kandaga.id – Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Garut, dengan santun dan beretika mendatangi kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Kamis (30/07/2020).

Dengan memperhatikan protokol kesehatan, kedatangan mereka disambut Kadisdik, Totong, S.Pd., M.Si., beserta Kabid SMP, SD, serta Paud dan Dikmas, Kasi Sapras SMP, SD, juga Ketua MKKS SMP dan Ketua K3S SD Kabupaten Garut, di Aula Dewi Sartika, Jl. Pembangunan No. 179, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.

Ketua PMII Kabupaten Garut, Irfan Nur Alam menyuarakan keprihatinannya terkait banyaknya warga Garut mengeluhkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), karena banyak orang tua atau peserta didik yang kurang mengerti dan tidak mempunyai gawai yang memadai, terutama yang tinggal di daerah.

“Hal ini seharusnya bisa diatasi dengan dana BOS reguler, tambah lagi ada BOS Afirmasi dan Kinerja tahun 2019 yang seharusnya jadi solusi PJJ,” ungkap Irfan, meminta awasi penggunaan dana BOS untuk optimalisasi PJJ dimasa darurat Covid-19, dan pastikan sistem pembelajaran terjangkau bagi semua, serta pertanggungjawaban penggunaan BOS Afirmasi dan Kinerja.

Sementara itu, Kadisdik, Totong, S.Pd., M.Si, mengucapkan terimakasih kepada PMII Kabupaten Garut yang begitu peduli pada dunia pendidikan, dan memberikan masukan sangat positif terkait pemaksimalan PJJ.

“Terkait masih diberlakukannya PJJ, ini berdasarkan pada amanat Bupati Garut, bahwa pendidikan jalan terus jangan sampai mengurangi kualitas, dan strategi sekolah dalam memanfaatkan IT untuk pembelajaran, tidak memberatkan orang tua, dan tetap perhatikan SOP kesehatan,” ungkap Totong.

Lanjut Totong, dengan sistem Daring dan Luring diberlakukannya PJJ ini berdasar pada SK 4 menteri, yaitu Kemendikbud, Kemenag, Kemenkes, dan Kemendagri. Bahwa hanya 6% di Indonesia yang baru masuk zona hijau, sedangkan 94% lagi masih zona merah, kuning, dan orange.

“Hampir 90% masyarakat yang ada di pelosok terpencil, orangtuanya tidak mempunyai HP. Karena PJJ harus tetap berjalan, maka solusinya kami sedang menggagas adanya TV lokal biar bisa nonton langsung, tidak mengeluarkan uang untuk membeli kuota ataupun membeli HP,” ucapnya.

Selain itu, tambah Totong, dalam Daring dan Luring ini, guru melakukan pembelajarannya melalui video, guru kunjung, guru door to door, dan guru dari rumah ke rumah atau home visit, dengan tetap memperhatikan physical distancing, tidak berkerumun dan memperhatikan SOP kesehatan.

“Karena menyangkut keselamatan anak-anak kita, jadi sampai saat ini kita masih belajar mandiri di rumah,” ujar Totong, dan jika didapatkan pelanggaran dengan melakukan sekolah bertatap muka, akan dikenakan sanksi baik secara administrasi maupun sanksi lainnya.

Totong mengakui, karena keterbatasan anggaran, belum mampu menyediakan sarana dan prasarana secara keseluruhan dalam memberlakukan sistem PJJ. Untuk itu pihaknya berupaya melakukan home visit, sehingga proses KBM bisa dilakukan. (Jajang Sukmana)***