pentingnya masyarakat menjadi subjek dalam upaya pembangunan kesehatan, sehingga mereka melakukan pola hidup sehat sebagai bentuk upaya pemenuhan kebutuhan mereka agar bisa hidup produktif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya

kandaga.id – Bupati Garut Rudy Gunawan, Selasa (18/8/2020) membuka Acara Rembuk Desa Siaga Tuberkulosis yang diselenggarakan oleh Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan Pemkab Garut, bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten Garut.

Bupati Garut Rudy Gunawan, Selasa (18/8/2020), membuka Acara Rembuk Desa Siaga Tuberkulosis yang diselenggarakan oleh Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan Pemkab Garut, bertempat di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten Garut. (Foto : Deni Septyan/Diskominfo Garut).

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, Tuberkulosis masih menjadi salah satu masalah utama kesehatan selain stunting dan AKI (Angka Kematian Ibu) serta AKB (Angka Kematian Bayi).

Menurutnya, penanganan TBC tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor Kesehatan saja, sehingga ia menaruh perhatian dalam penyediaan Kawasan Sehat dan Peduli TBC yang diwujudkan dalam bentuk desa percontohan Desa Siaga Tuberkulosis di Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota.

Lanjutnya, pendekatan yang diambil dalam Desa Siaga adalah melalui penataan kawasan kumuh, penyediaan rumah sehat dan rumah singgah bagi pasien TBC serta bantuan sosial kepada para pasien TBC yang sedang dalam proses pengobatan yang didukung oleh Ormas dan Filantropis. Aisyiah berperan besar dalam penggerakan kader pendampingan dan penggalangan dukungan sosial bagi pasien TBC, sementara Yahintara berperan dalam penataan kawasan kumuh, renovasi rumah sehat dan pembangunan rumah tunggu bagi pasien TBC.

Dari 2,7 juta penduduk Garut, kata bupati, masih banyak masyarakat yang harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah dalam rangka mengatasi masalah yang berhubungan dengan TBC, seraya berharap dengan adanya rembuk desa siaga tuberkulosis ini bisa menjadikan program yang konkret yang bisa dieksekusi dengan anggaran yang riil dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Kalau kita sekarang hari ini menyelenggarakan kegiatan tanpa adanya politik anggaran dari Bupati dan DPRD pasti ini tidak terlaksana dengan baik,” ucap Rudy.

Oleh sebab itu kata bupati, peran dari pada stakeholder, semisal untuk masalah yang berhubungan dengan perumahan, sosial, kemudian berhubungan dengan konteks keluarga berencana, serta peran Dinas Pendidikan terhadap beberapa orang yang orang tuanya mempunyai masalah dengan TBC bisa diinformasikan melalui sarana pendidikan. Kemudian pelibatan MUI, GOW (Gabunga Organisasi Wanita), serta pelibatan forum RT/RW dan semua stake holder di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.

Bupati Rudy kembali menekankan tentang komitmen penuh Pemda Kabupaten Garut dengan mengajak semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Forkopimda Kabupaten Garut untuk menjadikan kesehatan sebagai arus utama dalam pembuatan kebijakan, mendengarkan apa yang telah dilakukan masyarakat agar dapat membuat program yang sinergi dan produktif, secara bersama melakukan Eliminasi TBC melalui upaya lintas sektor dan bekerja sama dengan swasta, membangun masyarakat Garut yang tangguh dan berdaya untuk mencapai visi Pemerintah Kabupaten Garut “Bertaqwa, Maju dan Sejahtera”.

Sementara itu Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto, mengatakan, saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni tiga masalah kesehatan (triple burden) yang membebani, yaitu masih tingginya penyakit menular seperti AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan lain-lain; kemudian, meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi, Diabetes dan Kanker, dan Gangguan Jiwa terus bertambah; serta penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.

“Di Indonesia, diperkirakan ada sebesar 842.000 kasus baru TBC tahun 2017 dan baru setengah yang ditemukan dan diobati. Oleh karena itu, sejak tahun lalu tema nasional kita adalah “Saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya” untuk mengingatkan kembali kepada seluruh warga dunia dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia bahwa ini waktunya kita bebas dari TBC,” ungkap Achamd Yurianto.

Dirjen P2P menekankan pentingnya masyarakat menjadi subjek dalam upaya pembangunan kesehatan, sehingga mereka melakukan pola hidup sehat sebagai bentuk upaya pemenuhan kebutuhan mereka agar bisa hidup produktif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Hal ini lanjut Achamd Yurianto, selaras dengan tema kampanye Elimiasi TBC yaitu “Sudah Saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya” . Upaya ini semakin penting dimasa Pandemi Covid-19 yang menekankan pentingnya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat agar bisa selamat dari Covid-19.
Ia juga menyampaikan amanat Presiden Jokowi yang sudah memberikan komitmen tertingginya dengan memberikan 3 arahan penting pada saat Ratas (Rapat Terbatas) tanggal 20 Juli 2020 yang lalu, yaitu pemberdayaan masyarakat untuk penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan, penyediaan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, dan menerapkan pola hidup dengan Adaptasi Kebiasaan Baru .

Pada kesempatan Rembuk Desa ini disampaikan pula paparan dari dr. Maskut Farid. M. Kes – Kadinkes Garut tentang situasi dan perkembangan eliminasi TBC di Garut, drg. Maya Marinda Montain. M.Kes – Kepala BBKPM Bandung tentang kegiatan Desa Siaga Tuberkulosis sebagai bagian dari program paru komunitas di Kabupaten Garut dan Ruli Oktavian, ST – Ketua Yahintara (Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara) tentang kontribusinya untuk mengatasi masalah lingkungan sebagai langkah preventif dalam eliminasi TBC melalui penataan Kawasan kumuh, menyediakan hunian sehat bagi pasien TBC, mengembangkan potensi ekonomi masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan, serta memberikan edukasi rumah sehat dan saat ini Yahintara telah bekerja sama dengan Dinas Perumahan dan Pemukiman Pemkab Garut melalui program Nata Lembur.

Paparan tersebut mendapat tanggapan yang menarik dari dr. Alexander Ginting – Staf Khusus Menkes. Menurutnya, TBC harus menjadi dasar pola berpikir (mind soul) untuk mengatasi secara terintegrasi TBC- stunting – AKI – AKB. Dir P2PML dr. Wiendra Waworuntu bahkan memberikan tantangan kepada Pemkab Garut untuk lebih awal mencapai eliminasi TBC, sedangkan Ketua Majelis Pakar IAKMI dr. Adang Bachtiar menyatakan perlunya pendekatan yang berbeda dalam eliminasi TBC di Garut yang mempertimbangkan unsur (VUCA) Volatility – Uncertainty – Complexity – Ambiguity yang dilakukan melalui strategi penguatan Visi – Pemahaman – Kejelasan pesan serta tanggap menghadapi masalah sehingga terwujud masyarakat yang berdaya yaitu masyarakat yang Sehat – Tangguh – Produktif. Keberdayaan masyarakat di Kabupaten Garut diakuinya telah berjalan, melalui gotong royong masyarakatnya mampu membangun fisik rumah pasien TBC, dan telah membangun kepercayaan diri sehingga kemudian mampu berdaya.

Dalam kesempatan terwsebut Bank BTN memberikan bantuan dana pendidikan bagi putra dan putri Nurdin, salah satu penyintas TBC Resisten Obat yang telah sembuh dan produktif melalui bantuan rumah sehat yang disalurkan melalui Yahintara. Kegiatan ini dilanjutkan hari Rabu (19/08/2020), dengan agenda meninjau pelaksanaan Desa Siaga TBC di Kelurahan Sukamentri dan BBKPM Garut. (Jajang Sukmana/mediacenter.garutkab.go.id)***