Edufarm Center.
.
“Sektor pertanian, perikanan, dan peternakan adalah sektor yang paling banyak diminati dalam penanaman modal,” papar Heri Hermansyah, S.Sos., MAP., Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Garut. Akar wangi, kopi, strawberi, kentang Garut, udang vaname, dan peternakan, merupakan produk unggulan Kabupaten Garut. Dari sisi perizinan dan legalitas pun sudah dipermudah. Menariknya, para investor tidak terbatas usia, mulai dari usia muda sudah banyak yang berinvestasi dalam usaha di Kabupaten Garut.
.
Kendala yang sering dihadapi petani adalah memasarkan hasil panennya. Namun hal ini dapat diatasi oleh Pesantren Al Ittifaq yang selama ini berhasil memasok sayuran ke berbagai supermarket. Pesantren Al Ittifaq awalnya bukanlah pesantren pertanian. Hanya saja pada saat itu Mang Haji Fuad sebagai pimpinan pesantren melihat banyak santri waktu belajarnya terganggu karena harus pulang mengambil bekal, seperti beras, dll. Akhirnya lahan yang ada di pesantren dimanfaatkan untuk pertanian. Dari tadinya untuk kebutuhan sendiri, lama-lama dijual ke luar pesantren, dan hasilnya untuk membiayai pesantren. “Sekarang Pesantren Al-Ittifaq membangun kemitraan dengan pesantren-pesantren lain dalam memenuhi pasokan ke supermarket-supermarket yang tidak lagi terbatas di wilayah Bandung, “papa Anwar Musti Awan, S.P. mewakili Pondok Pesantren Al Ittifaq, Rancabali, Kab. Bandung
.
Bincang Produktif Pertanian ini juga menghadirkan akademisi dari Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati ITB. Hadir pada kesempatan ini Dr. Ir. Aep Supriyadi, M.P., Dosen SITH ITB, yang banyak memaparkan tentang pentingnya daya dukung tanah, tingkat kesuburan, dan lingkungan dalam pertanian. Penggunaan pupuk sintetis harus dikontrol agar tidak mematikan mikroba, cacing, dan mahkluk hidup lainnya yang berjasa dalam menyuburkan dan mengolah unsur hara tanah. SITH sendiri sudah banyak melakukan penelitian di bidang pertanian, yang sebagian sudah bisa diaplikasikan di masyarakat petani. Ternyata tidak harus nampak canggih, hal-hal sederhana terbukti dapat meningkatkan produksi pertanian, contohnya penggunaan pompa microbubble dapat meningkatkan kadar oksigen dalam pertanian hidroponik yang berujung kepada meningkatnya hasil produksi.
.
Selain hadirnya Pesantren Al Ittiffaq sebagai success story pertanian, panitia juga mengundang Tantan Rustandi, pendiri Pesantren Rasana Rasyidah dari Kampung Buleud Desa Cinta Damai Kecamatan Sukaresmi Garut. Pesantren ini selain berhasil mengembangkan industri pertanian, mengolah hasil tani menjadi minyak esensial, juga telah berhasil menerapkan pertanian terkontrol teknologi, yaitu smart farming di green house. Tidak hanya itu, Rasana Rasyidah juga berhasil mengolah hasil pertanian menjadi produk-produk toiletris seperti sabun, shampo, desinfektan. Selain itu mengolah hasil pertanian menjadi makanan dan minuman, dll. Pesantren Rasana Rasyidah sebagai raw model OPOP (One Pesantren One Product) telah meningkatkan dirinya menjadi One Pesantern, a Lot of Product.
.
Narasumber berikutnya yang hadir adalah Eep S. Maqdir, yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Eep Si Tukang Dongeng Pertanian dari Swadaya Petani Indonesia. Latar belakang pendidikan Fisika ITB tidak menjadi penghalang untuk turut terjun dalam bidang pertanian. Kang Eep menyampaikan 4 strategi meningkatkan kesejahteraan petani, yaitu hasil pertanian harus ditingkatkan produksinya dengan menggunakan teknologi pertanian terintegrasi; hasil pertanian harus diolah menjadi HVA (High Value Agriculture, tidak dijual mentah begitu saja; tingkatkan awarness dengan branding hasil pertanian; dan manfaatkan teknologi digital marketing berbasis internet.
.
Acara Bincang Produktif Pertanian ini juga dilaksanakan dua penandatanganan MOU antara STAI Siliwangi dengan Pesantren Al Ittifaq, dan antara Koperasi Rasana Rasyidah Mandiri dengan Koperasi Bikers Bersaudara Sejahtera dalam pemasaran produk-produk pertanian Pesantren Rasana Rasyidah.
.
Turut mendukung Bincang Produktif Pertanian ini Magrotech dari PT Jejaring Bisnis Teknologi dan Bisnis (PT JITB). Magrotech adalah teknologi pertanian yang dapat mengukur ekologi dan unsur hara tanah pertanian. Magrotech memiliki alat ukur (portable laboratorium) yang hasilnya dapat membuat petani memahami kondisi lahan, dan dapat memberikan pupuk yang tepat jumlah dan komposisinya serta perlakuan lain sesuai jenis tanaman yang ditanam. Terbukti dengan menggunakan alat tersebut, pengolahan lahan menjadi terukur dan tepat (precision farming), dapat meningkatkan revenue hasil pertanian karena tepat dalam memberikan pupuk, pengairan, dll.
.
Hadir pula Bio Soltamax yang juga turut mendukung Bincang Produktif Pertanian ini. Bio Soltamax adalah terobosan baru dalam pupuk organik berbasis hayati. Produknya telah mendapat sertifikasi organik. Penggunaan yang tepat Bio Soltamax dapat meningkatkan hasil produksi yang signifikan. Kemudahan lainnya adalah selama ini pupuk hayati organik berupa cairan dalam botol yang menyulitkan saat pengiriman, kini Bio Soltamax berbentuk padatan yang ukurannya kecil, untuk dicarikan ke 1 liter air, dan diperbanyak menjadi sampai 200-300 liter air untuk disemprotkan ke lahan/tanaman. ***Jajang Sukmana