WANARAJA, (kandaga.id).- Mengusung tema “Ngahangkeutkeun Sumanget Ngamumule Basa Jeung Budaya Sunda di Sakola” (Meningkatkan Semangat Belajar Bahasa dan Budaya Sunda di Sekolah), MKKS SMP Sub Rayon 3 menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat rayon di SMPN 1 Wanaraja, Jl. Talaga Bodas No.38, Wanamekar, Kecamatan Wanaraja, Minggu (2/10/2022).

Secara resmi FTBI dibuka Ketua MKKS SMP Sub Rayon 3, Drs. E. Haedar Ahmad disaksikan Kepala SMPN 1 Wanaraja, Didi Rusnadi, S.Pd., M.Pd., Ketua MGMP Basa Sunda Kabupaten Garut, Lilis Yuniarningsih, S.Pd., para juri, guru pembimbing dan sebagian siswa.

Haedar panggilan akrab Drs. E. Haedar Ahmad mengatakan, meskipun kurikulum berubah yang sekarang Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2022, tapi dari program profil Pancasila, itu ada Local Wisdom (kearifan lokal).

Oleh sebab itu, Haedar mengusulkan agar kegiatan kearifan lokal ini diadakan setiap tahun, untuk menggiatkan kembali bahasa ibu.

“Mudah-mudahan dengan adanya kearifan lokal, In Syaa Allah walaupun kurikulum baru pasti akan terakomodir. Malahan kalau ada Projek Profil Pelajar Pancasila bisa pencak silat, pupuh, atau biantara dapat diajarkan kepada siswa dalam satu semester,” ujar Haedar.

Ia mengajak bersama-sama khususnya sekolah di Rayon 3, untuk melakukan kegiatan siswa yang pemikirannya global tetapi sikap budaya Sunda dengan khas paling bagus.

“Kita kembangkan bersama-sama, mudah-mudahan, siswa dengan digitalisasinya bagus, kearifan lokalnya juga bagus,” ujarnya.

Haedar mengaku bahagia jumlah siswa yang mengikuti ada 157, tapi dari 15 sekolah, sedangkan sekolah yang ada di Sub Rayon 3 ada 23. Jadi kata Haedar, hanya 65% yang mengikuti FTBI ini.

“Alhamdulillah, ada informasi bahwa siswa yang akan ditampilkan di tingkat kabupaten nanti bisa juara satu dan dua dari masing-masing mata lomba,” pungkasnya.

Sementara Kepala SMPN 1 Wanaraja, Didi Rusnadi, S.Pd., M.Pd., mengatakan, FTBI ini sebagai upaya untuk menjaga dan menggiatkan kembali bahasa Sunda.

“Kalau bukan oleh Sunda siapa lagi yang menjaga dan melestarikannya. Apalagi sekolah itu merupakan salah satu ujung tombaknya dari pemerintah untuk melestarikan bahasa daerah,” ucapnya.

Kata Didi, kalau kita perhatikan di rumah ataupun dimana saja, bahasanya sudah bagaimana, bukan berarti tidak boleh bahasa Indonesia, tapi kita jarang memberikan contoh kepada keluarga kita dengan berbahasa Sunda, termasuk saya sendiri.

“Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama untuk mendukung sepenuhnya program pemerintah ini, menggiatkan kembali bahasa yang dicintai oleh kita semua,” ajaknya.

Dirinya merasa bangga, sekolah yang dipimpinnya dijadikan tempat untuk FTBI tingkat rayon. Selain itu, Didi mengharapkan siswa dari Rayon 3, bukan hanya juara di Rayon 3 saja, tapi sampai tingkat nasional. ***Jajang Sukmana