kandaga.id – Dari awal, SDS Muhammadiyah 5 Kecamatan Garut Kota sangat welcome dan kooperatif dalam menerima sebanyak 11 mahasiswa PGSD Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut untuk melaksanakan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) atau Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).

Demikian disampaikan dosen pembimbing, Risma Nuryanti, M.Pd, usai menyerahkan plakat kepada Kepala SDS Muhammadiyah 5, Empip Hapipah, S.Pd., yang disaksikan para mahasiswa dan guru di salah satu ruang kelas, Sabtu (29/01/2022).

Risma Nuryanti, M.Pd

Dengan selesainya PLP ini, Risma berharap, mereka bisa mengaplikasikannya, ketika mereka terjun ke dunia kerja sebetulnya dengan menjadi seorang guru dalam mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter.

“Kalau dari pengabdian, manjadi guru honor itu sebetulnya menjadi kebanggaan dalam menciptakan generasi bangsa,” ujar Risma.

Karena mungkin untuk kebijakan ASN yang sekarang berbeda, kata Risma, sebagai apresiatif dari pemerintah agar guru itu lebih maju, lebih berkembang dan mensejahterakan guru, mungkin mereka diangkatnya dengan PPPK.

“Memang karena pandemi, pemerintah sekarang yang lebih konsentrasi pada ekonomi, tapi mungkin dengan digalakkannya program PPPK ini, sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap guru,” ungkapnya.

Sebagai bentuk rasa tanggungjawab, PGSD IPI akan berusaha untuk memberikan yang terbaik, dalam mendidik anak bangsa sebaik mungkin, supaya jadi pintar dan berkarakter, sesuai dengan yang digalakkan pemerintah tentang penguatan karakter.

Pihaknya terus melakukan penggemblengan 18 karakter terhadap mahasiswanya, melalui mata kuliah karakter, juga melakukan simulasi cara-cara mengajar, cara berjalan, cara memotivasi anak dan lainnya.

Ia berharap kepada para mahasiswanya, nanti dalam mengabadikan diri kepada masyarakat dengan tulus dari hati yang terdalam, jangan melihat pada gaji. Meski demikian, pemerintah agar memperhatikan kepada para pencetak generasi bangsa ini, dari segi kesejahteraan untuk menjamin masa depannya.

Selain itu, Risma menuturkan sejak berdirinya IPI pada tahun 2016, dirinya merasakan sendiri ketika jadi mahasiswa, bahwa mahasiswa PGSD IPI Garut ini didominasi oleh perempuan yang mencapai 80% dan dari daerah-daerah. Sedangkan laki-laki yang ditanyainya dari perkotaan lebih memilih perguruan tinggi.

“Mungkin karena capaian perempuan berbeda dengan laki-laki, dan mungkin karena amanat dari orang tuanya, perempuan itu harus jadi guru,” pungkasnya.

Diketahui, PLP ini dilaksanakan selama tiga bulan tersebar di beberapa sekolah, khususnya di lingkungan Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan Garut, terdapat sekolah yang sama melakukan pelepasan.

Seperti di SDN 2 Kota Kulon, dosen pembimbing, Widdy Sukma Nugraha, M.Pd., menyerahkan plakat kepada Kepala SDN 2 Kota Kulon, Yeyen Hariyana, S.Pd., yang disaksikan koordinator guru pamong, Wulan Sri Handayani, S.Pd., (Guru Penggerak).

Adapun ke-15 mahasiswa yang dilepas yaitu : Jamilah, Hasna Zahra Fauziah, Ayu Syabani Mutaqin, Imas Sa’adah, Apriani Suryani, Belania Ayunanda, Senni Yunianti H, Anisa Yuri Intan Cagata, Fitria Meliana, Syntia Maretina Wahyuni, Silpi Novia Sari, Dian Sovyandriani, Desi Farhatunisa, Reza Permatasari, dan Syfa Hanun A.S. ***Jajang Sukmana