Ilustrasi. net
Ilustrasi. net

Sejak Tahun 2005, pemerintah meluncurkan program hibah untuk sekolah dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini bisa jadi salah satu langkah paling besar dan strategis yang pernah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kita tahu, sebelum BOS digulirkan, masyarakat yang harus menanggung biaya pendidikan anak-anaknya, akibatnya pendidikan dirasakan mahal dan mencekik

Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada awalnya merupakan pelaksanaan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) di bidang Pendidikan. Program ini selanjutnya menjadi program rutin pemerintah dibidang pendidikan dalam upaya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Pada saat BOS digulirkan, dana BOS untuk SD/MI, negeri maupun swasta, sebesar Rp.235 ribu /siswa/tahun dan untuk SMP/MTs sekitar Rp.324 ribu/siswa/tahun. Sedangkan Tahun 2006 dana BOS untuk SD/MI sebesar Rp. 254 ribu dan  Rp.354 ribu untuk SMP/MTs. Jumlah dana BOS mengalami kenaikan signifikan pada Tahun 2009, yaitu  untuk SD/MI di kabupaten Rp.397 ribu/siswa/ tahun. Sedangkan untuk SD/MI di Kota Rp.400 ribu/siswa/tahun Sementara SMP/MTs di Kabupaten Rp.570 ribu dan SMP/MTs di Kota sebesar Rp.575 ribu. Jumlah ini terus mengalami kenaikan, pada tahun 2014 untuk siswa SD sebesar Rp 800 ribu / siswa/tahun dan SMP menjadi RP 1 juta/siswa/tahun. Tahun 2017 berbagai media masa nassional mengabarkan akan ada kenaikan BOS mulai Tahun 2018, sayangnya hingga kini kabar itu tak kunjung terealisasi

Berdasarkan catatan Bank Dunia yang dirilis tahun 2015, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah memberi dampak positif bagi 43 juta siswa SD dan SMP di Indonesia. Lembaga keuangan internasional ini melaporkan sejak ada BOS beban pengeluaran keluarga menjadi menurun, hal ini ditunjukan beberapa parameter yaitu: 1) Setelah program BOS diperkenalkan pada tahun 2005, keluarga yang memiliki anak di sekolah dasar dan menengah tingkat pertama mengeluarkan biaya 6% lebih sedikit pada tahun pertama BOS berjalan. 2) 20% keluarga termiskin mengalami penurunan biaya terbesar, begitu pula siswa yang bersekolah di sekolah pemerintah. 3) Penghematan semakin terlihat pada tingkat sekolah menengah pertama, dimana pengeluaran keluarga termiskin turun sebanyak 30%, dibandingkan 5% untuk tingkat sekolah dasar.

Selang empat tahun setelah BOS diluncurkan tepatnya 2009, berdasarkan catatan Bank Dunia ketika sekolah-sekolah semakin mengenal cara kerja program BOS, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh  keluarga mulai naik. Menurut nilai biaya riil, rata-rata pengeluaran rumahtangga pada tahun 2012 menjadi 46% lebih tinggi di tingkat sekolah dasar dibandingkan pada tahun 2003 sebelum program BOS berjalan.

Setelah lebih dari satu dekade, tidak bisa kita pungkiri BOS telah berdampak secara signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan serta partisipasi masyarakat, Ini ditunjukan dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Angka partisipasi pada sekolah menengah tingkat pertama, khususnya siswa termiskin, naik secara signifikan setelah adanya program BOS. 2) Antara tahun 2000 hingga 2005 sebelum adanya BOS, tingkat partisipasi siswa miskin pada sekolah menengah tingkat pertama menjadi stagnan. 3) Sejak program BOS berjalan, angka partisipasi siswa miskin naik sebesar 26%. 4) Program BOS diharapkan bisa meningkatkan peluang siswa untuk menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun hingga sekolah menengah tingkat pertama.

Dalam catatan lainnya, Bank Dunia juga menyampaikan, BOS telah membantu terbentuknya komite sekolah, dan para anggota komite diharapkan mampu ikut mengelola pendanaan program. Tetapi, anggota komite sekolah jarang dimintai masukan saat pembuatan keputusan terkait alokasi anggaran BOS. Yang lebih umum terjadi adalah kepala sekolah dan guru akan menentukan alokasi dana, kemudian menyampaikan keputusan mereka kepada ketua komite sekolah untuk mendapat persetujuan. Berdasarkan catatan ini bisa ditafsirkan peran komite sekolah sebagai “tukang stempel” belum berubah baik sebelum maupun sesudah BOS digulirkan sehingga diperlukan revitalisasi peran dan fungsinya

Dalam laporannya, Bank Dunia juga merekomendasikan empat bidang utama untuk memperkuat peran BOS dalam meningkatkan capaian pendidikan. Empat bidang utama itu dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Menigkatkan fokus pada perbaikan mutu pendidikan

 

·  Dana BOS bisa dikaitkan dengan sistem penjaminan mutu, dengan memberikan insentif bagi sekolah yang berhasil dan bisa menjaga status akreditasi tertentu.
·  Mengkaji daftar penggunaan anggaran BOS agar sekolah memiliki fleksibilitas untuk melakukan investasi pada hal-hal yang bisa meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya, sekolah sebaiknya boleh menggunakan dana untuk membeli peralatan audio-visual.

 

Memperkuat fokus program pada kemiskinan·  Indonesia adalah negara yang luas dan beragam; memberikan dana dengan jumlah yang sama untuk siswa di daerah dengan biaya hidup yang lebih tinggi adalah sesuatu yang tidak adil. Di masa depan, program BOS bisa secara berkala menyesuaikan nilai bantuan dengan mempertimbangkan perbedaan harga-harga antar daerah, juga inflasi.
·  Menggunakan BOS berformula untuk memberikan dana lebih banyak bagi sekolah yang melayani siswa miskin dan daerah tertinggal.
Menggunakan dana BOS dengan lebih baik lewat koordinasi dengan sumber dana lain

 

·  Berbagai biaya dan pungutan di luar uang sekolah terus menjadi porsi terbesar biaya pendidikan bagi keluarga. Berbagai usaha untuk mengklarifikasi aturan sumbangan sukarela harus terus dilakukan, begitu pula pertimbangan untuk memperkuat peran komite sekolah dalam mengatur jumlah sumbangan yang diminta.
·  Melakukan koordinasi dengan bantuan sekolah lainnya yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan standar sekolah agar dana yang terkumpul lebih besar dari pada yang diberikan hanya oleh BOS.
Merevitalisasi peran program BOS untuk memberdayakan sekolah dan masyarakat

 

·  Saat ini tim BOS di sekolah-sekolah bertugas mengelola dana BOS sehari-hari. Mengalihkan lebih banyak tanggung jawab ke komite sekolah dan memastikan perwakilan yang lebih baik melalui komite mempunyai potensi meningkatkan efektivitas dana BOS.

Berdasarkan empat bidang utama yang direkomendasikan Bank Dunia untuk perbaikan tata kelola BOS tentu saja masih banyak hal yang harus dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah, apalagi akhir-akhir ini ada kegamangan yang dihadapi pihak sekolah terkait juknis penggunaan BOS, hal ini terasa semakin berat dengan pengalokasian dana buku sebesar 20 % dari BOS, satu kebijakan yang terasa memberatkan karena pada tahun-tahun sebelumnya pemenuhan buku dialokasikan secara terpisah, dampaknya banyak sekolah yang kelimpungan untuk mengatur bantuan yang ada agar mampu memenuhi semua kebutuhan yang sudah direncanakan jauh-jauh sebelumnya dalam RKAS ***  Herdy M. Pranadinata (Diolah dari berbagai sumber)